Pages

Kategori

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Dilihat

15 Mei 2020

Bab XI. Ras, Etnis, Dan Gender

Bab XI. Ras, Etnis, Dan Gender
Bahan Alkitab: Kej. 1-2; Luk. 10:25-36; Rom. 10:12; Kel. 22:21



Pengatar
Dalam rangka memperdalam pemahaman kamu mengenai pergaulan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas, kamu dapat mempelajari mengenai ras, etnis dan gender. Manusia diciptakan Allah dengan berbagai keunikan di mana perbedaan ras, etnis dan gender merupakan keunikan serta kekayaan yang patut disyukuri. Meskipun kita hidup di abad modern di mana demokrasi dan hak asasi manusia dijunjung tinggi, tak dapat dipungkiri bahwa diskriminasi (perendahan) terhadap ras, etnis dan gender masih sering terjadi. Melalui pembahasan ini, kamu dapat lebih memahami bagaimana membangun pikiran positif terhadap perbedaan ras, etnis dan gender, terutama dalam kaitannya dengan sikapmu sebagai orang Kristen. Allah menciptakan manusia dalam berbagai keunikan dan semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama yang harus dihargai terlepas dari perbedaan latar belakang ras, etnis maupun gender. Perkenalan serta pergaulan kamu dengan sesama yang berbeda denganmu tidak menghalangi pembentukan dirimu sebagai remaja Kristen. Dengan sikap yang baik dan benar, perbedaan justru akan memperkuat identitasmu sebagai remaja Kristen.

Memahami Serta Menerima Manusia Dalam Keunikan Ras, Etnis Dan Gender

Perhatikan keempat gambar di atas. Ini adalah gambar empat orang tokoh dunia, yaitu (1) Nelson Mandela, presiden pertama Republik Afrika Selatan setelah rezim apartheid ditumbangkan, (2) Ernesto Cardenal, seorang pastor Katolik dan penyair Nikaragua, yang pernah menjabat sebagai menteri pendidikan di masa pemerintahan Presiden Daniel Ortega, dan (3) Chiune Sugihara, seorang diplomat Jepang pada masa Perang Dunia II, yang menyelamatkan sekurang- kurangnya 10.000 orang Yahudi dari pengejaran Nazi di Lithuania, dan (4) Hillary Rodham Clinton, mantan menteri luar negeri Amerika Serikat. Sebelum menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat, beliau adalah seorang senator, pengacara dan istri dari presiden ke-42 Amerika Serikat, Bill Clinton.

Dalam pembahasan di SD dan SMP telah dikemukakan bahwa Tuhan Allah menciptakan manusia dengan kepelbagaian. Melalui kepelbagaian itu manusia dapat memahami kekuasaan serta kebesaran Sang Pencipta. Namun sayang sekali, kepelbagaian ini seringkali justru menjerumuskan manusia ke dalam sikap sombong dan merendahkan orang lain. Dalam sejarah dunia tercatat lembaran-lembaran gelap ketika manusia membeda-bedakan orang berdasarkan warna kulit, kelompok etnis atau budaya, dan juga berdasarkan gendernya.

Dalam sejarah pernah terjadi ketika orang-orang kulit putih di Amerika Serikat dan di Australia memandang rendah orang-orang kulit hitam dan berwarna. Keadaannya sedemikian parah sehingga orang malah memperjual- belikan orang lain hanya karena warna kulitnya lebih gelap, atau hitam. Ya, orang-orang berkulit hitam dianggap sama dengan binatang sehingga mereka dapat diperjual-belikan, bahkan juga diperlakukan seperti binatang. Mereka bisa disuruh bekerja tanpa jam istirahat dan makan yang cukup, dihukum dengan sangat kejam apabila tuan-tuan mereka merasa bahwa mereka tidak bekerja cukup keras atau mereka berbuat kesalahan. Kadang-kadang mereka dipukuli, dibakar, dimutilasi (dipotong anggota tubuhnya), diberi cap dengan besi membara, hanya karena warna kulit yang berbeda.

Perbedaan budaya atau kelompok etnis juga bisa membuat orang merendahkan satu sama lain. Di zaman dahulu, orang-orang Yunani menganggap diri mereka sebagai bangsa yang paling hebat. Mereka menyebut bangsa-bangsa lain sebagai bangsa “barbar”. Mereka mempunyai ungkapan yang berbunyi, “Barangsiapa yang bukan Yunani, adalah orang barbar.” Mereka menggunakan istilah ini bahkan juga untuk orang Yunani dari suku-suku dan kota-kota lain. Di kemudian hari di Eropa, bangsa-bangsa Anglo-Saxon (Inggris Belanda, Jerman, dll.) juga menganggap rendah orang-orang dari Italia, Spanyol, dan Portugal. Mengapa hal ini bisa terjadi? Coba diskusikan bersama teman-teman sebangkumu!

Pernahkah kamu memperhatikan bagaimana keluarga dan bahkan masyarakat luas membeda-bedakan laki-laki dan perempuan? Anak laki-laki biasanya bermain di luar rumah, sementara anak perempuan biasanya bermain di dalam rumah. Anak laki-laki diberikan oleh orangtuanya mainan, seperti mobil-mobilan, pistol-pistolan, mainan-mainan militer, pesawat terbang, dan lain-lain. Sementara itu, anak-anak perempuan diberikan orang tuanya mainan seperti boneka, alat-alat untuk masak-memasak, dan sebaainya. Batasan-batasan ini telah membelah dunia kehidupan menjadi dua dunia, seolah-olah ada dunia laki-laki dan perempuan. Dunia telah dibagi menjadi dua bagian di mana masing-masing hanya boleh dimasuki oleh jenis kelaminnya, misalnya, rumah dan masak-memasak hanya boleh dilakukan oleh kaum perempuan. Karena pandangan demikian, ada jenis-jenis pekerjaan tertentu yang dipandang wajar jika dilakukan oleh jenis kelamin tertentu, misalnya, sopir mobil, pekerjaan yang berhubungan dengan mesin, pilot pesawat terbang, pertukangan, militer dan lain-lain adalah pekerjaan yang wajar dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan perempuan dipandang cocok melakukan pekerjaan tertentu juga seperti menjadi sekretaris, perawat, adminstrasi perkantoran dan lain-lain. Pada saat kini, kamu dapat saksikan bahwa kondisi tersebut telah berubah. Perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja di berbagai bidang kehidupan asalkan sesuai dengan kecakapan, bakat dan keterampilan. Di kalangan keluarga muda di masa kini, orang tua laki-laki dan perempuan bersama-sama melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengurus bayi dan lain-lain.


Pengertian Ras, Etnis, Suku dan Gender
Persoalan ras, etnis dan gender telah berabad-abad diperdebatkan sampai dengan saat ini. Mengapa? Karena ada berbagai pemahaman dan perlakuan yang harus diluruskan menyangkut ras, etnis dan gender. Persoalan rumpun kebangsaan atau ras, suku dan jenis kelamin perlu kamu pelajari. Hal ini kemungkinan dibahas juga dalam pelajaran Ilmu Sosial dan PPKN, tetapi sebagai siswa Kristen kamu dapat belajar bagaimana berpikir dan bersikap terhadap berbagai perbedaan ras, etnis dan gender.
Konsep ras muncul ketika bangsa-bangsa Eropa berjumpa dengan bangsa-bangsa lain di dunia dan kemudian mulai mengategorikan kelompok-kelompok manusia menurut ciri-ciri fisiknya. Tujuan akhirnya adalah untuk membenarkan praktik perbudakan mereka.  Mereka yakin bahwa perbedaan-perbedaan fisik antara kelompok-kelompok masyarakat itu juga mencerminkan perbedaan intelektual, perilaku, dan moral mereka. Pada tahun 1735, Carolus Linnaeus yang dikenal sebagai penemu taksonomi zoologi, membagi manusia ke dalam berbagai kelompok ras Homo Sapiens, yaitu masing-masing Europaeus (manusia Eropah), Asiaticus (manusia Asia), Americanus (manusia Amerika) dan Afer (manusia Afrika). Homo Sapiens Europaeus digambarkan aktif, akut, dan petualang sedangkan Homo Sapiens Afer licik, malas dan sembrono. Dari sini kita dapat melihat bagaimana pembedaan ini pada akhirnya melahirkan marginalisasi atau perendahan terhadap ras dan suku bangsa tertentu.
Ras adalah konsep yang digunakan untuk mengategorikan sekelompok manusia. Perbedaan anatomi tubuh (warna kulit, warna rambut, mata, tinggi badan, dan lain-lain), budaya, genetika, afiliasi geografi, sejarah, bahasa, atau kelompok sosial digunakan untuk mencirikan suatu kelompok manusia tertentu untuk mempermudah pengenalan sekelompok orang dalam kehidupan sehari-hari. Orang seringkali berpikir ini adalah pembagian yang sederhana. Kenyataannya tidak selalu demikian. Orang yang berkulit hitam dan berambut keriting dapat disebut sebagai orang Afrika, tetapi bukan mustahil juga berasal dari Papua. Orang berkulit kuning dan bermata sipit mungkin dikenali sebagai orang Cina, Korea, atau Jepang, tapi bisa jadi juga orang Minahasa.

Betapapun juga pembedaan-pembedaan yang dibuat, kita harus memahami bahwa tidak ada satu ras pun yang lebih tinggi atau unggul daripada yang lainnya. Semua ras memiliki kedudukan yang sederajat.

Etnis adalah penyebutan yang diberikan kepada sekelompok manusia yang mendiami daerah tertentu serta memiliki adat kebiasaan sendiri. Berbagai kebiasaan dan adat-istiadat ini merupakan ciri khas yang dapat membedakan satu kelompok etnis dengan kelompok lainnya. Di dunia dan di Indonesia terdapat banyak suku bangsa yang berbeda-beda. Ada perbedaan yang kecil, seperti misalnya suku Jawa dengan suku Bali. Ada pula suku-suku yang sangat berbeda, seperti misalnya suku Aceh dengan suku Papua. Namun, pada dasarnya semua suku sama dan sederajat. Adat-istiadat mereka semuanya unik dan tidak ada yang lebih luhur ataupun lebih rendah daripada yang lain. Setiap suku mengembangkan kebudayaannya masing-masing, berbahasa dengan logatnya sendiri, dan mengembangkan adat-istiadatnya sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain ciri-ciri kebudayaannya, suku bangsa juga kadang-kadang dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri fisik anggotanya.

Gender adalah perbedaan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan. Gender belum tentu sama di tempat yang berbeda, dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Gender tidak sama dengan seks atau jenis kelamin. Jenis kelamin terdiri dari perempuan dan laki-laki yang telah ditentukan olehTuhan ketika manusia dilahirkan. Sementara itu, gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Gender berkaitan dengan pandangan atau pemahaman tentang bagaimana seharusnya laki- laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya ditempat mereka berada. Dengan demikian definisi gender dapat dikatakan sebagai pembedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk atau dikonstruksikan secara sosial-budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Contohnya, dahulu orang menganggap memasak dan menjahit sebagai pekerjaan perempuan. Namun sekarang ada banyak laki- laki yang menjadi juru masak atau perancang busana. Orang-orang seperti Bara Pattiradjawane, Rudy Choirudin, Arnold Purnomo, dan lain-lain, dikenal sebagai juru masak yang sering tampil di layar televisi. Tokoh-tokoh seperti almarhum Iwan Tirta, Edward Hutabarat, Itang Yunasz, adalah sejumlah laki- laki perancang mode terkemuka di negara kita.


Masalah-Masalah Sekitar Ras, Etnis Dan Gender

Diskriminasi Rasial dan Etnis
Seorang penulis Prancis yang bernama François Bernier menyusun sebuah buku yang menjelaskan pembagian manusia di dunia ke dalam kelompok-kelompok ras. Bukunya yang berjudul Nouvelle division de la terre par les différents espèces ou races qui l'habitent diterbitkan pada tahun 1684.
Pada abad ke-18 orang semakin mendalami perbedaan-perbedaan ini, namun pemahamannya mulai disertai dengan gagasan-gagasan rasis tentang kecenderungan-kecenderungan batiniah dari berbagai kelompok, dengan ciri- ciri yang paling baik terdapat pada orang-orang kulit putih. Sebelumnya sudah dijelaskan bagaimana pengelompokan manusia ke dalam ras itu ternyata didasarkan pada keinginan untuk membenarkan praktik-praktik diskriminasi dan penindasan terhadap ras dan etnis tertentu yang semuanya dipandang sebagai sesuatu yang wajar. Bahkan ras dan etnis tertentu dipandang rendah dan tidak memiliki martabat kemanusiaan.

Rasialisme bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia. Rasialisme menimbulkan penderitaan yang luar biasa bagi bangsa dan ras tertentu, misalnya: penderitaan orang-orang Indian dan kaum kulit hitam di Amerika Serikat yang kehilangan hak-haknya sebagai warga negara. Di Afrika Selatan orang-orang kulit hitam dan kulit berwarna juga kehilangan hak- haknya karena politik rasial yang disebut apartheid, yaitu pembedaan manusia berdasarkan ras dengan cara mendiskriminasikan mereka yang berkulit hitam, berkulit berwarna dan orang-orang Asia (India). Mereka yang bukan kulit putih dibatasi ruang geraknya dan hampir tidak memeroleh hak sebagai warga negara. Namun aneh sekali, dalam praktik apartheid negara Afrika Selatan, bangsa Jepang diakui berkulit putih. Mengapa? Tidak lain karena negara Jepang sudah tergolong maju dan kaya, dan rezim apartheid Afrika Selatan ingin memetik keuntungan ekonomi dengan memperlakukan bangsa Jepang dengan baik di sana.

Nelson Mandela adalah pejuang kulit hitam Afrika Selatan yang terkenal. Ia berhasil memperjuangkan hak orang kulit hitam di Afrika Selatan untuk memeroleh hak yang sama dengan kaum kulit putih. Karena usahanya selama puluhan tahun, pada 5 Juni 1991 diskriminasi hukum di Afrika Selatan terhadap orang kulit hitam dicabut.

Masih banyak contoh yang dapat diangkat dalam kaitannya dengan ketidakadilan ras dan etnis. Di Amerika Serikat tokoh yang terkenal melawan diskriminasi rasial adalah Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. Ia memimpin demonstrasi dan pemogokan damai dalam rangka memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam di Amerika, hingga akhirnya ia tewas dibunuh. Di Jerman, Adolf Hitler membunuh enam juta orang Yahudi karena kebencian ras dan etnis serta kebanggaannya akan ras Aria yang dianggapnya sebagai ras paling unggul.

Di Indonesia, etnis China pernah mengalami diskriminasi sejak peristiwa G-30-S/PKI 1965. Mereka tidak boleh mempraktikkan agama kepercayaannya (Kong Hu Cu dan agama-agama Tionghoa dilebur menjadi satu dalam agama Buddha), nama-nama yang berbau China harus diganti dengan nama Indonesia. Penggunaan huruf China dan penggunaan bahkan pendidikan bahasa Mandarin dilarang. Peranan politik dan sejarah orang Tionghoa Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan pun dihilangkan. Misalnya, bahwa di antara mereka yang hadir di Kongres Pemuda II yang merumuskan Sumpah Pemuda ternyata terdapat beberapa pemuda Tionghoa, yaitu Kwee Tiam Hong dan tiga pemuda Tionghoa lainnya. Begitu pula ada empat orang Tionghoa duduk sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang merumuskan UUD ‘45, yaitu Liem Koen Hian, Tan Eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw, dan di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terdapat 1 orang Tionghoa yaitu Drs. Yap Tjwan Bing.

Pada Januari 2001, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengumumkan Tahun Baru China (Imlek) menjadi hari libur pilihan, yang kemudian diubah oleh Presiden Megawati menjadi hari libur nasional. Tindakan Gus Dur ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur juga memulihkan hak-hak etnis Tionghoa di Indonesia. Di Indonesia kini hak- hak setiap warga negara dari semua etnis dan ras dijamin oleh UU. Jadi, jika ada yang melakukan tindakan pelecehan terhadap ras atau etnis tertentu, maka yang bersangkutan dapat dituntut secara hukum.

Demikianlah, seiring dengan perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, diskriminasi rasial mulai terkikis secara perlahan dan kini muncul kesadaran bahwa diskriminasi rasial bertentangan dengan hak asasi manusia. Di Amerika Serikat, Barak Obama menjadi orang kulit hitam pertama yang menjadi presiden di negara itu. Di Italia, Cecile Kyenge, seorang perempuan Afrika kelahiran Kongo, menjadi orang kulit hitam pertama yang diangkat menjadi menteri urusan Integrasi di negara itu.

Diskriminasi Gender
Menurut definisi yang ada dalam buku “Kesetaraan Gender” yang diterbitkan oleh ELSAM, sebuah LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan, istilah “kesetaraan gender” berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Jadi, diskriminasi gender adalah perlakuan yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan. Diskriminasi terjadi terhadap perempuan dan dipengaruhi oleh budaya. Umumnya budaya di Indonesia lebih berpihak pada kaum laki-laki dibandingkan kepada kaum perempuan. Misalnya, orang biasa bertanya, “Putra Bapak berapa?” Mengapa tidak bertanya, “Berapa putra dan putri Bapak?” Pertanyaan yang pertama menyiratkan bahwa anak laki- laki lebih berharga sehingga merekalah yang ditanyakan keberadaan dan jumlahnya dalam sebuah keluarga.

Orang seringkali begitu saja menyamakan gender dengan jenis kelamin. Misalnya, orang tua sering mengajarkan kepada anak laki-lakinya, “Jangan menangis. Kamu ‘kan laki-laki! Laki-laki tidak boleh menangis.” Atau, seorang ibu berkata kepada anak perempuannya, “Kamu harus membantu Ibu di dapur, karena itu adalah tugas seorang anak perempuan.” Anak laki-laki yang menangis dianggap banci. Anak perempuan yang lebih suka bermain di luar ketimbang membantu ibunya di dapur dianggap tomboy atau kelelaki-lelakian. Kenyataannya, menangis adalah sebuah ungkapan emosi yang wajar bagi manusia – laki-laki maupun perempuan. Membantu ibu memasak di dapur pun bisa dilakukan oleh seorang anak laki-laki. Sebelumnya sudah disinggung betapa banyak juru masak dan perancang mode laki-laki sekarang. Karya mereka ternyata sangat dihargai oleh masyarakat kita.

Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Keadilan gender menghilangkan pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi terhadap kelompok yang dianggap lebih lemah, dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

Terwujudnya kesetaran (persamaan) dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi (pembedaan) antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian, mereka memiliki akses pada berbagai bidang kehidupan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk memperoleh keadilan di berbagai bidang kehidupan. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

Di Indonesia, masih banyak orang yang kurang memiliki kesadaran gender sehingga akibatnya masih cukup banyak perempuan yang tertinggal di berbagai bidang kehidupan. Misalnya, masih ada orang tua Indonesia yang memberikan prioritas utama kepada anak laki-laki untuk bersekolah daripada anak perempuan. Angka buta huruf bagi kaum perempuan lebih banyak daripada kaum laki-laki. Ketertinggalan perempuan mencerminkan masih adanya ketidakadilan dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia.

Pada masa kini, di Indonesia hak-hak perempuan dijamin oleh UU. Misalnya, perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (dipukul ataupun dihina oleh suami), dapat melaporkan peristiwa tersebut kepada pihak kepolisian. Selanjutnya, polisi akan melakukan tindakan hukum terhadap pihak yang melakukan kekerasan.

Pemahaman Alkitab Tentang Ras, Etnis Dan Gender
Dalam Roma 10:12, Rasul Paulus menulis, “Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.” Pernyataan Paulus ini tentu sangat mengejutkan orang pada waktu itu, mengingat orang Yunani biasa menyebut orang-orang non-Yunani sebagai bangsa barbar. Sementara itu, orang Yahudi juga biasa menganggap diri mereka lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain. Mereka adalah umat pilihan Allah, sementara yang lainnya tidak.

Dalam Lukas 10:25-36, Tuhan Yesus mengisahkan perumpamaan tentang Orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan ini para pendengar-Nya dikejutkan oleh kisah Yesus yang menjadikan si orang Samaria sebagai pahlawannya. Padahal orang Samaria dimusuhi oleh orang Yahudi karena mereka dianggap najis.

Mengapa Paulus dan Tuhan Yesus memberikan pengajaran yang demikian? Bila kita membaca kembali kisah penciptaan manusia, maka harus diakui bahwa kita semua adalah satu keluarga yang berasal dari satu nenek - moyang yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Meskipun sekarang kita sudah terbagi-bagi dalam berbagai kelompok ras, suku, dan etnis, pada dasarnya kita masih bertalian keluarga dengan semua orang. Karena itulah kita diajarkan untuk saling mengasihi, membela dan peduli kepada sesama kita. Hal ini ditegaskan dalam Kitab Keluaran 22:21 yang mengatakan, “Janganlah kau tindas atau kau tekan seorang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.”

Sehubungan dengan keadilan gender, Alkitab pun mengajarkan kepada kita bahwa laki-laki dan perempuan sama kedudukannya di mata Allah. Kisah penciptaan dalam Kejadian 2:18 menyatakan, “TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.’”

Dalam kisah ini digambarkan bagaimana Allah memutuskan untuk menciptakan Hawa. Allah melihat bahwa Adam tidak berbahagia hidup sendirian. Binatang-binatang yang Tuhan ciptakan pun tidak membuatnya bahagia. Ia membutuhkan penolong yang sepadan dengannya. Sepadan berarti setara. Kalau Hawa ternyata lebih lemah daripada Adam, tak akan mungkin ia bisa menjadi penolong yang sepadan. Hawa tentu mempunyai berbagai kecakapan dan kebolehan yang tidak dimiliki Adam, sehingga ia bisa benar-benar menjadi pasangan yang sepadan bagi Adam.

TuhanYesus sendiri memperlakukan laki-laki dan perempuan dengan setara. Ketika Maria duduk bersimpuh di kaki-Nya untuk mendengarkan pengajaran-Nya, dan Marta memprotes karena Maria tidak membantunya di dapur, Tuhan Yesus mengatakan, “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya” (Luk. 10:42). Yesus tidak melarang perempuan untuk mendengarkan dan belajar tentang firman Tuhan – sesuatu yang sangat ditabukan bagi perempuan pada masa itu. Dalam Yohanes 8:1-11 orang-orang Yahudi membawa seorang perempuan yang kedapatan berzina kepada Yesus. Dalam budaya orang Yahudi, jika seorang perempuan berzina ia harus dilempari dengan batu tetapi laki-laki tidak dihukum. Yesus tidak menghukum perempuan itu bukan karena membenarkan perbuatannya melainkan karena hukuman itu tidak adil bagi perempuan. Dalam perzinaan, seharusnya laki-laki dan perempuan yang melakukannya sama-sama dihukum. Ketidakadilan itu dapat disebut diskriminasi gender.

Sayangnya, diskriminasi gender masih terus berlangsung, bahkan juga di kalangan gereja masa kini. Masih ada perempuan yang tidak bisa menjadi pemimpin di gereja – entah sebagai penatua, diaken, atau pun pendeta. Padahal, kemampuan mereka tidak kurang dibandingkan dengan laki-laki. Sejumlah gereja di Indonesia sudah pernah memiliki perempuan sebagai pemimpinnya, seperti ketua sinode, wakil ketua atau sekretaris dan jabatan penting lainnya di sinode gereja.

TUGAS
Buatlah kliping dari surat kabar tentang contoh-contoh masalah yang muncul di sekitar kita yang akar masalahnya adalah persoalan ras, etnis, dan gender, kemudian berikan komentarmu. Pada pertemuan berikut, kumpulkan tugas ini kepada guru untuk dinilai.