Bahan Alkitab: Kej.
1-2; Luk. 10:25-36; Rom. 10:12; Kel. 22:21
Pengatar
Dalam rangka
memperdalam pemahaman kamu mengenai pergaulan dengan orang lain tanpa
kehilangan identitas, kamu dapat mempelajari mengenai ras, etnis dan gender.
Manusia diciptakan Allah dengan berbagai keunikan di mana perbedaan ras, etnis
dan gender merupakan keunikan serta kekayaan yang patut disyukuri. Meskipun
kita hidup di abad modern di mana demokrasi dan hak asasi manusia dijunjung
tinggi, tak dapat dipungkiri bahwa diskriminasi (perendahan) terhadap ras,
etnis dan gender masih sering terjadi. Melalui pembahasan ini, kamu dapat lebih
memahami bagaimana membangun pikiran positif terhadap perbedaan ras, etnis dan
gender, terutama dalam kaitannya dengan sikapmu sebagai orang Kristen. Allah
menciptakan manusia dalam berbagai keunikan dan semua manusia memiliki harkat
dan martabat yang sama yang harus dihargai terlepas dari perbedaan latar
belakang ras, etnis maupun gender. Perkenalan serta pergaulan kamu dengan
sesama yang berbeda denganmu tidak menghalangi pembentukan dirimu sebagai
remaja Kristen. Dengan sikap yang baik dan benar, perbedaan justru akan
memperkuat identitasmu sebagai remaja Kristen.
Memahami Serta Menerima Manusia Dalam Keunikan Ras, Etnis Dan Gender
Perhatikan keempat
gambar di atas. Ini adalah gambar empat orang tokoh dunia, yaitu (1) Nelson
Mandela, presiden pertama Republik Afrika Selatan setelah rezim apartheid
ditumbangkan, (2) Ernesto Cardenal, seorang pastor Katolik dan penyair
Nikaragua, yang pernah menjabat sebagai menteri pendidikan di masa pemerintahan
Presiden Daniel Ortega, dan (3) Chiune Sugihara, seorang diplomat Jepang pada
masa Perang Dunia II, yang menyelamatkan sekurang- kurangnya 10.000 orang
Yahudi dari pengejaran Nazi di Lithuania, dan (4) Hillary Rodham Clinton,
mantan menteri luar negeri Amerika Serikat. Sebelum menjadi menteri luar negeri
Amerika Serikat, beliau adalah seorang senator, pengacara dan istri dari
presiden ke-42 Amerika Serikat, Bill Clinton.
Dalam pembahasan
di SD dan SMP telah dikemukakan bahwa Tuhan Allah menciptakan manusia dengan kepelbagaian.
Melalui kepelbagaian itu manusia dapat memahami kekuasaan serta kebesaran Sang
Pencipta. Namun sayang sekali, kepelbagaian ini seringkali justru menjerumuskan
manusia ke dalam sikap sombong dan merendahkan orang lain. Dalam sejarah dunia
tercatat lembaran-lembaran gelap ketika manusia membeda-bedakan orang
berdasarkan warna kulit, kelompok etnis atau budaya, dan juga berdasarkan
gendernya.
Dalam sejarah
pernah terjadi ketika orang-orang kulit putih di Amerika Serikat dan di
Australia memandang rendah orang-orang kulit hitam dan berwarna. Keadaannya
sedemikian parah sehingga orang malah memperjual- belikan orang lain hanya
karena warna kulitnya lebih gelap, atau hitam. Ya, orang-orang berkulit hitam
dianggap sama dengan binatang sehingga mereka dapat diperjual-belikan, bahkan
juga diperlakukan seperti binatang. Mereka bisa disuruh bekerja tanpa jam
istirahat dan makan yang cukup, dihukum dengan sangat kejam apabila tuan-tuan
mereka merasa bahwa mereka tidak bekerja cukup keras atau mereka berbuat
kesalahan. Kadang-kadang mereka dipukuli, dibakar, dimutilasi (dipotong anggota
tubuhnya), diberi cap dengan besi membara, hanya karena warna kulit yang
berbeda.
Perbedaan budaya
atau kelompok etnis juga bisa membuat orang merendahkan satu sama lain. Di
zaman dahulu, orang-orang Yunani menganggap diri mereka sebagai bangsa yang
paling hebat. Mereka menyebut bangsa-bangsa lain sebagai bangsa “barbar”. Mereka
mempunyai ungkapan yang berbunyi, “Barangsiapa yang bukan Yunani, adalah orang
barbar.” Mereka menggunakan istilah ini bahkan juga untuk orang Yunani dari
suku-suku dan kota-kota lain. Di kemudian hari di Eropa, bangsa-bangsa
Anglo-Saxon (Inggris Belanda, Jerman, dll.) juga menganggap rendah orang-orang dari Italia,
Spanyol, dan Portugal. Mengapa hal ini bisa terjadi? Coba diskusikan bersama
teman-teman sebangkumu!
Pernahkah kamu
memperhatikan bagaimana keluarga dan bahkan masyarakat luas membeda-bedakan
laki-laki dan perempuan? Anak laki-laki biasanya bermain di luar rumah,
sementara anak perempuan biasanya bermain di dalam rumah. Anak laki-laki
diberikan oleh orangtuanya mainan, seperti mobil-mobilan, pistol-pistolan,
mainan-mainan militer, pesawat terbang, dan lain-lain. Sementara itu, anak-anak
perempuan diberikan orang tuanya mainan seperti boneka, alat-alat untuk
masak-memasak, dan sebaainya. Batasan-batasan ini telah membelah dunia kehidupan
menjadi dua dunia, seolah-olah ada dunia laki-laki dan perempuan. Dunia telah
dibagi menjadi dua bagian di mana masing-masing hanya boleh dimasuki oleh jenis
kelaminnya, misalnya, rumah dan masak-memasak hanya boleh dilakukan oleh kaum
perempuan. Karena pandangan demikian, ada jenis-jenis pekerjaan tertentu yang
dipandang wajar jika dilakukan oleh jenis kelamin tertentu, misalnya, sopir
mobil, pekerjaan yang berhubungan dengan mesin, pilot pesawat terbang,
pertukangan, militer dan lain-lain adalah pekerjaan yang wajar dilakukan oleh
laki-laki. Sedangkan perempuan dipandang cocok melakukan pekerjaan tertentu
juga seperti menjadi sekretaris, perawat, adminstrasi perkantoran dan
lain-lain. Pada saat kini, kamu dapat saksikan bahwa kondisi tersebut telah
berubah. Perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja di
berbagai bidang kehidupan asalkan sesuai dengan kecakapan, bakat dan
keterampilan. Di kalangan keluarga muda di masa kini, orang tua laki-laki dan
perempuan bersama-sama melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak,
mencuci, membersihkan rumah, mengurus bayi dan lain-lain.
Pengertian Ras, Etnis, Suku dan Gender
Persoalan ras,
etnis dan gender telah berabad-abad diperdebatkan sampai dengan saat ini.
Mengapa? Karena ada berbagai pemahaman dan perlakuan yang harus diluruskan
menyangkut ras, etnis dan gender. Persoalan rumpun kebangsaan atau ras, suku
dan jenis kelamin perlu kamu pelajari. Hal ini kemungkinan dibahas juga dalam
pelajaran Ilmu Sosial dan PPKN, tetapi sebagai siswa Kristen kamu dapat belajar
bagaimana berpikir dan bersikap terhadap berbagai perbedaan ras, etnis dan
gender.
Konsep ras muncul
ketika bangsa-bangsa Eropa berjumpa dengan bangsa-bangsa lain di dunia dan
kemudian mulai mengategorikan kelompok-kelompok manusia menurut ciri-ciri
fisiknya. Tujuan akhirnya adalah untuk membenarkan praktik perbudakan
mereka. Mereka yakin bahwa
perbedaan-perbedaan fisik antara kelompok-kelompok masyarakat itu juga
mencerminkan perbedaan intelektual, perilaku, dan moral mereka. Pada tahun
1735, Carolus Linnaeus yang dikenal sebagai penemu taksonomi zoologi, membagi
manusia ke dalam berbagai kelompok ras Homo Sapiens, yaitu masing-masing
Europaeus (manusia Eropah), Asiaticus (manusia Asia), Americanus (manusia
Amerika) dan Afer (manusia Afrika). Homo Sapiens Europaeus digambarkan aktif,
akut, dan petualang sedangkan Homo Sapiens Afer licik, malas dan sembrono. Dari sini kita dapat melihat bagaimana
pembedaan ini pada akhirnya melahirkan marginalisasi atau perendahan terhadap
ras dan suku bangsa tertentu.
Ras adalah konsep
yang digunakan untuk mengategorikan sekelompok manusia. Perbedaan anatomi tubuh
(warna kulit, warna rambut, mata, tinggi badan, dan lain-lain), budaya,
genetika, afiliasi geografi, sejarah, bahasa, atau kelompok sosial digunakan
untuk mencirikan suatu kelompok manusia tertentu untuk mempermudah pengenalan
sekelompok orang dalam kehidupan sehari-hari. Orang seringkali berpikir ini
adalah pembagian yang sederhana. Kenyataannya tidak selalu demikian. Orang yang
berkulit hitam dan berambut keriting dapat disebut sebagai orang Afrika, tetapi
bukan mustahil juga berasal dari Papua. Orang berkulit kuning dan bermata sipit
mungkin dikenali sebagai orang Cina, Korea, atau Jepang, tapi bisa jadi juga orang
Minahasa.
Betapapun juga pembedaan-pembedaan
yang dibuat, kita harus memahami bahwa tidak ada satu ras pun yang lebih tinggi
atau unggul daripada yang lainnya. Semua ras memiliki kedudukan yang sederajat.
Etnis adalah
penyebutan yang diberikan kepada sekelompok manusia yang mendiami daerah
tertentu serta memiliki adat kebiasaan sendiri. Berbagai kebiasaan dan
adat-istiadat ini merupakan ciri khas yang dapat membedakan satu kelompok etnis
dengan kelompok lainnya. Di dunia dan di Indonesia terdapat banyak suku bangsa
yang berbeda-beda. Ada perbedaan yang kecil, seperti misalnya suku Jawa dengan
suku Bali. Ada pula suku-suku yang sangat berbeda, seperti misalnya suku Aceh
dengan suku Papua. Namun, pada dasarnya semua suku sama dan sederajat.
Adat-istiadat mereka semuanya unik dan tidak ada yang lebih luhur ataupun lebih
rendah daripada yang lain. Setiap suku mengembangkan kebudayaannya
masing-masing, berbahasa dengan logatnya sendiri, dan mengembangkan
adat-istiadatnya sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain ciri-ciri kebudayaannya,
suku bangsa juga kadang-kadang dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri fisik
anggotanya.
Gender adalah
perbedaan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat terhadap
laki-laki dan perempuan. Gender belum tentu sama di tempat yang berbeda, dan
dapat berubah dari waktu ke waktu. Gender tidak sama dengan seks atau jenis
kelamin. Jenis kelamin terdiri dari perempuan dan laki-laki yang telah
ditentukan olehTuhan ketika manusia dilahirkan. Sementara itu, gender bukanlah
kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Gender berkaitan dengan pandangan atau
pemahaman tentang bagaimana seharusnya laki- laki dan perempuan berperan dan
bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan
budaya ditempat mereka berada. Dengan demikian definisi gender dapat dikatakan
sebagai pembedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara perempuan dan
laki-laki yang dibentuk atau dikonstruksikan secara sosial-budaya dan dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Contohnya, dahulu orang menganggap
memasak dan menjahit sebagai pekerjaan perempuan. Namun sekarang ada banyak
laki- laki yang menjadi juru masak atau perancang busana. Orang-orang seperti
Bara Pattiradjawane, Rudy Choirudin, Arnold Purnomo, dan lain-lain, dikenal
sebagai juru masak yang sering tampil di layar televisi. Tokoh-tokoh seperti
almarhum Iwan Tirta, Edward Hutabarat, Itang Yunasz, adalah sejumlah laki- laki
perancang mode terkemuka di negara kita.
Masalah-Masalah Sekitar Ras, Etnis Dan Gender
Diskriminasi Rasial dan Etnis
Seorang penulis
Prancis yang bernama François Bernier menyusun sebuah buku yang menjelaskan
pembagian manusia di dunia ke dalam kelompok-kelompok ras. Bukunya yang
berjudul Nouvelle division de la terre par les différents espèces ou races qui
l'habitent diterbitkan pada tahun 1684.
Pada abad ke-18 orang
semakin mendalami perbedaan-perbedaan ini, namun pemahamannya mulai disertai
dengan gagasan-gagasan rasis tentang kecenderungan-kecenderungan batiniah dari
berbagai kelompok, dengan ciri- ciri yang paling baik terdapat pada orang-orang
kulit putih. Sebelumnya sudah dijelaskan bagaimana pengelompokan manusia ke
dalam ras itu ternyata didasarkan pada keinginan untuk membenarkan
praktik-praktik diskriminasi dan penindasan terhadap ras dan etnis tertentu yang
semuanya dipandang sebagai sesuatu yang wajar. Bahkan ras dan etnis tertentu
dipandang rendah dan tidak memiliki martabat kemanusiaan.
Rasialisme
bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia. Rasialisme menimbulkan
penderitaan yang luar biasa bagi bangsa dan ras tertentu, misalnya: penderitaan
orang-orang Indian dan kaum kulit hitam di Amerika Serikat yang kehilangan
hak-haknya sebagai warga negara. Di Afrika Selatan orang-orang kulit hitam dan
kulit berwarna juga kehilangan hak- haknya karena politik rasial yang disebut
apartheid, yaitu pembedaan manusia berdasarkan ras dengan cara
mendiskriminasikan mereka yang berkulit hitam, berkulit berwarna dan
orang-orang Asia (India). Mereka yang bukan kulit putih dibatasi ruang geraknya
dan hampir tidak memeroleh hak sebagai warga negara. Namun aneh sekali, dalam
praktik apartheid negara Afrika Selatan, bangsa Jepang diakui berkulit putih.
Mengapa? Tidak lain karena negara Jepang sudah tergolong maju dan kaya, dan rezim
apartheid Afrika Selatan ingin memetik keuntungan ekonomi dengan memperlakukan
bangsa Jepang dengan baik di sana.
Nelson Mandela
adalah pejuang kulit hitam Afrika Selatan yang terkenal. Ia berhasil
memperjuangkan hak orang kulit hitam di Afrika Selatan untuk memeroleh hak yang
sama dengan kaum kulit putih. Karena usahanya selama puluhan tahun, pada 5 Juni
1991 diskriminasi hukum di Afrika Selatan terhadap orang kulit hitam dicabut.
Masih banyak
contoh yang dapat diangkat dalam kaitannya dengan ketidakadilan ras dan etnis.
Di Amerika Serikat tokoh yang terkenal melawan diskriminasi rasial adalah Pdt.
Dr. Martin Luther King, Jr. Ia memimpin demonstrasi dan pemogokan damai dalam
rangka memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam di Amerika, hingga akhirnya ia tewas
dibunuh. Di Jerman, Adolf Hitler membunuh enam juta orang Yahudi karena
kebencian ras dan etnis serta kebanggaannya akan ras Aria yang dianggapnya
sebagai ras paling unggul.
Di Indonesia,
etnis China pernah mengalami diskriminasi sejak peristiwa G-30-S/PKI 1965.
Mereka tidak boleh mempraktikkan agama kepercayaannya (Kong Hu Cu dan
agama-agama Tionghoa dilebur menjadi satu dalam agama Buddha), nama-nama yang
berbau China harus diganti dengan nama Indonesia. Penggunaan huruf China dan
penggunaan bahkan pendidikan bahasa Mandarin dilarang. Peranan politik dan
sejarah orang Tionghoa Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan pun dihilangkan.
Misalnya, bahwa di antara mereka yang hadir di Kongres Pemuda II yang
merumuskan Sumpah Pemuda ternyata terdapat beberapa pemuda Tionghoa, yaitu Kwee
Tiam Hong dan tiga pemuda Tionghoa lainnya. Begitu pula ada empat orang
Tionghoa duduk sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang merumuskan UUD ‘45, yaitu Liem Koen Hian,
Tan Eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw, dan di Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terdapat 1 orang Tionghoa yaitu Drs. Yap Tjwan
Bing.
Pada Januari 2001,
Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengumumkan Tahun Baru China (Imlek)
menjadi hari libur pilihan, yang kemudian diubah oleh Presiden Megawati menjadi
hari libur nasional. Tindakan Gus Dur ini diikuti dengan pencabutan larangan
penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur juga memulihkan hak-hak etnis Tionghoa di
Indonesia. Di Indonesia kini hak- hak setiap warga negara dari semua etnis dan
ras dijamin oleh UU. Jadi, jika ada yang melakukan tindakan pelecehan terhadap
ras atau etnis tertentu, maka yang bersangkutan dapat dituntut secara hukum.
Demikianlah,
seiring dengan perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, diskriminasi rasial mulai terkikis secara perlahan dan kini muncul
kesadaran bahwa diskriminasi rasial bertentangan dengan hak asasi manusia. Di
Amerika Serikat, Barak Obama menjadi orang kulit hitam pertama yang menjadi
presiden di negara itu. Di Italia, Cecile Kyenge, seorang perempuan Afrika
kelahiran Kongo, menjadi orang kulit hitam pertama yang diangkat menjadi
menteri urusan Integrasi di negara itu.
Diskriminasi Gender
Menurut definisi
yang ada dalam buku “Kesetaraan Gender” yang diterbitkan oleh ELSAM, sebuah LSM
yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan, istilah “kesetaraan gender”
berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,
pendidikan, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan
struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Jadi, diskriminasi gender
adalah perlakuan yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan. Diskriminasi
terjadi terhadap perempuan dan dipengaruhi oleh budaya. Umumnya budaya di
Indonesia lebih berpihak pada kaum laki-laki dibandingkan kepada kaum
perempuan. Misalnya, orang biasa bertanya, “Putra Bapak berapa?” Mengapa tidak
bertanya, “Berapa putra dan putri Bapak?” Pertanyaan yang pertama menyiratkan bahwa
anak laki- laki lebih berharga sehingga merekalah yang ditanyakan keberadaan
dan jumlahnya dalam sebuah keluarga.
Orang seringkali
begitu saja menyamakan gender dengan jenis kelamin. Misalnya, orang tua sering
mengajarkan kepada anak laki-lakinya, “Jangan menangis. Kamu ‘kan laki-laki!
Laki-laki tidak boleh menangis.” Atau, seorang ibu berkata kepada anak
perempuannya, “Kamu harus membantu Ibu di dapur, karena itu adalah tugas
seorang anak perempuan.” Anak laki-laki yang menangis dianggap banci. Anak
perempuan yang lebih suka bermain di luar ketimbang membantu ibunya di dapur
dianggap tomboy atau kelelaki-lelakian. Kenyataannya, menangis adalah sebuah
ungkapan emosi yang wajar bagi manusia – laki-laki maupun perempuan. Membantu
ibu memasak di dapur pun bisa dilakukan oleh seorang anak laki-laki. Sebelumnya
sudah disinggung betapa banyak juru masak dan perancang mode laki-laki
sekarang. Karya mereka ternyata sangat dihargai oleh masyarakat kita.
Keadilan gender
adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki.
Keadilan gender menghilangkan pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi terhadap kelompok yang dianggap lebih lemah, dan kekerasan
terhadap perempuan maupun laki-laki.
Terwujudnya
kesetaran (persamaan) dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya
diskriminasi (pembedaan) antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian,
mereka memiliki akses pada berbagai bidang kehidupan. Memiliki akses dan
partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk memperoleh keadilan
di berbagai bidang kehidupan. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan
diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun
perempuan.
Di Indonesia,
masih banyak orang yang kurang memiliki kesadaran gender sehingga akibatnya
masih cukup banyak perempuan yang tertinggal di berbagai bidang kehidupan.
Misalnya, masih ada orang tua Indonesia yang memberikan prioritas utama kepada
anak laki-laki untuk bersekolah daripada anak perempuan. Angka buta huruf bagi
kaum perempuan lebih banyak daripada kaum laki-laki. Ketertinggalan perempuan
mencerminkan masih adanya ketidakadilan dan ketidaksetaraan antara laki-laki
dan perempuan di Indonesia.
Pada masa kini, di
Indonesia hak-hak perempuan dijamin oleh UU. Misalnya, perempuan yang mengalami
kekerasan dalam rumah tangga (dipukul ataupun dihina oleh suami), dapat
melaporkan peristiwa tersebut kepada pihak kepolisian. Selanjutnya, polisi akan
melakukan tindakan hukum terhadap pihak yang melakukan kekerasan.
Pemahaman Alkitab Tentang Ras, Etnis Dan Gender
Dalam Roma 10:12,
Rasul Paulus menulis, “Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan
Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi
semua orang yang berseru kepada-Nya.” Pernyataan Paulus ini tentu sangat
mengejutkan orang pada waktu itu, mengingat orang Yunani biasa menyebut
orang-orang non-Yunani sebagai bangsa barbar. Sementara itu, orang Yahudi juga
biasa menganggap diri mereka lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain. Mereka
adalah umat pilihan Allah, sementara yang lainnya tidak.
Dalam Lukas
10:25-36, Tuhan Yesus mengisahkan perumpamaan tentang Orang Samaria yang murah
hati. Dalam perumpamaan ini para pendengar-Nya dikejutkan oleh kisah Yesus yang
menjadikan si orang Samaria sebagai pahlawannya. Padahal orang Samaria dimusuhi
oleh orang Yahudi karena mereka dianggap najis.
Mengapa Paulus dan
Tuhan Yesus memberikan pengajaran yang demikian? Bila kita membaca kembali
kisah penciptaan manusia, maka harus diakui bahwa kita semua adalah satu
keluarga yang berasal dari satu nenek - moyang yang sama, yaitu Adam dan Hawa.
Meskipun sekarang kita sudah terbagi-bagi dalam berbagai kelompok ras, suku,
dan etnis, pada dasarnya kita masih bertalian keluarga dengan semua orang. Karena itulah kita diajarkan
untuk saling mengasihi, membela dan peduli kepada sesama kita. Hal ini
ditegaskan dalam Kitab Keluaran 22:21 yang mengatakan, “Janganlah kau tindas
atau kau tekan seorang asing, sebab
kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.”
Sehubungan dengan
keadilan gender, Alkitab pun mengajarkan kepada kita bahwa laki-laki dan
perempuan sama kedudukannya di mata Allah. Kisah penciptaan dalam Kejadian 2:18
menyatakan, “TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri
saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.’”
Dalam kisah ini
digambarkan bagaimana Allah memutuskan untuk menciptakan Hawa. Allah melihat
bahwa Adam tidak berbahagia hidup sendirian. Binatang-binatang yang Tuhan ciptakan pun tidak membuatnya bahagia. Ia membutuhkan
penolong yang sepadan dengannya. Sepadan berarti setara. Kalau Hawa ternyata
lebih lemah daripada Adam, tak akan mungkin ia bisa menjadi penolong yang
sepadan. Hawa tentu mempunyai berbagai kecakapan dan kebolehan yang tidak
dimiliki Adam, sehingga ia bisa benar-benar menjadi pasangan yang sepadan bagi
Adam.
TuhanYesus sendiri
memperlakukan laki-laki dan perempuan dengan setara. Ketika Maria duduk
bersimpuh di kaki-Nya untuk mendengarkan pengajaran-Nya, dan Marta memprotes
karena Maria tidak membantunya di dapur, Tuhan Yesus mengatakan, “Maria telah
memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya” (Luk. 10:42).
Yesus tidak melarang perempuan untuk mendengarkan dan belajar tentang firman
Tuhan – sesuatu yang sangat ditabukan bagi perempuan pada masa itu. Dalam
Yohanes 8:1-11 orang-orang Yahudi membawa seorang perempuan yang kedapatan
berzina kepada Yesus. Dalam budaya orang Yahudi, jika seorang perempuan berzina
ia harus dilempari dengan batu tetapi laki-laki tidak dihukum. Yesus tidak
menghukum perempuan itu bukan karena membenarkan perbuatannya melainkan karena
hukuman itu tidak adil bagi perempuan. Dalam perzinaan, seharusnya laki-laki
dan perempuan yang melakukannya sama-sama dihukum. Ketidakadilan itu dapat
disebut diskriminasi gender.
Sayangnya,
diskriminasi gender masih terus berlangsung, bahkan juga di kalangan gereja
masa kini. Masih ada perempuan yang tidak bisa menjadi pemimpin di gereja – entah
sebagai penatua, diaken, atau pun pendeta. Padahal, kemampuan mereka tidak
kurang dibandingkan dengan laki-laki. Sejumlah gereja di Indonesia sudah pernah
memiliki perempuan sebagai pemimpinnya, seperti ketua sinode, wakil ketua atau
sekretaris dan jabatan penting lainnya di sinode gereja.
TUGAS
Buatlah kliping
dari surat kabar tentang contoh-contoh masalah yang muncul di sekitar kita yang
akar masalahnya adalah persoalan ras, etnis, dan gender, kemudian berikan
komentarmu. Pada pertemuan berikut, kumpulkan tugas ini kepada guru untuk
dinilai.