Pages

Kategori

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Dilihat

29 Mei 2020

Nilai-Nilai Keluarga Kristen

Kegiatan Belajar 4 Nilai-Nilai Keluarga Kristen

Nilai-Nilai Keluarga Kristen
A. Konsep Nilai Bagi Keluarga
Menurut Kurt Baier dan Nicholas, Nilai adalah sifat umum dari sebuah objek atau pernyataan keadaan yang dipandang oleh seseorang sebagai kebaikan, diyakini bermanfaat dan suka untuk dimajukan atau dikembangkan. Maksud dari nilai adalah apa saja yang kita pandang penting, berguna, berfaedah, bermakna atau berharga dalam hidup. Hal yang berharga itu senantiasa mempengaruhi perasaan, pikiran, sikap dan perilaku sehari-hari. Biasanya orang berupaya mengejar hal yang dianggap dan dirasakan bernilai dalam hidup. Mereka berjuang mewujudkan segala yang dipandang bermakna bagi kehidupan apa pun resiko, tantangan dan hambatannya. Orang bahkan bersedia mengorbankan diri, waktu, harta, jabatan bahkan keyakinannya demi mewujudkan nilai-nilai hidup yang diyakini berharga (bdg. Mat.13:44-46). Misalnya karena kedudukan begitu berarti, orang memberikan energi dan pemikiran untuk meraih serta mempertahankannya, sekalipun harus mengabaikan waktu bermakna bagi pembangunan iman. Alhi filsafat. M.Sastrapratedja, mengemukakan bahwa ketika kita berbicara tentang nilai, harus ada sejumlah perkara yang patut kita perhatikan. Pertama, nilai dipilih seseorang untuk dipegang, diinternalisasi dan dipelihara, kedua, nilai dipilih untuk dipelihara setalah mempertimbangkan berbagai alternative yang ada. Ketiga, orang memilih nilai setelah mempertimbangkan akibatnya, Keempat, hal yang dianggap orang bernilai akan diwujudkannya dalam hidup sehari-hari. Kelima, nilai merupakan kaidah hidup bagi yang menganutnya, keenam, nilai merupakan hal yang positif sehingga dihargai, dipelihara, diagungkan, dihormati, bahkan membuatnya puas dan bersyukur. Ketujuh, nilai membuat orang berani menyatakan dirinya dihadapan orang lain. Akhinya nilai membuat orang mengembangkan kepribadiannya. Betapa pentingya masalah nilai dalam kehidupan. Nilai melandasi sikap dan pemikiran seseorang terhadap diri dan sesamanya. Nilai selalu mengandung aspek pilihan atau kemauan untuk mewujudkan nilai tersebut. Hal ini disebabkan nilai selalu melibatkan aspek emosi dan perasaan. Nilai juga mengandung aspek percaya, bahwa wujut dari nilai itu bermanfaat.

Menurut Patricia, nilai adalah prinsip-prinsip sosial, tujuan-tujuan atau standar yang dipakai atau diterima oleh individu, kelas, masyarakat dan lainnya. Nilai mengandung aspek komitmen yang mendorong seseorang bersikap dan bertindak untuk mewujudkan nilai dalam kehidupan nyata. Pakar pendidikan nilai, Milton Rokeach, mengemukakan dua jenis saja nilai dalam hidup ini, Pertama, nilai tertinggi yang menjadi tujuan akhir kehidupan (terminal values). Maksudnya orang hidup dalam dunia ini dan bertujuan semata-mata untuk mencapai atau mewujudkan nilai-nilai itu seperti: kehidupan bahagia, yang damai dan sejahtera. Kedua, nilai hidup sebagai alat atau instrument dalam rangka mewujudkan tujuan akhir tadi (instrumental values). Misalnya, Ambisi, pola berpikir luas, sikap jujur misalnya, tidak berdiri sendiri melainkan lazimnya merupakan sarana untuk mewujudkan kebahagian.

Perkembangan dunia modern dengan segala macam tawarannya sangat membutuhkan sikap dan karakter individu manusia demi memantapkan nilai-nilai kehidupan manusia yang bermoral dan berkarakter. Namun sayangnya banyak muncul kecendrungan masyarakat khusus keluarga yang keluar dari nilai-nilai kebenaran yang sesungguhnya. Nilai tidak hanya menunjuk pada suatu hal yang berharga tetapi lebih juga pada model sikap dan karakter yang benar dan bernilai. Nilai selalu menginsipirasikan sikap dan karakter individu yang berubah dari tidak benar menjadi benar, dari tidak etis menjadi etis. Prinsipnya nilai selalu dinamis, tidak statis sebab nilai selalu diarahkan untuk mencapai perubahan diri yang luhur.

Dalam kehidupan masyarakat ada begitu banyak nilai-nilai yang tidak diajarkan atau ditanamkan, namun begitu kuatnya mempengaruhi kehidupan manusia. Perkembangan dunia modern dengan berbagai tawaran terus membentuk nilai-nilai kehidupan yang digenggam oleh masyarakat global termasuk juga komunitas keluarga sebagai masyarakat mini. Nilai sangat berkaitan erat dengan kebaikan, kendati keduanya memang tidak sama mengingat bahwa sesuatu yang baik tidak selalu bernilai tinggi bagi seseorang sebaliknya. Nilai erat kaitannya dengan keyakinan seseorang baik secara individu maupun kelompok. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing sebagai suatu daya pendorong yang memedomani setiap orang dalam hidupnya. Oleh sebab itu nilai memiliki posisi yang tinggi dalam realitas kehidupan manusia.

Sejalan dengan pengertian nilai yang digambarkan di atas, G. Barbour menjelaskan bahwa nilai selalu dibentuk dari tiga hal yaitu: Pertama; nilai material, meliputi nilai kehidupan, kesehatan, kesejatraan material dan pekerjaan. Kedua; nilai sosial meliputi, keadilan distributif, kebebasan partisipatip, persekutuan interpersonal dan pemenuhan personal. Ketiga; nilai lingkungan hidup, meliputi, sumber daya alam, integritas ekosistem, serta pemeliharaan lingkungan.   Melalui nilai kehidupan setiap indifidu diharapkan dapat memilih nilai yang benar bagi diri individu di tengah tantangan modernitas. Nilai-nilai yang diarahkan untuk membentuk moral dan karakter manusia baik pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang selalu didasarkan pada nilai-nilai agama. Seperti juga yang diungkapkan oleh Rahmat Mulyana, bahwa nilai mencakup segala hal yang dianggap bermakna bagi kehidupan seseorang yang pertimbangannya didasarkan pada kualitas benar dan salah, baik-buruk, indah jelek.

B. Bentuk-Bentuk Nilai-Nilai Kristiani.
Nilai tidak bisa terlepas dari iman. Apa atau siapa yang kita imani (objek iman) mempengaruhi watak dan moral serta tata nilai kita. Sebaliknya, watak turut memberi pengaruh terhadap cara kita beriman yakni cara kita memberikan respon terhadap apa yang kita percayai dan siapa yang kita imani. Kata iman dapat diartikan sebagai kepercayaan, kebersandaran, kebergantungan dan kesetiaan kepada yang kita terima sebagai kebenaran dan bernilai tinggi. Dalam perspektif kristiani, istilah iman (faith) dapat diartikan sebagai respons kita kepada Allah Tritunggal (Bapa, Putra dan Roh Kudus) serta penyataan-Nya. Kita percaya kepada-Nya dan bersandar penuh kepada-Nya. Iman kepada Allah juga terkait dengan keyakinan kepada hal yang dikomunikasikan atau diwahyukan-Nya secara tertulis dalam Alkitab.

Corak dan watak dari akhlak dan tata nilai kita ikut serta membentuk cara beriman kepada Allah dan firman-Nya. Sebaliknya, kualitas iman atau keyakinan pun turut mempengaruhi watak, nilai hidup dan moral kita. Iman dapat kita anggap sebagai sumber atau norma bagi moral, watak dan tata nilai. Hal yang kita imani atau kepada siapa kita beriman, turut menguasai watak, nilai, dan moral. Setiap orang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dalam hati, Roh Kudus akan membentuk watak, nilai hidup dan moralitas kita sedikit banyak menjadi berbeda dengan mereka yang tidak beriman kepada-Nya. Kahadiran Kristus dalam hidup kita melahirkan pembedaan. Kehadiran Yesus melalui Roh-Nya dalam hidup, membuat kita sebagai ciptaan baru dan terus menerus mengalami pembaharuan nilai hidup dengan Tuhan dan sesama manusia (2 Kor. 5:17). Iman kepada Yesus Kristus seharusnya merupakan iman yang hidup dan diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:26). Sikap dan tindakan tersebut disebut dengan nilai-nilai (values) yang merupakan standard yang ditetapkan Allah sendiri dalam firman-Nya, dan bukan standard yang ditetapkan oleh manusia. Beberapa nilai Kristiani yang harus ditanamkan kepada generasi adalah:
Kebenaran (Truth). Kita harus memegang kebenaran dan mengajarkannya, yaitu kebenaran berdasar kepada Alkitab. Dalam kebenaran ini juga terletak integritas dan kejujuran, di mana ada keselarasan antara apa yang dikatakan dan dilakukan.
Kesalehan (Righteousness). Setiap orang percaya harus hidup berfokus dan berpusat pada Allah Bapa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Wujud kesalehan hidup dapat di ukur dari kerajinan setiap orang percaya untuk rajin berkutu dengan Tuhan dalam doa setiap hari, setia membaca dan merenungkan kebenaran Firman Tuhan dalam hidup keseharian hidup, serta rajin beribadah dalam persekutuan dengan jemaat (kesalehan ritual). Kesalehan ritual ini tidak bisa dipisahkan dengan kesalehan sosial, keduanya harus berjalan seiring karena wujud dari kasih dan ketaatan kita kepada Allah harus dapat diimplementasikan kepada sesama manusia.
Kekudusan (Holiness). Kekudusan adalah standar moral yang ditetapkan Allah bagi setiap orang yang mau menjalin relasi dengan diri-Nya. Allah itu kudus karena itu setiap orang percaya dituntut untuk menempatk Kristus di hatinya harus kudus. Kudus mengandung arti dipisahkan, dikhususkan, dibersikan untuk dipakai Tuhan dalam pekerjaan-Nya. Orang Kristen telah dipisahkan dari dunia yang gelap ini untuk tujuan khusus, yaitu sebagai garam dan terang. Kekudusan mencakup baik pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Orang percaya dikuduskan supaya dipakai oleh Tuhan sebagai alat dalam tugas dan karya-Nya di dunia (Kis. 1:8)
Kesetiaan (Faithfulness). Sifat setia sangat diharapkan dimiliki oleh setiap orang percaya. Kesetiaan orang Kristen harus didasarkan kepada kesetiaan Allah sendiri yang senantiasa menyertai kita. Kesetiaan kepada Tuhan ini juga harus ditunjukkan dengan kesetiaan atau loyalitas dalam gereja lokal, kepada pasangan, dan hal lain yang dikehendaki Tuhan. Kesetiap sebagai wujud komitmen seseorang atas apa yang dia yakini dan janjikan sepanjang hidup yang dia jalani.
Keutamaan (Excellency). Semangat untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama tentunya diilhami oleh Allah sendiri yang telah memberikan yang terbaik, dalam hidup kita sehingga, Allah dalam diri Yesus Kristus mau terlibat dalam panggung sejarah keselamatan bagi manusia. Yesus Kristus adalah pribadi dari Allah yang esa sendiri dan tidak ada allah lain yang lebih berkuasa dari-Nya. Ketika Yesus telah menyelesaikan misi keselamatan bagi manusia mati dan bangkit, Dia berkata segala kuasa di Sorga dan di bumi telah diberikan kepada-Ku (Mat.28:18). Yesus harus ditempatkan sebagai poros atau pusat dari seluruh keyakinan dan kekuatan kita untuk melakukan segala karya dan bakti di dunia ini. Keyakinan kita kepada Kristus menjadi jaminan kesalamatan jiwa dan seluruh hidup umat manusia, tidak ada nama lain di dunia ini yang dapat memberikan jaminan selain Dia (Kis.4:12; Yoh.14:6).
Kasih (Love). Manusia adalah makhluk social, dia tidak bias hidup sendiri tetapi dengan sesama manusia lainnya. Allah menuntut setiap orang percaya untuk memberi nilai kasih kepada Allah dalam wujud nyata kepada sesame bukan dalam kata tetapi melalui perbuatan yang benar dan tertanggungjawab (1 Yoh. 3:17-18). Kasih kepada Allah diwujudkan kepada sesame manusia. Allah hadir melalui orang lain. Di sini kita menempatkan teologi wajah Allah dalam kehidupan orang lain. Kasih agape yang dinyatakan dengan kesediaan untuk menerima orang lain, mengampuni yang bersalah, dan menyalurkan berkat Tuhan bagi mereka yang membutuhkan.

C. Teknik Penanaman Nilai-Nilai Hidup.
Persoalan penanaman nilai-nilai hidup tentunya menjadi masalah yang cukup besar dan ramai dibicarakan, baik dalam pendidikan formal maupun non formal, seperti keluarga. Beberpa pakar memberi kesimpulan, bahwa pendidikan selama ini telah gagal menenamkan nilai-nilai hidup secara universal, seperti kejujuran, kesabaran, kerendahan hati. Dua hal mendasar yang menjadi penyebab gagalnya penanaman nilai-nilai bagi anak, yaitu.:
  1. Penanaman nilai lebih berorientasi pada hal yang sifatnya mekanik, sehingga esensi dari nilai itu hilang.
  2. Kurangnya teknik yang tepat dalam menanamkan nilai.

Nilai yang benar dan yang baik dalam kehidupan manusia adalah nilai yang mampu membuat setiap individu mengalami perubahan diri. Nilai–nilai tersebut dapat dijumpai melalui suatu proses penanaman nilai (inculcation approach). Dengan tekniknya:
  1. Indoktrinasi dengan tahapannya: Brainwashing, yakni penanaman nilai dengan jalan mengacaukan tata nilai yang sudah ada, sehingga mereka tidak memiliki pendirian lagi. Saat perhatiannya kosong dan anak tidak dapat mengontrol dirinya, maka teknik fanatisme diberikan yaitu menanamkan ide-ide baru yang dianggap benar, sehingga nilai-nilai itu dapat masuk ke otak tanpa melalui pertimbangan rasional. Teknik ini lebih banyak menggunakan teknik emosional, daripada rasional. Apabila telah menerima secara emosional, maka ditanamkan doktrin sesungguhnya.
  2. Moral reasoning, yaitu model penalaran nilai. Teknik ini dilakukan dengan beberpa tahap, (a) penyajian moral. Pada tahap ini, anak diperhadapkan dengan problematik dilema moral, yang bersifat kontradiktif dari yang sifatnya sederhana ke yang paling kompleks, dan kemudian nilai-nilai itu diorganisir
  3. values clarivication, yaitu klarifikasi nilai, teknik dilakukan guna membantu anak menentukan nilai-nilai yang akan dipilihnya, dengan cara pemberian contoh, mengenal kelebihan dan kekurangan, mengorganisasikan tata nilai pada anak.
  4. Internalisasi values, teknik penanaman nilai yang sasarannya sampai pada kepemilikan nilai yang menuju kedalam kepribadian anak, karakteristik atau mewatak. Tahapan teknik ini adalah transformasi nilai, sifatnya searah dan transaksi nilai dalam bentuk komunikasi dua arah.

 Ada juga pendekatan penanaman nilai lain menurut (Ramayuliss 2004) yaitu
  1. Pengalaman, proses penanaman nilai melalui pengalaman-pengalaman kepada anak, sehingga anak mendapat pengalaman-spiritualitas, maupun moral.
  2. Pendekatan pembiasan, tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis terjadi tanpa direncanakan.
  3. Pendekatan emosional, upaya untuk menggugah perasaan emosi dalam meyakini konsep ajaran nilai-nilai universal serta dapat merasakan mana nilai yang benar dan yang buruk.
  4. pendakatan rasional, menggunakan rasio untuk menilai yang benar dan salah
  5. Pendekatan fungsional, lebih menekankan pada segi kemanfaatan.
  6. Pendekatan keteladanan, memperlihatkan keteladan.

Nilai adalah bagian yang sangat penting atau berguna bagi kemanusiaan sebab nilai adalah suatu yang berharga yang diapresiasi oleh manusia karena berguna bagi kemanusiaan itu sendiri. Persoalannya bagaimana caranya agar nilai-nilai itu diterima dan dihayati oleh individu pengguna nilai itu. Ryan dan Bohlin dalan Donny Kusuma, menyatakan, nilai-nilai itu diterima dan bertumbuh tergantung diri individu yang secara aktual dapat mengupayakan pengembangan nilai itu. Nilai harus diperjuangkan melalui percaya dan keyakinan yang sungguh akan kekuatan nilai itu yang mendorong individu berubah kearah kehidupan yang lebih baik.

Ini bukanlah sebuah filosofis semata, tetapi mengandung makna yang dalam dimana perubahan dalam diri setiap individu sangat dipengaruhi oleh percaya dan keyakinan dirinya untuk berubah atas nilai-nilai agama yang diterimanya melalui sebuah proses pendekatan penanaman nilai-nilai. Pendekatan penanaman nilai diarahkan untuk mengubah moral dan karakter nilai kearah yang lebih baik dan sempurna akibat dipengaruhi perkembangan modernitas. Oleh sebab itu hal yang sangat esensial untuk diperhatikan dalam pendekatan penanaman nilai ini adalah menunjukan keteladanan dan memberikan penguatan bagi individu untuk mengupayakan perubahan dirinya dengan percaya serta meyakini akan kemampuan dirinya untuk tidak dikuasai oleh arus perkembangan dunia yang modern.

Kusuma, mengatakan keluarga adalah wadah utama penanaman nilai yang kemudian menjadi contoh pewarisan nilai–nilai bagi masyarakat secara global, yang tujuannya perubahan diri individu. Jika keluarga rapuh moral dan karakternya maka secara eksternal pihak di luar dirinya seperti contoh lembaga-lembaga keagamaan mesti menjadi kekuatan pendorong penanaman nilai bagi keluarga sehingga tercermin gambaran perubahan nilai diri dari masyarakat secara utuh demi mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan lembaga pendidikan anak yang terkecil atau yang pertama. Orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak sekaligus penolong mereka untuk mengkomunikasikan nilai-nilai serta ilmu pengetahuan dalam taraf yang sederhana. Saling bekerjasama, saling percaya demi menunjang tujuan hidup bersama dalam kehidupan keluarga. Tujuan hidup itu akan terbangun, jika semua anggota keluarga secara khusus orang tua dan anak-anak dapat hidup rukun dan saling pengertian serta berbagi satu dengan lainya. Lingkungan keluarga dijadikan sebagai wadah pertama dan utama anak dapatkan sejumlah nilai-nilai dari orang tua.

D.    Wujut Peran Keluarga Kristen Dalam menanamkan Nilai-Nilai Kristen
Implementasi nilai dapat terwujut jika keluarga Kristen menyadari peran dan tanggungjawabnya untuk menanamkan nilai-nilai itu itu bagi generasinya. Nilai-nilai Kristen yang benar ditanamkan oleh keluarga, akan membentuk kepribadian anak berdasarkan kebenaran Firman. Wujut peran keluarga Kristen dapat diuraikan seperti:
  1. Memberikan perhatian dan kasih sayan
  2. Mendidik anak untuk hidup dalam kekudusan, kesalehan, kesetiaan, keutamaan hidup pada Kristus dengan menunjukan cara hidup yang sungguh-sungguh dengan menampilkan perilaku keagamaan dalam keluarga. Keluarga sebagai tempat bernaung kudus. Maksudnya adalah keluarga merupakan tempat penerimaan, pembinaan, pertumbuhan yang memberdayakan anggota-anggota keluarga untuk berperan serta dalam tindakan kasih dan penyelamatan Allah yang terus berlanjut. Bukan berarti kita mencintai dan memuja dan mengisolir diri terhadap masyarakat, tetapi sebaliknya menjadi tempat bernaung kepada anggota keluarga untuk memberikan bimbingan, pertolongan dan penyelamatan untuk lingkungan.


Keluarga yang mencerminkan kasih Allah secara holistik. Di sini kehidupan keluarga perlu ditata untuk mencerminkan atau merefleksikan kasih Allah yang memberikan pengasuhan secara fisik, mental/emosional, sosial, spiritual/rohani kepada para anggotanya. Hal ini juga dikenal sebagai kasih Allah yang bersifat holistik. Hubungan-hubungan di dalam keluarga yang memberi tempat kepada ciri khas, sifat dan tujuan masing-masing anggota secara alamiah adalah hal yang penting. Dari cara pandang iman, maka cara kita saling berhubungan seharusnya menjadi perwujudan kasih Allah terhadap sesama sebagai anggota keluarga. Dalam persekutuan dengan Kristus, segala gerak-geriknya, sikap hidupnya akan ditentukan oleh kepercayaan dan pengalaman Kristen dibawah pengawasan Tuhan.

Keluarga adalah pencerita yang alamiah dimana orang yang lebih tua (kakek, nenek, ayah, ibu) adalah pencerita utama untuk menceritakan karya-karya Allah yang bernilai di dalam   keluarga sebagai kabar kesukaan. Orang tua yang bercerita adalah bagian dalam kebudayaan kita yang seringkali kita abaikan. Keluarga adalah bayangan dari gereja, bahkan dari kerajaan Allah. Sepanjang sejarah kehidupan keluarga Kristen, selalu diperhadapkan dengan masalah-masalah yang mengancam keutuhan hidup. Salah satu hal yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan nilai-nilai hidup dalam keluarga Kristen adalah krisis cinta kasih antarorang tua dan anak, kurangnya perhatian dan kepedulian orang tua tentang pentingnya nilai-nilai hidup yang benar bagi keluarga dan sebagainya. Orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak sekaligus penolong mereka untuk mengkomunikasikan nilai-nilai hidup serta ilmu pengetahuan dalam taraf yang sederhana. Saling bekerjasama, saling percaya demi menunjang tujuan hidup bersama dalam kehidupan keluarga. Tujuan hidup itu akan terbangun, jika semua anggota keluarga secara khusus orang tua dan anak-anak dapat hidup rukun dan saling pengertian serta berbagi satu dengan lainya. Lingkungan keluarga dijadikan   sebagai   wadah   pertama dan utama anak dapatkan sejumlah nilai-nilai hidup dari orang tua.

Itu berarti peran dan tanggungjawab keluarga dalam hal ini orang tua adalah memperkenalkan dan mengajarkan kepada anak tentang segala hal dalam kehidupan anak yang mesti diterima dan dipahami, sehingga ajaran dan pengetahuan itu menjadi bekal dirinya untuk hari ini, esok maupun yang akan datang. Kehidupan orang tua dalam keluarga yang memberi teladan dapat menjadi transformasi hidup yang memberikan nilai positif bagi pertumbuhan dan perkembangan moral dan iman anak kepada Tuhan. Tugas utama dari keluarga bagi pembentukan moral dan karakter anak ialah meletakan dasar moral dan karakter melalui penanaman nilai agama yang kuat berdasarkan prinsip kebenaran firman Tuhan (2 Tim.3:16-17; Roma 12:1-2; Maz 119:8-11).