Bab V: Roh Kudus Membaharui Gereja
Bahan Alkitab: Yer. 31:31-33; KPR. 2:17-19; Gal. 3:26-29;
Gal. 5:18
A. PENGANTAR
Pada sekitar tahun 1160 ada seorang laki-laki dari kota Lyon di Prancis yang bernama Peter Waldo (l.k. 1140 - l.k.1218), yang mulai mengajarkan kehidupan Kristen yang radikal. Latar belakangnya tidak diketahui dengan pasti. Ia diilhami oleh beberapa pengalamannya seperti ketika ia mendengar khotbah tentang kehidupan seorang suci yang bernama Santo Alexius, ketika diumumkan doktrin-doktrin gereja yang penolakannya diancam dengan hukuman mati. Ia pun terkejut ketika mendengar bahwa seorang temannya meninggal dunia dengan mendadak sementara makan malam. Semua pengalaman ini kemudian mengubah kehidupan Waldo. Ia menyerahkan sebagian hartanya kepada istrinya, lalu sisanya ia bagi-bagikan kepada orang miskin.
Lalu Waldo mulai
berkhotbah dan mengajar masyarakat umum berdasarkan pemikirannya bahwa orang
Kristen harus hidup sederhana. “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan
kepada Mamon,” katanya sambil mengutip Matius 6:24.
Sekitar 150 tahun
sesudah masa Peter Waldo, di Ceko muncul seorang tokoh terkemuka yang bernama
Jan Hus (l.k 1369 – 6 Juli 1415), seorang pastor, filsuf dan dosen di
Universitas Karel di Praha. Hus ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dengan
dibakar di tiang karena dianggap mengajarkan ajaran sesat yang bertentangan
dengan doktrin gereja pada waktu itu. Setelah kematiannya, para pengikut Hus memberontak
melawan gereja pada waktu itu dan terlibat dalam Perang Husit yang berlangsung
sebanyak lima kali.
Satu abad
kemudian, sekitar 90% penduduk Ceko menjadi pengikut ajaran Hus dan para
penggantinya. Peter Waldo dan Jan Hus adalah dua nama penting yang berperanan cukup
besar dalam pembaharuan gereja sebelum munculnya tokoh-tokoh Reformasi seperti
Martin Luther danYohanes Calvin, satu abad kemudian. Mengapa gereja harus
diperbarui? Orang-orang seperti Peter Waldo, Jan Hus, Martin Luther, dan
Yohanes Calvin, melihat bahwa ada banyak hal yang tidak beres dengan kehidupan
orang Kristen dan gereja pada waktu itu. Gereja menjual surat- surat
pengampunan dosa. Artinya, dengan membeli surat itu, maka si pembeli akan
diampuni dosanya. Yang lebih hebat lagi, si pembeli dapat juga membeli surat-
surat pengampunan dosa itu untuk sanak saudaranya yang sudah meninggal dunia.
Ajaran ini tidak pernah diajarkan oleh Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa iman
kitalah yang menyelamatkan kita (lih. Mat. 9:22; Luk. 17:19, dan lain-lain)
Coba kamu diskusikan dengan teman kamu sebangku, pembaharuan apa yang ingin kamu lihat di dalam gerejamu!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
B. GEREJA SEBAGAI KOMUNITAS BARU
Perubahan yang dahsyat
terjadi pada waktu gereja perdana terbentuk. Dalam Kisah Para Rasul 2
dikisahkan apa yang dialami oleh para murid Tuhan Yesus pada hari Pentakosta,
yaitu hari Pencurahan Roh Kudus. Para murid adalah orang-orang yang sederhana.
Kebanyakan dari mereka adalah nelayan. Umumnya berpendidikan rendah. Karena itu
banyak dari mereka yang sangat ketakutan ketika Tuhan Yesus dihukum mati dengan
hukuman salib yang sangat mengerikan. Mengerikan bukan hanya dari cara
penghukumannya yang luar biasa kejam, tetapi juga karena menurut pemahaman orang
Yahudi, orang yang dihukum salib berarti mereka tidak diterima oleh Allah
maupun manusia (dunia). Kalau surga dan dunia menolak mereka, ke mana mereka
harus pergi? Namun demikian, peristiwa kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh
Kudus ke atas mereka telah menghasilkan perubahan yang dahsyat atas diri para
murid.
Coba tuliskan
perubahan-perubahan apa yang dapat kamu temukan dalam bacaan Kisah Para Rasul
2!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
Seluruh Kisah Para
Rasul menggambarkan perubahan-perubahan yang dialami oleh para murid. Misalnya,
Kisah Para Rasul 2:1 mengatakan, “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya
berkumpul di satu tempat. “Di mana murid-murid itu berkumpul? Ayat ini hanya
mengatakan “di satu tempat.” Tampak seolah-olah lokasi berkumpul mereka itu
sangat dirahasiakan. Namun kemudian turunlah bunyi tiupan angin keras dan
memenuhi seluruh rumah, dan setiap murid dihinggapi lidah api di atas kepala
mereka. Setelah itu mereka keluar dari rumah itu dan memberikan kesaksian
kepada orang-orang yang telah datang ke Yerusalem untuk merayakan hari raya
Paskah Yahudi.
Mereka tidak takut
lagi akan ancaman-ancaman yang mungkin akan datang. Dan kenyataannya, memang
ancaman-ancaman itu terus-menerus muncul, bahkan sampai sekarang. Dalam Kisah
Para Rasul 6:8-8:2 dikisahkan bagaimana Stefanus, salah satu diaken pertama
gereja, dirajam sampai mati oleh kerumunan orang banyak yang memusuhi
orang-orang Kristen. Namun demikian, gereja tetap bertahan. Hingga sekarang, di
abad ke-21, masih banyak orang Kristen yang terus bertahan di tengah-tengah
ancaman, siksaan, dan penderitaan.
Ada banyak
pembaharuan yang dialami oleh orang Kristen dalam gereja perdana dahulu.
Misalnya, orang-orang Kristen perdana ternyata berubah dan tidak lagi
memikirkan diri mereka sendiri saja. Mereka membagi-bagikan harta mereka untuk
digunakan bersama.
“Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap
bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada
dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua
orang sesuai dengan keperluan masingmasing” (Kis. 2:44-45).
C. TAURAT YANG DITULIS DI DALAM HATI
Gereja adalah
komunitas umat Allah yang diperbaharui. Para pengikut Kristus tidak lagi hidup
berdasarkan perjanjian yang lama yang didasarkan padaTaurat, melainkan sebuah
perjanjian yang baru, yang dimeteraikan Allah di dalam hati kita. Seperti yang
dikatakan oleh Yeremia:
Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman
TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,
bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada
waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir;
perjanjianKu itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa
atas mereka, demikianlah firman TUHAN. Tetapi beginilah perjanjian yang
Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku
akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka;
maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku (Yer.
31:31-33).
Bagaimana hukum
yang lama itu bekerja dalam hidup sehari-hari? Di masa Tuhan Yesus, hukum
Taurat telah sering digunakan sebagai senjata untuk menindas orang lain. Para
penderita kusta misalnya, dilarang tinggal di kota Yerusalem atau kota-kota
yang dilindungi benteng. (William Barclay, The Gospel of Matthew vol. I, 295).
Mereka harus disingkirkan ke luar kota. Kalau mereka berjalan di antara
orang-orang lain, mereka harus berseru-seru, “Najis! Kusta!” dengan maksud
supaya orang lain menjauhkan diri dari mereka. Mereka harus menjaga jarak
minimal 1,8 meter dari orang lain yang sehat. Bila angin bertiup dari arah
mereka, jaraknya dari orang sehat harus dijaga minimal 45 meter. Menyentuh
orang kusta sama najisnya dengan menyentuh mayat.
D. ROH KUDUS SEBAGAI AGEN PEMBAHARUAN GEREJA
Gereja perdana
adalah komunitas yang diperbaharui sehingga komunitas itu tidak terjebak oleh
belenggu hukum Taurat. Ketika banyak orang tertarik untuk menjadi pengikut
Kristus, bahkan juga orang-orang yang berasal dari latar belakang non-Yahudi,
Petrus menyatakan bahwa mereka tidak perlu dibebani dengan Taurat melainkan
bisa langsung menerima Kristus dan menjadi Kristen.
Dalam Kisah Para
Rasul 15:10-11 Petrus berkata,
“…mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan
pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh
nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa
oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama
seperti mereka juga.”
Karena itu,
orang-orang Kristen baru itu kemudian diharuskan mengikuti peraturan sebagai
berikut: “menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala,
dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah.” (Kis.
15:20).
Ini bukanlah hasil
dari pemikiran atau hikmat para rasul itu sendiri. Dalam Kisah Para Rasul 10:9
dst. diceritakan pengalaman Petrus yang bermimpi dan melihat sebuah meja turun
dari langit dan di meja itu terdapat berjenis-jenis makanan - ada yang halal,
tapi ada juga yang tidak halal. Lalu Petrus mendengar suara yang memerintahkannya
supaya ia memakan semua makanan itu. Namun, sebagai seorang Yahudi, Petrus
menolak memakan makanan-makanan yang haram. Setelah suara itu berkata-kata tiga
kali, akhirnya Petrus pun mengerti. Ia menjadi sadar bahwa di mata Allah tidak
ada makanan yang haram, dan itu berarti perintah Taurat dijadikan relatif.
Orang asing, goyim, yang dianggap sebagai orang yang harus dijauhi, justru
sekarang boleh diterima menjadi bagian dari gereja.
Gereja perdana itu
akhirnya mengerti bahwa yang paling utama bukanlah apa yang tertulis di dalam
hukum Taurat itu, melainkan jiwanya, yaitu tuntutan supaya umat Allah bertindak
adil dan setia kepada Allah. Seperti dikatakan dalam Mikha 6:8,
“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang
baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
Dari sini kita
dapat mengerti bagaimana pembaharuan yang terjadi di dalam hidup kita, di dalam
gereja Tuhan, hanya bisa terjadi dengan benar apabila hal itu dipimpin oleh Roh
Kudus, yaitu Allah sendiri yang tetap tinggal di dalam gereja dan menuntun
jalan hidupnya.
E. KOMUNITAS YANG INKLUSIF
Perubahan apa lagi
yang dapat kita temukan dalam gereja perdana itu? Untuk memahaminya, kita perlu
memahami terlebih dahulu bahwa orang-orang Yahudi hidup secara eksklusif.
Mereka menganggap diri mereka lebih baik daripada bangsa-bangsa lain.
Namun demikian,
dalam Kisah Para Rasul 2 digambarkan bahwa gereja perdana terdiri dari
orang-orang dari berbagai daerah di seluruh dunia. Ini berarti, walaupun pada
mulanya murid-murid Yesus hanya terdiri dari orang- orang Yahudi, bahkan hanya
dari satu daerah saja yaitu Galilea, gereja perdana sudah terdiri dari
orang-orang yang berasal dari latar belakang bahasa dan budaya yang
berbeda-beda.
Coba sebutkan dari
mana saja datangnya orang-orang yang mendengar pemberitaan Petrus pada hari
Pentakosta yang pertama itu:
..................................................................................................................
..................................................................................................................
Kehadiran Orang-orang Helenis
Selain kehadiran
orang-orang dari berbagai latar belakang bahasa dan budaya itu, ternyata gereja
perdana juga berisi orang-orang Helenis, yaitu orang-orang yang berbahasa
Yunani, dan kemungkinan bukan orang keturunan Yahudi. Dalam Kisah 6:1-7
dikatakan bahwa para murid semakin kewalahan karena semakin banyak jumlah
orang-orang yang bergabung menjadi warga gereja. Karena itulah, para rasul
kemudian mengangkat 7 orang diaken, artinya, “pelayan meja.” Mereka berkata,
“Kami tidak merasa
puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu,
saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan
yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan
supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.”
(Kis. 6:2-4)
Ketujuh diaken
yang diangkat itu adalah Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas
dan Nikolaus. Keputusan ini menarik, karena orang-orang Helenis ini mendapatkan
jabatan yang cukup tinggi di gereja. Mereka menjadi Kristen tanpa diwajibkan
untuk menjadi orang Yahudi terlebih dahulu, artinya, harus terlebih dahulu
disunat dan dikenai berbagai kewajiban untuk menaati hukum Taurat.
Hal ini
menimbulkan kehebohan di Yerusalem, seperti yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul
15:5. Saat itu, orang-orang Farisi mencela para murid dengan mengatakan,
“Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum
Musa.” Namun Rasul Paulus berhasil meyakinkan rekan-rekannya bahwa Allah lebih memperhitungkan
hati manusia, daripada ketaatan kepada hukum Taurat (Kis. 15:8-11). Keselamatan
kita adalah karena kasih karunia Tuhan Yesus sendiri! (Kis. 15:11).
Kehadiran
orang-orang Helenis ini menjadi petunjuk bahwa gereja perdana itu bukanlah
gereja yang eksklusif. Bagaimana dengan gereja di masa kini? Coba diskusikan
dengan teman-temanmu!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
Keterbukaan terhadap Perempuan
Keterbukaan yang
terjadi di gereja ternyata tidak terbatas pada kehadiran bangsa-bangsa lain.
Kita juga melihat kehadiran kaum perempuan dalam kegiatan dan bahkan
kepemimpinan gereja, padahal selama ini kaum perempuan sama sekali tidak
mempunyai peran dalam kegiatan peribadatan di rumah-rumah sembahyang Yahudi.
Dalam Kisah Para
Rasul 16 ay. 14-15 dan 40 kita menemukan nama seorang perempuan yang berperanan
besar dalam pelayanan Paulus, yaitu Lidia. Cobalah baca kedua bagian Alkitab
tersebut! Apa yang dapat kamu temukan di situ?
..................................................................................................................
..................................................................................................................
Peranan perempuan
tidak hanya tampak dari kisah yang pendek tentang Lidia ini. Dalam 1 Korintus
18 kita juga menemukan seorang tokoh perempuan lainnya, yaitu Priskila, istri
dari Akwila. Akwila dan Priskila tampaknya aktif menjadi misionaris karena
dalam Kisah 18:26 dikatakan bahwa mereka berdua bersama-sama menjelaskan firman
Allah kepada Apolos, yang belakangan menjadi salah seorang rasul yang juga
penting (lihat 1 Kor. 3:1; 4-6).
Dalam Surat Roma,
disebutkan nama seorang tokoh perempuan lainnya, yaitu Yunias. Nama ini disebut
bersama-sama dengan Andronikus. Mereka berdua ternyata pernah dipenjarakan
bersama-sama dengan Paulus karena pelayanan mereka (Rm. 16:7).
Bagaimana dengan
keadaan di masa kini? Apakah masih ada gereja yang tidak mengakui perempuan
sebagai pemimpin gereja, sebagai penatua atau pendeta? Kalau ya, apa alasannya?
Kalau gerejamu sudah menerima perempuan sebagai pemimpin, coba pikirkan lebih
jauh, berapa banyak perempuan yang menjadi pemimpin di gereja kamu? Apakah
jumlah mereka sudah sama dengan jumlah para pemimpin yang laki-laki? Kalau
tidak sama, apa sebabnya?
Keterbukaan kepada Kaum Marjinal
Siapa lagi
orang-orang yang disambut sebagai bagian dari gereja perdana? Sebuah kisah yang
pasti mengagetkan banyak jemaat di gereja perdana itu ialah ketika Filipus
membaptiskan seorang sida-sida (orang kasim atau kebiri) dari Etiopia (Kis.
8:26-40). Sida-sida yang tidak kita kenal namanya ini adalah seorang pejabat
pemerintah dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu Etiopia. Saat itu ia
sedang kembali dari Yerusalem ke negerinya. Ia pergi ke Yerusalem untuk beribadah.
Rupanya, meskipun ia seorang asing, sida-sida ini adalah seorang yang tergolong “orang yang takut akan Allah”, yaitu sebutan untuk mereka yang tidak bisa atau belum bisa sepenuhnya menjadi Yahudi karena belum dapat menjalankan semua perintah agama itu. Sebagai sida-sida, orang ini tidak bisa menjadi bagian dalam umat Allah.
Saat itulah,
malaikat Tuhan memerintahkan Filipus untuk pergi ke Gaza. Filipus diperintahkan
Allah untuk mendekati kereta yang ditumpangi sida- sida itu. Sida-sida itu
rupanya sedang asyik membaca suatu bagian dari kitab Yesaya, namun ia tidak
memahami apa artinya. Ketika Filipus menanyakannya, ia menjawab, “Bagaimana
mungkin aku mengerti karena tidak ada orang yang menjelaskannya bagiku?” Inilah
bagian yang dibaca oleh sida-sida itu: Seperti seekor domba Ia dibawa ke
pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting
bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya
berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal usul-Nya?
Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi (Kis. 8:32-33; lihat Yes. 53:7-8). Lalu
Filipus menjelaskan bahwa yang dinubuatkan oleh Yesaya itulah Yesus yang
disalibkan. Setelah mendengar penjelasan Filipus, sida-sida itu pun minta agar
ia dibaptiskan.
Sida-sida dan Ritual Yahudi
Mengapa baptisan
terhadap sida-sida ini bisa menimbulkan kehebohan di kalangan para murid dan
gereja perdana? Siapakah sida-sida itu? Seorang sida-sida atau orang kasim
adalah laki-laki yang buah zakarnya hancur atau dengan sengaja dihancurkan. Di
zaman dahulu praktik ini biasa dilakukan untuk menghasilkan laki-laki yang
tidak mampu berhubungan seks sehingga ia dianggap aman untuk menjadi pengawal
harem.
Namun, kita juga
dapat menduga keras bahwa sida-sida ini tidak bisa menjadi pemeluk Yahudi, dan
tidak dapat masuk lebih jauh ke dalam Bait Suci karena larangan yang diberikan
dalam Kitab Imamat 21:17-20:
katakanlah kepada Harun, begini: “Setiap orang dari
antara keturunanmu turun temurun yang bercacat badannya, janganlah datang
mendekat untuk mempersembahkan santapan Allahnya, karena setiap orang yang
bercacat badannya tidak boleh datang mendekat: orang buta, orang timpang, orang
yang bercacat mukanya, orang yang terlalu panjang anggotanya, orang yang patah
kakinya atau tangannya, ... atau yang rusak buah pelirnya.”
Mengapa ada aturan
seperti itu di dalam agama Israel? Tampaknya ini berkaitan erat dengan
pemahaman tentang kesempurnaan di kalangan umat tersebut. Orang-orang yang
kurang sempurna atau memiliki cacat tubuh dilarang mendekat ke Kemah Suci atau
belakangan Bait Suci, sama seperti halnya kurban yang dipersembahkan di Kemah
Suci tidak boleh kurban yang cacat, buta, dan lain-lain
Jack Rogers, bekas
ketua Sinode Gereja Presbyterian Church (USA) dari Amerika Serikat, menyatakan,
“Kenyataan bahwa orang pertama yang masuk Kristen dari kalangan bukan Yahudi
berasal dari seseorang dari kalangan minoritas seksual dan yang ras, etnisitas
dan kebangsaannya sama sekali berbeda". Pernyataan ini mengajak orang
Kristen untuk bersikap inklusif secara radikal dan menyambut terhadap orang
lain.
F. EKSKLUSIF vs INKLUSIF
Apa yang kita
lihat dalam pelajaran ini adalah suatu bentuk perlawanan terhadap eksklusivisme
atau ketertutupan. Gereja perdana adalah gereja yang inklusif, artinya gereja
itu terbuka, tidak membeda-bedakan orang. Bahkan terhadap orang-orang yang
dalam masyarakat Yahudi biasanya diasingkan, ditolak, dan dijauhi orang banyak
pun gereja membuka dirinya lebar-lebar.
Di kalangan orang
Yahudi dahulu ada sebuah doa yang dapat menggambarkan sikap yang eksklusif,
atau bahkan patriarkal (=menganggap laki-laki sebagai penguasa tertinggi),
seperti misalnya doa berikut ini:
“Terpujilah
Engkau, ya Allah, Raja semesta alam, karena Engkau tidak menciptakan aku
sebagai seorang bukan Yahudi.
“Terpujilah
Engkau, ya Allah, Raja semesta alam, karena Engkau tidak menciptakan aku
sebagai budak.
“Terpujilah
Engkau, ya Allah, Raja semesta alam, karena Engkau tidak menciptakan aku
sebagai seorang perempuan.”
Dari doa ini kita
dapat melihat bahwa kedudukan sebagai orang bukan Yahudi (goyim,
orang asing), budak,
dan perempuan dipukul
rata begitu saja dan dianggap
sebagai kehinaan. Memang, tradisi Yahudi pada waktu itu menganggap orang-orang
selainYahudi sebagai goyim, atau orang asing, yang tidak mendapat perkenan
Allah. Mereka hanya berfungsi sebagai pelayan untuk orang Yahudi. Namun kisah
kita ini menggambarkan betapa gereja perdana itu adalah sebuah komunitas yang
revolusioner, membongkar pemahaman-pemahaman eksklusif yang membangun tembok-tembok
di antara manusia dari berbagai bangsa.
Kaum perempuan
yang di kalangan masyarakat kita bahkan sampai sekarang seringkali dianggap
sebagai warga kelas dua dan tidak penting, sehingga di beberapa gereja mereka
tidak mendapatkan tempat atau tidak boleh menjadi pemimpin - justru mendapatkan
tempat yang tinggi dan terhormat di kalangan jemaat.
Penerimaan
terhadap sida-sida atau orang kebiri ini sebetulnya dipahami oleh gereja perdana
sebagai penggenapan terhadap janji Allah untuk menerima mereka dan semua orang
yang disingkirkan oleh masyarakat umumnya, seperti yang tertulis dalam Kitab
Yesaya 56: 4-7
4Sebab beginilah
firman TUHAN: “Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari Sabat-Ku dan
yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, 5kepada
mereka akan Kuberikan dalam rumah-Ku dan di lingkungan tembok-tembok
kediaman-Ku suatu tanda peringatan dan nama -- itu lebih baik dari pada
anak-anak lelaki dan perempuan -- suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan
Kuberikan kepada mereka.
6Dan orang-orang
asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia, untuk mengasihi
nama TUHAN dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari
Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, 7mereka
akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku.
Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan
mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah
doa bagi segala bangsa.
G. SIKAP TUHAN YESUS
Sikap Tuhan Yesus
terhadap orang-orang marjinal justru bertolak belakang dengan hukum Taurat Israel. Yesus lebih mencerminkan
keterbukaan Allah seperti yang digambarkan dalam Kitab Yesaya yang dikutip di atas.
Misalnya, Tuhan Yesus pun dikecam para ahli Taurat dan orang Farisi karena Ia
menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat-yang dianggap sebagai pelanggaran
terhadap hukum Taurat. Sementara itu, mereka justru tidak akan segan-segan
menyelamatkan lembu mereka yang terperosok ke dalam sumur, meskipun pada hari
Sabat. (Luk. 14:2-5).
Kalau harus
melakukan perbuatan baik, Yesus tidak mau menunggu sampai Sabat berlalu. Ia akan
segera menyembuhkan orang yang sakit itu, karena Ia tahu orang itu
membutuhkannya. Dalam Markus 2:27 Tuhan Yesus berkata kepada orang banyak,
“Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.”
Terhadap orang kusta, Yesus tidak segan-segan menyentuhnya dan menyembuhkannya.
Perempuan yang mengalami pendarahan selama 12 tahun, yang menurut hukumTaurat
harus dianggap najis, dibiarkan menjamah- Nya dan perempuan itu menjadi sembuh.
Kalau Tuhan Yesus tidak segan-segan menghampiri orang-orang yang tersingkirkan
oleh masyarakatnya, kaum marjinal, maka komunitas yang Tuhan Yesus inginkan pun
tentunya adalah komunitas yang inklusif, terbuka bagi setiap orang, apapun juga
latar belakang ras, etnis, kelas sosial, bahkan juga kondisi fisiknya.
Kedekatan Yesus terhadap perempuan Samaria dan perempuan Kanaan, kedua-duanya
bukan orang Yahudi dan pemberitaan Injil kepada sida-sida Etiopia itu adalah
gambaran yang diberikan oleh Lukas, si penulis Kisah Para Rasul, untuk
melukiskan betapa terbukanya gereja kepada semua orang.
Dalam Galatia
3:26-29 dikatakan,
26Sebab
kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. 27Karena
kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. 28Dalam
hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang
merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di
dalam Kristus Yesus. 29Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka
kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.
Keterbukaan yang
digambarkan oleh Paulus di atas tidak mungkin bisa terjadi bila Roh Kudus tetap
membelenggu kita. Baru ketika Allah melalui Roh- Nya yang kudus membebaskan
kita dari belenggu Taurat (Gal. 5:18), maka kita akan menjadi bebas.
H. GEREJA YANG TERUS-MENERUS DIPERBAHARUI
Para reformator di
Abad Pertengahan mempunyai semboyan, Ecclesia reformata, ecclesia semper
reformanda. Artinya, gereja yang telah diperbaharui harus terus menerus
memperbaharui dirinya. Dengan kata lain, tidak cukup pembaharuan yang terjadi
sekali di masa Peter Waldo, Jan Hus, Martin Luther, atau Yohanes Calvin.
Pembaharuan harus terus-menerus terjadi, karena gereja harus terus bertumbuh,
berubah menjadi lebih baik, dan berusaha menjawab tantangan-tantangan baru di
dalam masyarakatnya.
Sayang sekali,
kadang-kadang gereja terpaku pada masa lampau, bahkan pada ajaran-ajaran yang
sudah tidak relevan, sehingga gagal untuk memahami tugas pembaharuan dirinya.
Mahatma Gandhi, seorang tokoh kemerdekaan India, di masa mudanya pernah berniat
pergi ke gereja untuk ikut beribadah. Gandhi telah banyak membaca Alkitab,
khususnya kitab Injil Matius. Dia ingin sekali berkenalan dengan Yesus yang
diakui sebagai Tuhan oleh orang Kristen. Gandhi sangat terkesan oleh
ajaran-ajaran Yesus yang dirasakannya begitu luhur dan agung. Malangnya, saat
itu ia hidup dan bekerja di Afrika Selatan dan pemerintah negara itu
mempraktikkan politik apartheid, yaitu politik diskriminasi rasial. Orang kulit
berwarna dilarang bergaul dengan orang kulit putih.
Mereka dilarang
memasuki gedung-gedung atau tempat-tempat yang khusus disediakan untuk orang
kulit putih. Mereka pun dilarang menikah dengan orang kulit putih. Orang yang
berani melanggar aturan-aturan ini akan dihukum dan dijebloskan ke dalam
penjara.
Ketika Gandhi
berkunjung ke gereja orang kulit putih di Afrika Selatan, ia ditolak karena
warna kulitnya. Gandhi kecewa. Dr. E. Stanley Jones, seorang misionaris di
India, pernah bertanya kepada Gandhi, “Tn. Gandhi, meskipun Tuan banyak sekali
mengutip kata-kata Kristus, mengapa tampaknya Tuan menentang keras untuk
menjadi pengikut-Nya?” Gandhi menjawab, “Oh, I don’t reject your Christ. I love
your Christ. It’s just that so many of you Christians are so unlike your
Christ.” Artinya, “Oh, aku tidak menolak Kristusmu. Aku mengasihi Kristusmu.
Tapi begitu banyak dari kalian orang Kristen yang sangat berbeda dengan
Kristusmu.”
Apa yang dikatakan
oleh Gandhi sungguh sebuah kritik yang tajam bagi kita orang Kristen, karena
kita seringkali gagal mencerminkan siapa Yesus Kristus yang sesungguhnya yang
kita kenal dan sembah itu.
Evaluasi
- Di atas dikatakan bahwa pembaharuan yang terjadi di dalam gereja adalah hasil pekerjaan Roh Kudus. Pembaharuan apakah yang pernah terjadi di dalam gereja kamu? Kalau tidak ada, apa sebabnya?
- Menurut kamu, apakah di masa kini masih ada orang-orang yang ditolak masuk ke dalam gereja, atau ditolak bergabung menjadi anggota gereja? Apakah mereka ini orang-orang yang berlatar belakang suku yang lain, kelas ekonomi yang lebih rendah, atau mereka yang dianggap mengalami “kelainan”, seperti misalnya seorang waria - yang tubuhnya laki-laki tetapi di dalam jiwanya ia merasa perempuan sehingga mereka sering dilecehkan dan dicemoohkan masyarakat? Coba diskusikan dengan temanmu sebangku!
- Susunlah langkah-langkah yang dapat kamu lakukan untuk menciptakan sebuah gereja yang inklusif!
I. RANGKUMAN
Dalam bagian ini
kita telah belajar bagaimana gereja terbentuk melalui pekerjaan Roh Kudus yang
dijanjikan dan diutus oleh Tuhan Yesus sendiri. Di bawah pimpinan Roh Kudus
sendirilah gereja melaksanakan berbagai langkah pembaharuan yang diwujudkan
antara lain di dalam sikap gereja yang terbuka terhadap banyak orang yang
sebelumnya tersingkir atau ditolak oleh orang Yahudi pada zaman itu, seperti
misalnya orang-orang asing (helenis), kaum perempuan, dan orang-orang kasim
(orang kebiri). Penerimaan ini sendiri sudah diteladankan oleh Yesus Kristus
melalui pelayanan-Nya yang tidak memilah-milah. Sebaliknya, dengan gamblang
Yesus Kristus memperlihatkan keterbukaan-Nya kepada orang-orang ini, dengan
sikapnya yang menerima dan mau mendekati mereka.
J. PENUTUP
Doa Penutup: Marilah kita berdoa dan memohon kepada Allah agar mengutus Roh Kudus-Nya agar gereja kita diperbaharui, dikuatkan, dan dibimbing agar siap diutus untuk memberitakan Kabar Suka Cita dari Injil Yesus Kristus. Kita berdoa supaya gereja kita semakin dikuatkan oleh janji Tuhan Yesus, “Aku akan menyertai kamu sampai kepada akhir zaman.” Kita berdoa supaya gereja kita siap untuk mendengarkan suara Roh Kudus yang membimbing kita semua untuk menjadi tubuh Kristus yang hidup dan bersaksi di dunia, bukan hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan kesaksian hidup kita.