Bab VII. Hidup
yang Dipimpin oleh Roh
Bahan
Alkitab: 2 Tim. 1:7; 1 Sam. 16; Rom. 8:1-11; 1 Pet. 1:13-16
A. PENGANTAR
Menyanyikan KJ No.
236: Roh Kudus, Sinarilah
Roh Kudus,
sinarilah hati gundah dan lelah.
Ganti kuasa yang
gelap dengan t’rangMu yang tetap.
Roh Kudus,
sucikanlah hati risau dan lemah.
Yang t’lah lama
dicekam oleh Iblis yang kejam.
Roh Penghibur,
angkatlah hati susah, berkesah.
Hibur hati yang
sedih, balut luka yang perih.
Roh Kudus,
diamilah hati yang t’lah berserah.
Kaulah saja,
Tuhanku, Raja dalam hatiku.
DISKUSI
Kesan apakah yang
kamu peroleh dari kata-kata lagu di atas? Peran apakah yang dimainkan oleh Roh
Kudus lewat gambaran lagu itu?
……………….……………………………………………………
B. MENGENAL MONGINSIDI, PAHLAWAN NASIONAL
Robert Wolter
Monginsidi adalah seorang pemuda pemberani yang pada tahun 1973 dinyatakan
sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Republik Indonesia. Wolter dilahirkan
di Desa Malalayang, Manado, pada 15 Februari 1925. Ketika Perang Pasifik
meletus pada tahun 1937, Wolter masih duduk di kelas 2 MULO atau SMP – masih
lebih muda dari kamu. Setelah Jepang menduduki Indonesia, ia masuk ke sekolah
bahasa Jepang.
Ketika Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, kemerdekaan tidak begitu
saja diperoleh dengan mudah. Pemerintah Belanda masih ingin terus menguasai
Indonesia. Wolter pun bergabung menjadi anggota pasukan pejuang kemerdekaan di Makassar.
Setelah pasukan NICA/Belanda mendarat dan menguasai wilayah Sulawesi Selatan,
muncullah perlawanan luar biasa khususnya dari kalangan pemuda di sana.
Nama Wolter
Monginsidi segera menjadi terkenal di kalangan masyarakat di Makassar setelah
ia memimpin sebuah serangan terhadap pos tentara Belanda di kota itu pada 27 Oktober
1945. Namun perlawanan ini terbukti tidak seimbang karena pasukan Belanda
didukung oleh kekuatan militer yang modern. Tentara Belanda pun berhasil
menguasai kota Makassar sepenuhnya, sementara para pejuang mengundurkan diri ke
luar kota dan mengonsentrasikan kekuatan mereka di daerah Polombangkeng. Para
pejuang muda itu pun kemudian membentuk Laskar Pemberontakan Rakyat Sulawesi
Selatan (LAPRIS) dengan Monginsidi sebagai sekretaris jenderalnya.
Sering sekali
Monginsidi menyamar sebagai polisi tentara Belanda dan menyusup masuk ke dalam
kota. Dengan cara itu, ia dapat menemukan sasaran-sasaran serangan yang tepat.
Masalah ini mempersulit Belanda dan serangan-serangan pasukan pemuda itu
menimbulkan kerugian yang besar. Pada tanggal 28 Februari 1947, Belanda
mengadakan razia besar-besaran dan Monginsidi ikut terjaring di tengah-tengah
penyamarannya. Namun pada 27 Oktober 1947 ia berhasil meloloskan diri dan
kembali memimpin serangan- serangan. Malangnya, Sembilan hari kemudian
Monginsidi kembali tertangkap di tengah-tengah razia tentara Belanda yang
semakin ketat.
Belanda membujuk
Monginsidi untuk bekerasama. Namun semua itu ditolaknya mentah-mentah. Karena
itulah, Monginsidi dijatuhi vonis hukuman mati. Monginsidi menerima hukuman itu
dengan tabah. Ia juga menolak kesempatan untuk meminta grasi (pengampunan).
Pada 5 September 1949, saat tanda-tanda perdamaian mulai tampak dengan
dimulainya Konferensi Meja Bundar, rakyat Indonesia dikejutkan oleh berita
kematian Robert Wolter Monginsidi.
Monginsidi dibawa
ke Pacinang untuk menghadapi regu penembak. Ia menolak matanya ditutup. Sebelum
menuju ke tempat penembakan Wolter menjabat tangan semua yang hadir. Kepada
regu penembak, Wolter berkata, “Laksanakan
tugas Saudara! Saudara-saudara hanya melaksanakan tugas dan perintah atasan.
Saya maafkan Saudara-saudara dan semoga Tuhan mengampuni dosa-dosa
Saudara-saudara.”
Dengan tenang ia
menghadapi pasukan yang akan menembaknya. Di tangan kirinya ia memegang Alkitab
dengan secarik kertas yang berisi kata-kata “Setia sampai mati” yang diambil
dari Wahyu 2:10,
“Jangan takut terhadap apa yang harus engkau
derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke
dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama
sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan
kepadamu mahkota kehidupan.”
Sementara itu
tangan kanannya mengacung ke atas, dan ia berteriak, “Merdeka!” sebelum butiran
peluru menembus dadanya. Dengan ketegaran dan keteguhan hati ia menghadapi
moncong-moncong senjata yang dibidikan kepadanya dan menolak ketika matanya
akan ditutup, ia berucap, “Dengan hati
dan mata terbuka, aku ingin melihat peluru penjajah menembus dadaku.”
C. PERANAN ROH DI DALAM HIDUP KITA
Di dalam Alkitab
“dipimpin” atau “dikuasai oleh Roh” adalah istilah yang biasa dipakai untuk
menggambarkan orang yang hidupnya berkenan kepada Allah. Dalam 1 Samuel 16
dikisahkan bahwa Daud diurapi oleh Samuel. “Sejak
hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah
Samuel menuju Rama.” (1 Sam. 16:13) Kita tahu bagaimana hidup Daud dipimpin
oleh Roh Allah sehingga ia menjadi raja Israel terbesar.
Karena pimpinan
Roh Allah itulah, maka Daud bisa menghadapi berbagai bahaya di dalam hidupnya.
Misalnya, hampir setiap orang Kristen mungkin mengenal dan hafal Mazmur 23,
yang di dalamnya dilukiskan sikap Daud yang merasa tenang dan damai karena ia
selalu disertai oleh Tuhan.
AKTIVITAS
TUHAN adalah
gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan
aku di padang yang berumput hijau,
(coba lanjutkan
mazmur di atas, dan tuliskan kata-katanya di barisan kosong ini dan jelaskan
apa artinya bagi kamu)
……………….……………………………………………………
D. ROH KUDUS DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA
Dalam sejarah
Gereja kita menemukan orang-orang yang hidupnya dikuasai oleh Roh sehingga
mereka menjadi orang-orang yang pemberani. Polikarpus (69-155 M), seorang uskup
dari Smirna (sekarang Izmir, di Turki), ditangkap karena menolak untuk
menyembah kaisar Roma. Ia mati sebagai seorang syuhada. Ia diikat lalu dibakar sampai mati. Menurut kisahnya,
ia ditusuk tewas karena api yang dimaksudkan untuk membakarnya tidak mampu
menyentuhnya. Ia dicatat pernah berkata seperti ini pada hari kematiannya, “Delapan puluh enam tahun aku telah melayani
Dia, dan Dia tidak pernah melakukan kesalahan padaku. Jadi, bagaimana aku
menghujat Raja dan Juruselamatku? Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan.”
Martin Luther,
tokoh Reformasi yang berani melawan Gereja dan Paus pada waktu itu, dipanggil
dalam sebuah persidangan pada tahun 1521 yang dipimpin oleh Kaisar Karl V.
Pangeran Frederick III, Pangeran dari Sachsen, memperoleh jaminan keselamatan
bagi Luther untuk menghadiri persidangan itu. Johann Eck, yang berbicara atas nama
Kaisar, mengajukan salinan-salinan tulisan Luther di atas meja dan bertanya, apakah
buku-buku itu memang tulisannya dan apakah ia tetap berpegang pada isinya.
Luther mengakui
semuanya, namun ia meminta waktu untuk menjawab pertanyaan yang kedua. Ia
berdoa, berkonsultasi dengan teman-temannya, dan esok harinya ia menjawab,
“Apabila aku tidak diyakinkan oleh kesaksian Kitab
Suci atau oleh penalaran yang jelas (karena aku tidak percaya kepada paus atau
dewan semata-mata, karena sudah diketahui dengan luas bahwa mereka seringkali
keliru dan bertentangan satu sama lain), aku terikat pada Kitab Suci yang telah
kukutip dan hati nuraniku diikat oleh Firman Allah. Aku tidak dapat dan tidak
akan mencabut satu kata pun, karena tidaklah aman dan tidak benar bila aku
menolak hati nuraniku. Semoga Allah menolong aku!”
Selama lima hari
kemudian rapat-rapat tertutup diadakan untuk menentukan nasib Luther. Kaisar
mengajukan rancangan Diet Worms pada 25 Mei 1521 yang isinya menyatakan Luther
sebagai pelanggar hukum, tulisan-tulisannya dilarang beredar, dan ia harus
segera ditangkap. Juga dinyatakan bahwa di seluruh Jerman tak seorangpun boleh
memberikan makanan atau perlindungan kepada Luther, atau mereka akan dijatuhi
hukuman. Darahnya dianggap sah untuk dicurahkan. Nyawanya terancam, namun
Luther tidak mundur sedikit pun.
E. HIDUP
SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH
Sebutkanlah nama
kamu kepada teman kamu sebangku. Sebagai contoh, “Nama saya Dewi. Keluarga kami
anggota Gereja ……” Informasi apa yang kamu peroleh dari perkenalan ini? Dari
situ kamu bisa mengenal sedikit informasi tentang gereja temanmu, Dewi. Mungkin
kamu tahu di mana letak gereja itu?
Sekarang,
sebutkanlah nama keluarga, marga, atau fam kamu kepada teman kamu sebangku.
Misalnya, “Nama saya Dewi Simatupang.” Di kalangan masyarakat Indonesia ada
juga suku yang tidak mempunyai nama keluarga. Misalnya, suku Jawa, Sunda,
Madura, Bali, Palembang, Minangkabau, Aceh. dll. Meskipun demikian, orang bisa
juga memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan nama ayahnya, atau nama
kakek-neneknya.
Dengan
memperkenalkan nama kamu dan nama keluarga atau marga kamu, kamu juga
memperkenalkan keluarga besar kamu. Marga Simatupang, misalnya, adalah salah
satu marga besar di kalangan masyarakat suku Batak Toba di Sumatera Utara.
Dengan menyebutkan nama marga kamu, orang akan selalu menghubungkan kamu dengan
marga kamu itu. Bila kamu berhasil mencapai prestasi yang hebat, mungkin akan
ada orang yang berkata, “Wah, hebat sekali Boru Simatupang itu!” (Boru dalam
bahasa Batak artinya “anak perempuan”).
Kehidupan yang
dipimpin oleh Roh adalah kehidupan yang mencerminkan Bapa kita, yaitu Allah
sendiri. Apakah artinya itu? Itu berarti, bila orang berjumpa dengan kita,
mungkin sekali mereka akan menilai diri kita juga – apakah kita benar-benar
mencerminkan keberadaan Allah, yang adalah Bapa kita? Apakah kita hidup dengan
sopan santun? Apakah kita hidup dengan jujur, tidak korupsi? Apakah kita suka
berdusta, penipu? Apakah kita suka bertengkar dan menciptakan keributan serta
permusuhan di antara teman-teman kita?
Dalam Roma 8:10-11
Paulus mengatakan demikian:
10Tetapi
jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh
adalah kehidupan oleh karena kebenaran. 11Dan jika Roh Dia, yang
telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia,
yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan
menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
Pada bagian bacaan
ini, Paulus mengingatkan, bahwa sebagai anak-anak Allah, sebagai pengikut
Kristus, kita telah memasuki kehidupan yang baru. Di dalam Kristus kita
memperoleh Roh Kudus yang membangkitkan dan dengan demikian juga menjanjikan
kebangkitan dari kematian kelak.
Itulah sebabnya,
orang-orang percaya seperti Robert Wolter Monginsidi, Polikarpus, dan Martin
Luther, tidak takut menghadapi ancaman kematian sekalipun. Mereka tahu bahwa
kematian bukanlah akhir dari segala-galanya. Kuasa kebangkitan yang telah
membangkitkan Yesus telah memberikan keberanian luar biasa bagi setiap pengikut
Kristus.
Namun, memahami
bahwa kita akan dibangkitkan belum cukup. Hidup yang baru ini di bawah kuasa
kebangkitan, mestinya adalah hidup yang dipimpin oleh Roh Allah. Karena itu
Paulus melanjutkan pengajarannya sebagai berikut:
12Jadi,
saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging,
supaya hidup menurut daging. 13Sebab, jika kamu hidup menurut
daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-
perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
14Semua
orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. 15Sebab kamu
tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu
telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru:
“ya Abba, ya Bapa!”
Hidup di dalam
kuasa Roh Kudus adalah hidup yang memerdekakan kita dari belenggu dosa. Dosa
bukanlah sekadar daftar kejahatan atau pelanggaran yang kita lakukan, melainkan
terutama belenggu yang membuat kita terus- menerus terjebak di dalam hawa nafsu
kita sendiri. Dosa membuat kita gagal untuk menginginkan melakukan perbuatan
yang baik, kepada Allah maupun kepada sesama kita dan bahkan kepada seluruh
ciptaan.
Paulus menggambarkan pergumulannya dengan kuasa dosa seperti berikut:
“Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu
yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang
jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki,
maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku”
(Rm. 7:19-20).
Dari ungkapan di
atas, tampak jelas bahwa pergumulan melawan dosa itu bukanlah sesuatu yang
sederhana. Hanya oleh kuasa Roh, maka kita akan bisa meninggalkan kehidupan
kita yang lama – yang digambarkan sebagai kehidupan menurut daging. Dari
kehidupan yang lama itulah maka kita beralih, dengan kuasa Roh, untuk hidup
menurut Roh, di bawah pimpinan kuasa Roh.
F. HIDUP DALAM
KEKUDUSAN
Apakah artinya
kalau kita hidup di bawah pimpinan kuasa Roh? Hidup yang dipimpin oleh Roh
adalah hidup yang diwarnai oleh kekudusan. Apa artinya “kekudusan”? Apakah itu
berarti kamu menjadi orang aneh, yang sama sekali terasing dari teman-teman
kamu dan meremehkan teman-teman kamu yang “tidak kudus”?
Dalam Surat 1
Petrus 1:13-16 dikatakan sebagai berikut:
13Sebab
itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya
atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus
Kristus. 14Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti
hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, 15tetapi
hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang
kudus, yang telah memanggil kamu, 16sebab ada tertulis: Kuduslah
kamu, sebab Aku kudus.
Ada ciri-ciri yang
mestinya terlihat sangat jelas yang membedakan seorang pengikut Kristus dengan
orang lain. Surat Petrus mengajarkan agar kekudusan itu tampak nyata dalam
hidup orang Kristen, antara lain dengan menaruh pengharapan kepada kasih
karunia Tuhan, dan menjaga hidupnya dengan tidak menuruti hawa nafsu, serta
mempertahankan dirinya tetap kudus.
Dalam Surat Roma 12:2, Paulus mengatakan sebagai berikut:
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang
baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Kata “kudus” dalam
bahasa Ibrani berarti “dipisahkan untuk dipakai khusus oleh Allah.” Benda-benda
kudus yang dipergunakan di Bait Suci, misalnya, adalah benda-benda yang dibuat
khusus untuk ibadah, dan tidak boleh digunakan untuk keperluan lainnya di luar
Bait Suci. Demikian pula, orang- orang yang kudus, seperti yang dijelaskan oleh
Surat 1 Petrus 1:16, mestinya menunjukkan kehidupan yang khusus dan berbeda,
karena mereka telah dipilih untuk menjadi milik Allah yang kudus. Bila Allah
yang memanggil kita itu kudus, maka kita sebagai milik-Nya, juga harus menjadi
kudus, memperlihatkan hidup kudus, dan menjauhkan diri dari kehidupan yang
sembarangan, yang justru berlawanan dengan citra Allah yang kudus itu.
G. MEWUJUDKAN HIDUP KUDUS DI TENGAH MASYARAKAT
Di bagian
sebelumnya sudah disinggung bahwa hidup kudus berarti hidup dalam pemahaman
bahwa kita telah dipilih untuk menjadi milik Allah yang kudus. Dengan pemahaman
itu, maka kita harus hidup di dalam kekudusan. Lebih dari itu, orang yang hidup
kudus pun memahami bahwa hidup manusia seharusnya memang kudus, karena hidup
itu adalah karunia Allah sendiri.
Pada kenyataannya,
banyak orang yang tidak menghargai kehidupannya sendiri maupun kehidupan orang
lain. Sebagai contoh, belakangan ini di berbagai bagian dunia marak terjadi
kasus perdagangan orang. Orang-orang diiming-imingi pekerjaan dengan gaji yang
menggiurkan, namun ternyata mereka ditipu, menjadi TKI atau TKW di luar negeri,
namun yang mereka kerjakan ternyata jauh dari apa yang diharapkan. Ada yang
bekerja bahkan seperti budak dengan gaji yang sangat tidak layak dan kondisi
kerja yang menyedihkan. Ada lagi yang dipaksa untuk menjadi pelacur,
menyerahkan kehormatannya dan kemudian diperas habis-habisan hingga melahirkan
anak-anak yang tidak mereka harapkan, seperti kasus yang menimpa Tarmini,
seorang TKW yang dijadikan pelacur di Malaysia (Suara Merdeka, 31 Mei 2014).
Banyak lagi TKW yang menderita penyakit kelamin, bahkan juga HIV dan AIDS
Penjualan orang
tidak hanya terjadi ke luar negeri. Di dalam negeri sendiri kasus seperti ini
banyak sekali. Contohnya, kasus FK (15 tahun) dan TW (14 tahun) yang dijual
oleh temannya kepada seorang laki-laki bernama HD hanya karena merasa tidak
diperhatikan orangtuanya (Kompas, 9 Oktober 2013).
Kasus-kasus
seperti ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus
perdagangan orang yang sangat serius. Para korban dari Indonesia dijual ke
negara-negara ASEAN, Jepang, Taiwan, Korea, negara-negara Amerika Latin, dan
lain-lain. Karena itulah, ada lembaga-lembaga yang berusaha memerangi masalah
ini, antara lain lembaga antarpemerintah yaitu International Organization for
Migration (IOM). IOM yang berdiri sejak 1951 bekerja sama dengan 149 negara di
dunia. IOM juga mempunyai cabang di Indonesia. Di Indonesia, IOM melibatkan
beberapa lembaga pemerintah seperti Kementerian Luar Negeri, Kementerian
Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Polri, dan Badan Reserse Kriminal
Polri. Lembaga ini berusaha mencegah dan mengatasi kasus-kasus penjualan orang
di Indonesia.
Pekerjaan lembaga
seperti IOM ini sangat penting artinya karena orang-orang di lembaga itu
berusaha menghapuskan praktik-praktik yang menjerumuskan orang ke dalam kehidupan
yang tidak kudus sehingga martabat mereka sebagai manusia diinjak-injak.
DISKUSI
Buatlah kliping
dari berita-berita di surat kabar yang menunjukkan bagaimana hidup yang kudus
dan yang tidak kudus! Carilah masing-masing dua contoh yang kira-kira relevan
dengan topik kita kali ini.
Coba diskusikan
dengan teman-temanmu di sekitar bangkumu, bagaimanakah kekudusan seorang siswa
Kristen seharusnya diperlihatkan dalam kehidupannya sehari-hari! Bagaimana hidup
kudus itu tampak ketika kamu berhadapan dengan masalah-masalah di bawah ini?
• Masalah pacaran
• Masalah tawuran
• Masalah video
porno
• Kebiasaan
nyontek
• Belajar dengan
keras
• Sikap jujur
• Kebiasaan
belanja barang yang mahal
• Ketaatan kepada
orangtua
• Hubungan dengan
orang beragama lain
• Kepedulian
terhadap orang yang menderita
• Kepedulian
terhadap kerusakan alam dan pencemaran lingkungan
Lain-lain:
(tambahkan sendiri)
.......................................................................................................
Lakukanlah sebuah kunjungan
secara kelompok ataupun secara sendiri-sendiri ke sebuah lembaga pelayanan
Kristen yang menciptakan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Lalu buatlah
laporan kamu yang menceritakan kisah perjuangan lembaga itu untuk mewujudkan
hidup kudus di tengah masyarakat.
H. RANGKUMAN
Hidup yang
dipimpin oleh Roh adalah hidup yang bebas dari ketakutan. Dengan keberanian,
orang-orang Kristen dari abad ke abad tidak takut menghadapi maut sekalipun dan
dari situ pula mereka menunjukkan kesaksian hidup mereka.
Hidup yang
dipimpin oleh Roh juga menunjukkan identitas diri orang Kristen yang jelas,
yaitu hidup bukan mengikuti daging melainkan menurut kehendak Allah, dan
mencerminkan identitas kita sebagai anak-anak Allah. Itulah hidup kudus yang
dituntut dari setiap orang Kristen.
I. PENUTUP
Doa Penutup: Ya Allah Roh Kudus, bimbinglah dan kuatkanlah aku anak-Mu. Ajarkanlah apa yang harus kulakukan. Aku berjanji untuk menyerahkan seluruh diriku dan hidupku kepada-Mu. Dan aku akan membiarkan Engkau membaharui aku terus-menerus agar setiap hari hidupku semakin mencerminkan kasih dan kuasa Allah di dalam diriku. Dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Amin.