Bab II Bertumbuh
Menuju Kedewasaan yang Benar
Bahan Alkitab: Efesus 4:11-15; Kolose 1:7-12
Rudyard Kipling
(1865-1936), penulis Inggris terkenal, pernah menulis sebuah puisi yang
berjudul “If” (“Jika”). Di bawah ini adalah terjemahannya oleh S. Belen dalam
bahasa Indonesia.
JIKA
Jika
kau bisa bersabar ketika semua orang sekitarmu
Hilang
sabar dan mempersalahkanmu;
Jika
kau bisa percaya diri ketika semua orang meragukanmu,
Namun
berilah juga celah bagi keraguan mereka;
Jika
kau bisa menunggu dan tak lelah menanti,
Atau,
dibohongi, janganlah berdamai dengan kebohongan,
Atau,
dibenci, janganlah balas membenci,
Namun
janganlah kelihatan terlalu baik, atau berbicara terlalu bijaksana;
Jika
kau dapat bermimpi – dan tidak membiarkan mimpi menguasaimu;
Jika
kau dapat berpikir – dan tidak menjadikan pikiranmu sebagai tujuan;
Jika
kau dapat meraih kemenangan dan menderita musibah kekalahan
Dan
memperlakukan sama kedua tipuan semu itu;
Jika
kau rela mendengarkan kebenaran yang kau ucapkan
Yang
tersandra oleh para penipu yang membuat perangkap bagi orang bodoh,
Atau
menyaksikan hancur luluhnya segala yang kau pertaruhkan untuk hidupmu,
Dan
membungkuklah dan bangunlah puing-puing itu dengan peralatan rusak yang
tersisa;
Jika
kau dapat mempertaruhkan semua kemenanganmu
Dan
mengambil risiko untuk satu giliran ‘lempar-dan-tangkap’,
Dan
ternyata kalah, dan harus mulai lagi dari awal
Dan
janganlah pernah mengeluhkan kekalahanmu sepatah kata pun;
Jika
kau bisa memaksa jantung dan saraf dan ototmu
Untuk
melakukan giliran pukulan service-mu lama setelah semua kekalahanmu,
Dan
ya bertahanlah bila tiada lagi apa pun dalam dirimu
Kecuali
Kemauan yang berujar kepada mereka: “Tunggu.”
Jika
kau dapat berbicara kepada rakyat jelata dan mempertahankan kebajikanmu,
Atau
berjalan dengan raja-raja – tanpa kehilangan hubungan dengan rakyat biasa;
Jika
tiada musuh atau teman tercinta dapat melukaimu;
Jika
semua orang menghargaimu, tapi tak berlebihan;
Jika
kau bisa mengisi menit yang menentukan
Dengan
menempuh jarak lari enam puluh detik yang tak ternilai –
Bumi
dan segala isinya akan menjadi milikmu,
Dan
– yang lebih penting – kau akan menjadi Seseorang anakku!
Coba perhatikan,
pelajaran apa yang dapat kita peroleh dari puisi di atas tentang pertumbuhan? Pada
ketiga bait pertama puisi di atas, kita menemukan pelajaran tentang
“kesabaran”, “rasa percaya diri”, “berani menghadapi keraguan orang”, “sabar
menunggu”, “tidak membalas kejahatan dengan kejahatan”, “cerdas dan waspada”
(tidak kelihatan terlalu baik atau bijaksana), “tidak tenggelam dalam
mimpi-mimpi”, “sanggup berpikir demi mencapai sesuatu”, “tidak mudah terhanyut
oleh kemenangan, atau hancur karena kekalahan.”
Coba tambahkan
lagi pelajaran-pelajaran lain yang dapat kamu temukan dalam bait-bait yang lainnya
dari puisi tersebut.
B.
PROSES MENJADI
DEWASA
Pada pelajaran
yang lalu kamu sudah belajar tentang apa arti bertumbuh menjadi dewasa. Dalam
puisinya, Rudyard Kipling juga menggambarkan arti pertumbuhan itu. Dari
kata-kata Kipling di atas jelas sekali bahwa yang penting dalam pertumbuhan itu
bukan semata-mata pertumbuhan fisik, melainkan kematangan bersikap dan
berperilaku dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Apakah kita mampu
menghadapi hal-hal yang tidak kita harapkan terjadi dalam hidup ini? Apakah
kita mampu menghadapi orang-orang yang seringkali berperilaku berlawanan dengan
apa yang kita inginkan? Bagaimana kalau kita dikecewakan dalam hidup ini?
Apakah kita akan tenggelam di dalam kekecewaan itu? Atau malah mencoba bangkit
dan memulai lagi untuk membangun dari sisa-sisa keruntuhannya?
Dalam bahasa
Inggris ada dua kata yang bisa digunakan untuk “dewasa”, yaitu “adult” dan
“mature.” Kata “adult” lebih menunjuk kepada usia seseorang, sementara kata
“mature” menunjuk kepada kematangan pribadi dan jiwa seseorang. Orang yang
matang pribadi dan jiwanya mestinya tahu apa yang baik dan yang buruk, apa yang
benar dan salah. Ia menjadi orang yang mandiri, mampu mengambil keputusannya
sendiri. Kalaupun ia meminta nasihat, ia tidak akan begitu saja menjalankan
segala sesuatu yang dikatakan oleh teman- teman atau orang yang memberikan
nasihat kepadanya. Ia akan berusaha untuk berpikir masak-masak sebelum ia
mengambil keputusan. Ia tidak akan mudah dipengaruhi orang lain untuk berubah
pendapat dan pikirannya. Ia pun tidak mementingkan diri sendiri, melainkan
menunjukkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan orang lain.
C.
KEDEWASAAN PENUH
MENURUT ALKITAB
Dalam Surat Efesus
yang menjadi dasar bahan kita kali ini, Rasul Paulus mengingatkan jemaat di
kota itu bahwa Yesus Kristus telah menyediakan pemimpin-pemimpin umat, seperti
rasul, nabi, pemberita Injil, gembala, pengajar, dll. untuk menolong umat
Kristen agar diperlengkapi untuk melayani Tuhan dan membangun tubuh Kristus,
yaitu gereja, kumpulan umat Allah sendiri. Mengapa Tuhan harus melakukan semua
ini bagi gereja-Nya? Surat Efesus menjelaskan bahwa tujuannya adalah
13…mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh,
dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, 14sehingga
kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin
pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang
menyesatkan, 15tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di
dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang
adalah Kepala.
Dari ayat-ayat di
atas, jelas bahwa orang Kristen seringkali menghadapi masalah berupa
ajaran-ajaran palsu manusia dan berupa-rupa upaya yang menyesatkan. Banyak
orang yang berusaha untuk mengalihkan perhatian dan iman percaya orang Kristen
dari Kristus. Dalam Surat 2 Petrus 2:1 dan Surat 1 Yohanes 4:1 kita menemukan
peringatan-peringatan tentang guru-guru dan nabi-nabi palsu yang berkeliaran
dan menyebarkan ajaran-ajaran yang sesat. Mereka berusaha untuk membuat orang
Kristen menyangkal Yesus Kristus yang telah menebus mereka. Dengan kata lain,
mereka berusaha membujuk supaya orang Kristen meninggalkan Yesus Kristus dan
menjauhkan diri dari kasih sayang Allah. Seorang Kristen yang dewasa tidak akan
mudah digoyahkan oleh ajaran-ajaran yang sesat. Mari kita lihat bagaimana
ajaran-ajaran sesat itu dikembangkan di sekitar kita.
D.
BERBAGAI AJARAN
PALSU
“The Family
International”
“The Family
International” lebih dikenal dengan nama “Children of God” (Anak-anak Allah-COG).
Kelompok ini didirikan pada tahun 1968 di Huntington Beach, California, AS.
Pendirinya bernama David Brandt Berg, yang kemudian mengubah namanya menjadi
Moses David. Nama Children of God kemudian diubah setelah nama COG mendapatkan
stigma negatif. Kelompok ini mengajarkan bahwa akhir zaman sudah dekat.
Anggota-anggota
COG mendirikan komun-komun (kelompok hidup bersama) di berbagai kota. Mereka mencari “jiwa-jiwa baru” dengan menyebarkan
traktat di jalan-jalan. Anggota-anggota baru diajarkan untuk
menghafalkan Alkitab dan
mengambil nama alkitabiah yang baru. “Mo Letters” adalah sarana David untuk
berkomunikasi dengan para anggotanya. Pada Januari 1972, Berg memperkenalkan
lewat surat-suratnya, bahwa ia adalah nabi Allah untuk masa kini, sehingga
otoritasnya harus ditaati semua anggota.
Pada akhir tahun
1972, mereka sudah menyebarkan sekitar 42 juta lembar traktat, yang isinya
kebanyakan tentang keselamatan Allah dan kehancuran Amerika. Selain menyebarkan
traktat di jalan-jalan, mereka juga meminta sumbangan uang untuk kegiatan
mereka.
Pada tahun 1974,
Berg memperkenalkan metode untuk mencari anggota baru dengan menggunakan seks
sebagai daya tariknya. Mereka mendorong para perempuan anggota COG untuk
melakukan hubungan seks dengan orang-orang yang dianggap bisa diharapkan
menjadi anggota baru. Mula- mula hal ini dilakukan oleh kelompok terdekat Berg,
dan belakangan oleh anggota-anggota lainnya. Menurut kelompok ini, “lebih dari
100.000 orang menerima anugerah keselamatan Allah melalui Yesus, dan sebagian
lagi menerima kehidupan sebagai murid dan misionaris”, sebagai hasil dari
metode gila ini. Menurut data mereka, para anggota mereka berhubungan seks
dengan 223.989 orang selama masa 1974-1978.
Metode ini juga
menghasilkan banyak anak di luar nikah di kalangan kelom- pok ini, termasuk
anak laki-laki Karen Zerby, Davidito (yang juga dikenal sebagai Ricky
Rodriguez), yang pada 2005 bunuh diri setelah ia membunuh seorang perempuan
anggota kelompok ini yang diingatnya pernah melecehkannya secara seksual ketika
ia masih balita. Anak-anak yang dilahirkan dari hubungan seks ini diperkirakan
jumlahnya lebih dari 300 orang. Mereka disebut sebagai “bayi-bayi Yesus.”
Kelompok Children
of God ini pernah bertumbuh di Indonesia. Entah bagaimana sekarang – apakah
mereka masih bergerak di Indonesia atau tidak. Namun sangat penting bagi kita
untuk bersikap waspada terhadap kelompok- kelompok seperti ini yang menyebarkan
ajaran-ajaran palsu.
Ajaran Hyper Grace
Ajaran hyper grace
atau yang biasa dikenal dengan “kasih karunia” dikembangkan dan dipopulerkan
oleh Joseph Prince, Gembala Senior di New Creation Church, Singapura. Dalam
pemahaman hyper grace, manusia tidak perlu mengakui dosanya dan memohon ampun
pada Allah karena Yesus Kristus sudah datang dan menebus dosa manusia.
Menurut Joseph Prince,” Semua dosa
manusia – di masa lalu, masa kini, dan masa depan sudah dibasuh oleh darah
Yesus yang kudus. Menusia sepenuhnya diampuni saat menerima Yesus sebagai Juru
selamat. Manusia tidak lagi dianggap bertanggung jawab atas dosa-dosanya.
Berdasarkan pemahaman ini, seolah-olah orang percaya tidak perlu mengoreksi
diri, menyadari dosanya, bahkan kalau ada suara hati dan pikiran yang
menunjukkan dosanya, itu dianggap suara dari iblis, karena dosa orang percaya
sudah diampuni. Joseph Prince mengajarkan, “Strategi iblis adalah membuat orang
beriman merasa tidak layak untuk memasuki hadirat Tuhan”.
Ajaran ini
bertentangan dengan isi Alkitab yang mengatakan bahwa semua manusia berdosa.
Oleh karena itu, jika kita ingin datang ke hadirat Allah kita harus mengakui
dosa kita supaya kita layak di hadapan Allah. Memang benar kita telah ditebus
oleh Yesus Kristus namun karya keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus terus
berlangsung sampai Kristus datang kembali.
Manusia yang telah menerima Kristus wajib menjaga kekudusan hidup.
Manusia dalam kedagingannya selalu terjerumus ke dalam dosa. Oleh karena itu,
penting bagi manusia untuk mengakui dosa-dosanya serta memohon pengampunan
Allah dan tiap orang bertanggung jawab atas dosa-dosanya.
Ajaran hyper grace
menunjukkan seolah-olah anugerah Allah itu “murahan” tanpa disertai dengan
tanggung jawab sebagai response atas anugerah-Nya. Bahkan terbuka kemungkinan
bagi orang Kristen untuk hidup menurut keinginan dirinya sendiri atau hidup
semaunya tanpa berpedoman pada Alkitab. Padahal Yesus Kristus sendiri
mengatakan kepada murid-muridNya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Matius 16:24). Kita
harus menyangkal diri untuk suatu tujuan, harus menyangkal diri bagi Kristus,
bagi kehendak- Nya dan kemuliaan-Nya, dan melayani kepentingan-Nya di dunia
ini. Kita harus menyangkal diri demi saudara-saudara kita dan demi kebaikan
mereka. Dan kita harus menyangkal diri demi kebaikan diri kita sendiri,
menyangkal nafsu tubuh jasmani demi kebaikan jiwa kita.
Arti salib di sini
adalah seluruh penderitaan kita, baik yang kita derita sebagai manusia maupun
sebagai orang Kristen, meliputi segala kemalangan karena ketentuan ilahi,
penganiayaan oleh karena kebenaran, setiap masalah yang menimpa kita, baik
karena berbuat baik ataupun karena tidak melakukan sesuatu yang jahat. Segala
kesukaran yang kita derita sebagai orang Kristen sangat cocok disebut
salib-salib, karena mengingatkan kita akan kematian di atas kayu salib, yang
dialami Kristus karena ketaatan-Nya. Salib-Nya itu seharusnya membuat kita
bersedia menerima segala kesukaran kita dan tidak usah takut kepadanya.
Salib-Nya itu seharusnya membuat kita sadar bahwa sama dengan Dia. Kita juga
harus menanggung kesukaran, karena Dia juga telah menanggung sengsara bagi
kita.
Menjadi orang
Kristen tidak dengan sendirinya membebaskan manusia dari penderitaan dan bertindak
sesuai dengan kehendak dirinya. Justru menjadi Kristen artinya menyerahkan diri
ke dalam pimpinan Allah dalam ketekunan ibadah, berdoa dan membaca Alkitab
serta melakukan segala perintah-Nya. Dalam setiap upaya manusia untuk
menjalankan perintah Allah itulah manusia menghadapi banyak tantangan,
pencobaan bahkan penderitaan. Hal itu merupakan bagian dari perjuangan manusia
untuk terus hidup sebagai anak- anak Allah.
Nah, bagaimana
dengan kamu sendiri? Pernahkah kamu mengalami hal serupa ini–bertemu dengan
guru-guru palsu dan nabi-nabi palsu, yang berusaha menjauhkan kamu dari Yesus
Kristus? Mereka menjanjikan kebahagiaan hidup yang semu. Misalnya, kalau kamu
mengikuti kata-kata mereka, kamu akan masuk ke surga. Bila kamu menjalankan
ajaran-ajarannya, kamu dijamin masuk ke surga, seperti yang pernah dijanjikan
Pdt. Mangapin Sibuea yang meramalkan nubuat akan terjadi pada 10 November 2003
dan dia beserta semua pengikutnya sajalah yang akan diangkat Tuhan naik ke surga
(Tempo, “Setelah ‘Kiamat’ Sekte Sibuea Tak Terjadi”, 12 November 2003). Ada
lagi yang menjanjikan kamu akan menemukan kebahagiaan sejati. Atau kamu akan
memiliki kekuatan-kekuatan yang luar biasa.
Diskusikanlah
sekarang dengan temanmu, bagaimana para guru palsu dan nabi palsu ini
menjalankan tipu muslihatnya terhadap orang Kristen, seperti yang mungkin
pernah kamu alami sendiri.
Guru-guru dan
nabi-nabi palsu yang saya ketahui dan ajaran mereka:
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
E.
IKLAN SEBAGAI
AJARAN PALSU
Di dunia sekarang
ini, periklanan memainkan peranan penting dalam bisnis. Iklan digunakan untuk
mempromosikan barang-barang yang dijual. Tujuannya adalah memperkenalkan
produk-produk tersebut dan membuat orang tertarik untuk membelinya. Namun pada
kenyataannya ada kalanya iklan yang dibuat itu tidak menggambarkan isi produk
yang sesungguhnya, malah menyesatkan.
Apa yang
dijanjikan oleh iklan-iklan itu lebih tepat digambarkan sebagai janji-janji
palsu. Misalnya, kaum perempuan dianjurkan untuk membeli sejenis krim tertentu
untuk membuat kulit wajahnya menjadi putih. Kadang-kadang krim-krim itu malah
mengandung bahan-bahan berbahaya yang bisa menyebabkan kanker kulit.
Sementara itu,
media massa juga mempromosikan ide-ide bahwa kulit yang berwarna putih itu
lebih cantik daripada kulit yang berwarna lebih gelap. Akibatnya, orang-orang
yang kulitnya berwarna agak gelap mungkin akan merasa rendah diri karena kurang
cantik. Contoh ajaran palsu lainnya adalah gagasan-gagasan yang ditanamkan
kepada kita lewat iklan yang mengatakan bahwa orang sukses adalah orang yang
merokok jenis rokok tertentu, atau mengendarai mobil tertentu. Benarkah
demikian?
Belakangan ini ada
banyak berita tentang pejabat yang ditangkap karena korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan. Bila kita simak memang akan muncul berbagai pertanyaan, bagaimana
mungkin seorang pejabat pemerintah seperti itu bisa memiliki uang begitu banyak
sehingga hartanya berlimpah ruah? Kalau kita bandingkan dengan gajinya,
seharusnya tampak jelas bahwa mereka tidak mungkin mengumpulkan begitu banyak
harta kekayaan. Mengapa ini bisa terjadi? Tampaknya banyak orang yang kini
terbius oleh gambaran-gambaran bahwa sukses seseorang hanya bisa diukur lewat
apa yang ia punyai - entah berupa rumah, tanah, kendaraan mewah, perhiasaan
berharga, logam mulia, dan lain-lain.
F.
KEKAYAAN DAN
SUKSES DENGAN JALAN PINTAS
Semakin banyak
orang yang percaya akan ajaran palsu bahwa sukses dapat dicapai dengan jalan
pintas. Ketika kekayaan menjadi ukuran sukses seseorang, semakin banyak pula
kita melihat bagaimana orang-orang yang duduk di jabatan yang “basah”– entah di
pemerintahan ataupun di kantor-kantor swasta–bisa dengan cepat menjadi kaya
raya.
Hal ini tampaknya
disebabkan oleh pergeseran nilai-nilai di masyarakat kita yang sangat
menonjolkan kekayaan materi dan kesenangan badaniah (hedonisme) sebagai ukuran
sukses di masa kini. Karena nilai-nilai itu yang ditunjukkan sebagai kelaziman
– antara lain lewat iklan-iklan di media massa, dan bahkan juga oleh
pemberitaan-pemberitaan tentang gaya hidup para selebritis di negara kita –
maka orang-orang pun berbondong-bondong meniru gaya itu. Namun, dari mana
mereka memperoleh uang untuk membiayai gaya hidup itu? Untuk maksud tersebut
tidak jarang kita menemukan orang-orang yang bersedia mengambil jalan pintas,
entah lewat korupsi, berjualan narkoba yang harganya sangat mahal, menyelundupkan
narkoba dan barang-barang terlarang lainnya, atau bahkan menjual diri.
Sebuah berita
mengejutkan terjadi di salah satu kota di Pulau Jawa. Dilaporkan bahwa seorang
murid SMP terlibat dalam praktik pelacuran. Ia menjual teman-temannya yang
masih duduk di SMA untuk melayani laki-laki hidung belang sebagai pelacur,
hanya karena anak-anak itu ingin memiliki HP “pintar” Blackberry (Kompas,
“Ingin Punya BB, Siswi SMA di Surabaya Jual Diri,” 9 Juli 2013). Bukankah ini
tragis? Mengapa remaja-remaja itu tidak berpikir jauh tentang masa depan
mereka? Bukankah semua ini tanda-tanda ketidakdewasaan?
Kita sudah melihat
di atas uraian tentang berbagai ajaran palsu yang dianjurkan oleh para guru dan
nabi palsu modern di masa kini. Apa yang kita lihat sejauh ini, ajaran-ajaran
palsu itu bukan sekadar ajaran agama atau keyakinan kita tentang Tuhan kita dan
karya penyelamatan-Nya. Yang kita lihat adalah ajaran-ajaran yang mungkin dalam
pemahaman kita jauh dari pengertian kita tentang agama.
Mungkin tidak
pernah terbayangkan oleh kita bahwa agama Kristen akan menyebut nilai-nilai
yang berlaku luas di masyarakat kita itu sebagai “ajaran palsu.” Namun kita
tidak bisa menolak semua itu. Tuhan Yesus sendiri pernah mengatakan:
"Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar
dari mulut Allah” (Matius 4:4). Maksud ayat ini bukanlah semata-mata supaya
kita rajin membaca Alkitab, melainkan terutama sekali supaya kita bisa
mengenali ajaran-ajaran yang merendahkan nilai-nilai kehidupan, yang membuat
hidup tidak lain daripada sekadar memenuhi kebutuhan biologis semata-mata.
Bacaan dari Surat
Efesus di atas sudah mengingatkan kita bahwa Tuhan ingin agar kita bertumbuh
menuju kedewasaan penuh dengan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh
rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka
yang menyesatkan… (Efesus 4:13-14)
Hidup kita tidak
boleh dijadikan dangkal dengan sekadar memenuhi kebutuhan materi dan mencari
kekayaan semata-mata, atau malah mengikuti nilai-nilai yang dipromosikan oleh
banyak orang di dunia ini. Bacaan dari Surat Kolose mengingatkan, …supaya kamu menerima segala hikmat dan
pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna,
sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala
hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam
pengetahuan yang benar tentang Allah… (Kolose 1:9-10)
G. KEDEWASAAN PENUH
DALAM HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN
Pada bait ketujuh
puisi Kipling, ia mengatakan demikian:
Jika kau dapat berbicara kepada rakyat jelata dan
mempertahankan kebajikanmu,
Atau berjalan dengan raja-raja – tanpa kehilangan
hubungan dengan rakyat biasa;
Jika tiada musuh atau teman tercinta dapat melukaimu;
Jika semua orang menghargaimu, tapi tak berlebihan;
Kipling
mengatakan, orang yang dewasa adalah orang yang bisa berbicara kepada rakyat
kecil, namun tetap mempertahankan kebajikannya. Kalaupun ia bisa berjalan
dengan raja-raja, hal itu tidak menjadikannya sombong dan berkepala besar.
Rasanya tidak banyak orang yang bisa bertindak seperti ini. Di dunia kita bisa
melihat hanya segelintir orang yang mampu bersikap seperti ini dengan tulus.
Dalam sebuah perjalanan kampanyenya, ketika merasa lapar, Presiden Obama tidak
segan-segan berhenti di sebuah restoran hamburger – makanan siap saji yang
dianggap sebagai makanan murah (“OMG! President Obama eats at South Miami
burger joint,” Miami Herald, 20 September 2012). Ia tidak segan-segan makan ditempat
murahan seperti itu. Orang yang dewasa dan matang kepribadian dan pemikirannya,
pasti tidak akan canggung melakukan hal-hal yang di mata orang lain mungkin
dianggap akan merendahkan derajat dan kedudukannya. Ia akan mampu memperlakukan
setiap orang dengan cara yang sama. Ia tidak kikuk bergaul dengan orang-orang
kecil – termasuk mereka yang disingkirkan dan dilupakan masyarakat umum – atau
pun berhadapan dengan orang-orang yang berjabatan tinggi.
Di masa hidup-Nya
di dunia, Yesus pun pernah melakukan hal seperti itu, makan di tempat-tempat
yang sederhana. Ia pernah diundang oleh Simon, seorang Farisi yang kaya, untuk
makan di rumahnya. (Lukas 7:36-50) Namun di pihak lain, Ia pun tidak
segan-segan duduk dan makan di antara para pemungut cukai dan orang-orang
berdosa. (Markus 2:13-16) Dengan kata lain, Tuhan Yesus tidak membeda-bedakan
orang. Bahkan sebaliknya, Ia berusaha mendekatkan diri dengan orang-orang yang
disingkirkan oleh masyarakat, supaya mereka bisa diterima lagi oleh masyarakat,
dan dapat hidup seperti banyak orang lainnya.
Inilah yang
dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Surat Kolose tersebut tentang pertumbuhan
pribadi seorang Kristen, “…tetapi dengan
teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala
hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala "(Kolose 4:15) Dengan
berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh ke arah Kristus.
Kalau Kristus sendiri bersikap terbuka kepada siapapun, maka kita pun
terpanggil untuk bersikap terbuka kepada orang lain. Janganlah kita menjauhkan
diri dari orang lain hanya karena mereka berbeda latar belakang suku, agama,
kelas sosial, warna kulit, dan lain-lain.
Kedewasaan penuh
yang kita lihat di dalam diri Yesus adalah kehidupan yang berfokus pada
kepentingan orang lain, demi kemuliaan Allah. Itulah yang digambarkan oleh
Rasul Paulus dalam Filipi 2:3-4, “Sebaliknya
hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari
pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan
kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Apakah ini
berarti orang Kristen tidak boleh memperhatikan kepentingannya sendiri? Sudah
tentu tidak. Paulus ingin menekankan agar kita tidak hanya memperhatikan
kepentingan diri sendiri, tetapi juga memikirkan kepentingan orang lain.
H.
RENCANA HIDUP SAYA
Menurutmu, hal-hal
apa saja yang bisa kamu lakukan untuk bertumbuh menuju kedewasaan yang benar?
Hal-hal apa yang dapat kamu lakukan supaya hidupmu bermakna? Bidang studi
apakah yang akan kamu pilih agar bisa mengembangkan hidup yang bermakna dan
tidak dangkal itu? Jika waktu yang tersedia cukup, kamu dapat membacakan
rencana hidupmu. Jika tidak, kumpulkanlah untuk dibaca oleh gurumu.
I.
RANGKUMAN
Kedewasaan yang
benar yang mestinya terjadi pada hidup kita masing- masing adalah sikap hidup
yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh pendapat orang-orang di sekitar kita.
Kedewasaan yang benar itu mestinya tampak dalam kemampuan kita ketika kita
diperhadapkan dengan berbagai ajaran, pemikiran, filosofi, bahkan juga
iklan-iklan yang mengajarkan sukses, keberhasilan, kekayaan, kemasyhuran yang
mudah dengan jalan pintas. Alkitab justru mengajarkan yang sebaliknya.
Kedewasaan yang benar adalah kedewasaan yang berprinsip, yang didasarkan pada
firman Tuhan.
J.
PENUTUP
Doa Penutup: Tuhan, pimpinlah hidupku agar aku dapat
menjalaninya menuju kedewasaan yang benar. Jangan biarkan aku berjalan sendiri,
Tuhan, melainkan ubahlah aku agar hidupku benar-benar bermakna, tidak hanya
berorientasi kepada diri sendiri, atau kelompokku saja, melainkan bisa juga berguna
untuk orang lain. Dalam nama Tuhan Yesus, Juruselamatku. Amin.