Pages

Kategori

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Dilihat

14 Mei 2020

Bab VI. Hidup Dalam Kesetiaan

Bab VI: Hidup Dalam Kesetiaan

Bahan Alkitab: Kej. 29:13-28; Maz. 85:8-14; Mat. 28:18-20; Yoh. 3:16

 

A.    PENGANTAR


Menyanyikan lagu NKB No. 34 “Setia-Mu, Tuhanku, Tiada Bertara”

 

Setia-Mu, Tuhanku, tiada bertara

di kala suka, di saat gelap.

Kasih-Mu, Allahku, tidak berubah,

‘Kaulah Pelindung abadi tetap.

 

Refrein:

Setia-Mu Tuhanku, mengharu hatiku,

setiap pagi bertambah jelas.

Yang ‘ku perlukan tetap Kauberikan,

sehingga aku pun puas lelas.

 

Musim yang panas, penghujan, tuaian,

surya, rembulan di langit cerah,

bersama alam memuji, bersaksi

akan setia-Mu yang tak bersela.

 

Damai-Mu Kauberi, dan pengampunan

dan rasa kuatir pun hilang lenyap,

kar’na ‘ku tahu pada masa mendatang:

Tuhan temanku di t’rang dan gelap.

 

“Setia-Mu, Tuhanku, Tiada Bertara” adalah kesaksian yang luar biasa yang dibuat oleh Thomas Chisholm tentang kehidupannya hari lepas hari bersama Yesus. Pendeta Chisholm selalu percaya bahwa Bapanya yang di surga terus memelihara dan menyediakan segala kebutuhannya sehari-hari. Sebelum ia meninggal dunia pada tahun 1960, ia menulis kesaksian pribadinya yang luar biasa ini:


“Penghasilanku tidak pernah besar karena kesehatanku yang buruk pada usia mudaku, yang akibatnya terus mengikuti aku sampai sekarang. Tapi aku tidak boleh gagal mencatat kesetiaan Allah yang memelihara   perjanjian-Nya dengan orang percaya, yang tidak pernah gagal, dan bahwa Ia telah menunjukkan berulang kali cara-Nya yang luar biasa dalam memelihara hidupku, yang telah membuat aku sungguh amat bersyukur.”

 

Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan temanmu sebangku:

  1. Kepada siapakah lagu ini ditujukan?
  2. Perasaan apa yang diungkapkan oleh si penulis lagu ini?
  3. Apakah kamu setuju dengan kata-kata yang diungkapkannya?
  4. Kalau ya, coba jelaskan apa alasannya! Apakah kamu punya pengalaman yang serupa seperti yang dialami oleh si pengarang lagu?
  5. Kalau kamu tidak setuju dengan kata-kata dalam syair lagu ini, jelaskan pula mengapa!
  6. Menurut kamu, apakah Chisholm berbahagia dalam hidupnya? Mengapa kamu memilih jawaban tersebut?

 

B.     KISAH HACHIKO


Di sebuah stasion kereta api di Shibuya, Tokyo, Jepang, berdiri sebuah patung perunggu dari seekor anjing yang bernama Hachiko. Patung ini didirikan pada tahun 1934, namun hancur pada masa Perang Dunia II. Pada tahun 1948, patung yang kedua didirikan, dan hingga sekarang patung ini sangat terkenal dikalangan masyarakat Jepang. Patung ini didirikan di tempat yang sama yang menjadi tempat Hachiko menunggu tuannya, Prof. Hidesaburo Ueno.


Pada tahun1924, Ueno, seorang profesor di Departemen Pertanian, Universitas Tokyo, mengambil Hachiko – seekor anjing jenis Akita–untuk ia pelihara. Sepanjang hidup tuannya, Hachiko selalu menyambutnya setiap hari di Stasion Shibuya yang tidak jauh dari rumah mereka. Kejadian ini berlangsung terus hingga Mei 1925 ketika Prof. Ueno tidak pulang kerumah karena ia menderita pendarahan di otak, dan meninggal dunia. Ueno tidak pernah kembali ke stasiun kereta api, tempat Hachiko setia menunggu. Selama sembilan tahun – setiap hari – Hachiko menantikan kepulangan Ueno, tepat di tempat yang sama ketika kereta api mestinya tiba di stasiun itu.


Kelakuan Hachiko ini menarik perhatian   para   pengguna   kereta api itu. Banyak orang yang melalui stasiun itu pernah melihat Hachiko dan Prof. Ueno bersama-sama setiap hari. Mulanya, orang-orang tidak begitu senang melihat Hachiko di stasiun itu, khususnya mereka yang bekerja di situ.


Namun pada 1932, salah seorang mahasiswa Prof. Ueno melihat Hachiko di stasion itu dan mengikutinya hingga ke rumah bekas tukang kebun Prof. Ueno. Sang tukang kebun, Kikuzaboro Kobayashi, menjelaskan latar belakang Hachiko. Setelah itu, sang mahasiswa menerbitkan tulisan-tulisan tentang jenis anjing Akita yang langka. Ia berulang kali mengunjungi Hachiko dan selama beberapa tahun kemudian menerbitkan beberapa artikel tentang kesetiaan yang luar biasa dari anjing itu.


Pada tahun yang sama, tepatnya 4 Oktober 1932 salah satu artikelnya tentang kisah Hachiko diterbitkan dalam salah satu koran paling terkemuka di Tokyo, Asahi Shimbun. Tulisan itu mengejutkan banyak warga Jepang, dan orang-orang mulai membawakan makanan untuk Hachiko setiap hari selama ia duduk menantikan tuannya.


Nama Hachiko jadi terkenal di seluruh Jepang. Kesetiaannya kepada tuannya dianggap layak diteladani setiap orang. Guru-guru dan orangtua menggunakan Hachiko sebagai contoh yang harus ditiru oleh anak-anak.


Pada 8 Maret 1935 Hachiko ditemukan mati pada sebuah jalan di Shibuya. Setahun sebelumnya masyarakat membangun sebuah patung perunggu untuk menghormati Hachiko dan kesetiaannya kepada tuannya. Hachiko sendiri hadir pada peresmian patungnya itu.

 

Bagaimana pendapat kamu tentang cerita diatas? Apakah kamu mempunyai atau pernah mempunyai anjing yang setia seperti Hachiko? Pelajaran penting apa yang kamu peroleh dari kisah tentang Hachiko ini? Berapa besar arti kesetiaan yang diperlihatkan Hachiko kepada tuannya? Kalau kamu menjadi Hachiko, sanggupkah kamu pergi setiap hari ke stasiun kereta api untuk menantikan kepulangan tuanmu – selama sembilan tahun?

 

C.    YAKUB DAN RAHEL


Kamu masih ingat kisah Yakub yang mencuri hak kesulungan Esau? Bagian Kejadian 29:13-28 adalah kelanjutan kisahnya. Setelah mendengar Esau bertekad untuk membunuhnya, Yakub disuruh ibunya, Ribka, lari ke rumah pamannya, Laban. Di Haran, Yakub bertemu dengan Rahel yang berparas cantik, anak perempuan Laban. Setelah bekerja selama sebulan di rumah Laban, Laban menawarkan bayaran kepada Yakub. Yakub setuju bekerja untuk Laban tanpa bayaran selama tujuh tahun. Syaratnya hanya satu, setelah tujuh tahun ia diizinkan menikah dengan Rahel.


Namun Laban adalah orang yang licik. Setelah tujuh tahun Yakub bekerja, Laban memperdayainya dengan menyerahkan Lea untuk dinikahiYakub.Yakub kecewa. Namun apa boleh buat, ia sudah resmi menikah dengan Lea.


Lalu Yakub berkata,

“Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?” Jawab Laban: “Tidak biasa orang berbuat demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya lebih dahulu dari pada kakaknya. Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu dengan anakku ini; kemudian anakku yang lain pun akan diberikan kepadamu sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi.” (Kej. 29:25-27)


Karena cintanya kepada Rahel, Yakub bersedia memenuhi tuntutan Laban itu. Karena itulah ia bekerja tujuh tahun lagi untuk Laban. Baru setelah itu Laban bersedia menyerahkan Rahel untuk dinikahi Yakub.

 

Diskusi

  1. Apa yang kamu temukan dalam cerita ini tentang kesetiaan?
  2. Apa kaitan antara cinta dengan kesetiaan?
  3. Bila kamu menjadi Yakub, bersediakah kamu melakukan apa yang diminta Laban – bekerja 14 tahun tanpa gaji untuk mendapatkan Rahel? Kalau ya, jelaskan mengapa demikian! Kalau tidak, sebutkan alasan-alasan kamu.
  4. Sebutkan dan jelaskan contoh-contoh tentang kesetiaan di dalam hidup sehari-hari, dan jelaskan pula bagaimana kesetiaan itu mencerminkan cinta kasih seseorang kepada orang lain (orangtua, anak, kekasih, dan lain-lain).

 

D.    KESETIAAN DALAM HIDUP SEHARI-HARI


Kita dapat menemukan banyak contoh tentang kesetiaan dalam kehidupan sehari-hari. Ada kesetiaan yang dituntut sebuah perusahaan dari karyawannya. Kesetiaan yang dituntut sebuah partai dari para anggotanya. Atau kesetiaan di antara teman-teman. Bagaimana menurut pendapatmu tentang kasus-kasus di bawah ini – manakah di antaranya yang dapat disebut sebagai kesetiaan yang benar? Bacalah dengan cermat dan nyatakan sikap kamu, apakah kamu mau mendukungnya atau tidak, sebagai perwujudan kesetiaan kamu.

 

Lingkari Ya atau Tidak sesuai dengan sikap kamu

Kasus

Sikap kamu

Kalau kamu benar-benar teman yang setia, kamu harus menolong aku waktu ulangan nanti.

Ya   /  Tidak

Kamu harus menunjukkan kesetiaan kamu kepada negara dengan mendukung semua program pemerintah, apapun program tersebut.

Ya   /  Tidak

Kalau  kamu  memang  bagian  dar kelompok kami, kamu harus ikut dalam tawuran melawan anak SMA “Kebon Pisang nanti siang!

Ya   /  Tidak

Temanmu mengalami musibah karena rumahnya di permukiman yang ilegal kebakaran. Teman-teman mengajak kamu mengumpulkan uang untuk menolong dia dan keluarganya.

Ya   /  Tidak

Hari Jumat depan adalah hari kejepit nasional, karena hari Kamisnya kita libur. Mari kita ramai- ramai membolos!

Ya   /  Tidak

 

Orang bisa salah memahami arti kesetiaan, dan karena itu bertindak keliru di dalam kesetiaannya. Kesetiaan harus disertai pula oleh sikap kritis. Jadi kita tidak begitu saja mendukung teman kita dengan menunjukkan solidaritas yang membabi-buta. Bila apa yang dilakukan oleh temanmu tidak baik atau bukan sesuatu yang memberikan dampak yang positif, maka kamu tidak perlu setia dengan teman-teman kamu itu.

 

E.     KESETIAAN MENURUT ALKITAB


Kesetiaan adalah kata yang sangat penting dalam Alkitab. Kata “setia” atau “kesetiaan” muncul sebanyak 130 kali di dalam seluruh Alkitab. Di dalam Perjanjian Lama kata “kasih setia” muncul sebanyak 167 kali dan “kesetiaan” 52 kali. Di dalam Kitab Mazmur sendiri kata “kasih setia” muncul masing-masing sebanyak 110 kali dan “kesetiaan” 28 kali. Dari sini saja kita sudah bisa melihat betapa pentingnya “kesetiaan” di dalam pemahaman Alkitab.


Kata “setia” atau “kesetiaan” sangat erat hubungannya dengan “kasih.” Dalam bahasa Ibrani, kata “kasih” diterjemahkan menjadi khesed, yang di dalam Alkitab bahasa Indonesia biasanya diterjemahkan menjadi “kasih setia.” Mengapa demikian? Alasannya, “kasih” tidak bisa berdiri begitu saja tanpa kesetiaan. Artinya, tidak cukup kalau orang mengatakan “Aku sayang kamu,” tanpa menunjukkan kesetiaan kepada orang yang disayanginya itu. Dalam Alkitab, kasih Allah digambarkan sebagai kasih yang setia. Gambaran ini pula yang diberikan oleh Tuhan Yesus tentang sang ayah yang menantikan anaknya yang sangat dikasihinya dalam perumpamaan Anak yang Hilang (Luk. 15:20-24). Sikap ini bertolak belakang dengan sikap anak pertama yang tidak senang melihat ayahnya mengadakan pesta besar untuk menyambut kepulangan adiknya yang hilang dan kini telah kembali.


Kasih Allah yang digambarkan sebagai kasih yang penuh kesetiaan ini, dilukiskan dalam ayat-ayat seperti Mazmur 103:8-13 yang berbunyi,


TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.


Dalam Kitab Ratapan 3:22 juga dikatakan, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan- Mu!” Ayat-ayat inilah yang menjadi dasar dari lagu yang kita nyanyikan pada awal pelajaran ini, “Setia-Mu Tuhanku, tiada bertara.”

Ya, kesetiaanTuhan sungguh luar biasa. Setiap pagi dengan setia Ia membuat matahari terbit untuk menerangi seluruh muka bumi dan menurunkan hujan yang membasahi bumi. Semua ini memberikan kehidupan bagi setiap makhluk. Tuhan menyediakan berbagai sumber makanan bagi kita manusia sehingga kita harus bersyukur kepada-Nya.

 

F.     “NYAMANLAH JIWAKU”


Ada sebuah lagu yang sangat indah, yang menggambarkan perasaan seorang Kristen di tengah-tengah perjuangan hidupnya yang berat. Lagu itu berjudul “It is Well with My Soul”. Dalam bahasa Indonesia, lagu ini diterjemahkan menjadi “Nyamanlah Jiwaku.” Lagu ini ditulis oleh Horatio G. Spafford. Spafford adalah seorang pengacara yang sukses dan sangat kaya, karena memiliki berbagai bangunan di kota Chicago, Amerika Serikat.


Pada tanggal 8 hingga 10 Oktober 1871, kota Chicago dilanda kebakaran hebat yang menewaskan ratusan orang dan menelan wilayah sekitar 9 km2. Spafford ikut menolong orang-orang yang menjadi korban kebakaran itu.


 Dua tahun kemudian Spafford merencanakan perjalanan ke Eropa bersama keluarganya. Ia ingin memberikan liburan yang sangat dibutuhkan keluarganya dan juga kesempatan untuk melupakan tragedi yang menimpa mereka. Spafford juga ingin bergabung dengan sebuah tim penginjilan di Inggris. Istri dan keempat anak perempuannya berangkat lebih awal dengan kapal Ville du Havre, sementara Spafford harus tinggal beberapa hari di Chicago untuk menyelesaikan masalah pembagian wilayah kota setelah kebakaran besar itu. Sementara menyeberangi Samudera Atlantik, kapal yang ditumpangi istri.


Spafford dan anak-anaknya menabrak sebuah kapal lain. Anna, istrinya, selamat dan mengirimkan sebuah telegram yang kini menjadi terkenal dengan isi yang singkat, “Saved alone…” (“Satu-satunya yang selamat”). Tak lama kemudian, sementara dalam perjalanan untuk menyusul istrinya, Spafford mendapatkan ilham untuk mengungkapkan perasaannya sementara kapalnya melalui tempat yang tidak jauh dari lokasi kecelakaan yang menewaskan anak- anaknya itu. Itulah yang kemudian menjadi lagu “Kendati Hidupku Tent’ram” (NKB 195).


Kendati hidupku tent’ram dan senang, dan walau derita penuh, Engkau mengajarku bersaksi tegas: S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.


Reff:

S’lamatlah (s’lamatlah) jiwaku (jiwaku), S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.

Kendatipun susah terus menekan dan iblis geram menyerbu, Tuhanku menilik anakNya tetap; S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.


Yesusku mengangkat di salib kejam dosaku dan aib sepenuh. Hutangku dibayar dan aku lepas, puji Tuhan, wahai jiwaku.


Ya Tuhan, singkapkan embun yang gelap dapatkan seg’ra umat-Mu. ‘Pabila serunai berbunyi gegap, ‘ku seru: s’lamatlah jiwaku.

 

Pengalaman Spafford menggambarkan bagaimana orang Kristen menghadapi penderitaannya dengan mengandalkan kasih Tuhan. Spafford memiliki kekuatan yang luar biasa ketika bisnisnya hancur dimakan api yang melanda sebagian besar kota Chicago, dan kemudian keempat anaknya mati tenggelam dalam kecelakaan kapal laut. Ia menghadapi semuanya dengan tabah, karena ia tahu bahwa Allah itu setia.

 

G.    KESETIAAN KEPADA TUHAN


Dibagaian sebelumnya kita sudah melihat bagaimana Tuhan Allah yang kita kenal lewat Alkitab adalah Tuhan yang setia kepada kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Dalam Mazmur 85:9-14 digambarkan bagaimana Tuhan Allah itu setia kepada umat-Nya. Pada ayat 9 pemazmur mengungkapkan perkataan Allah, yaitu kata-kata penghiburan dan perdamaian bagi umat Allah. Ayat 9-10 menjanjikan keutuhan dan kesejahteraan bagi Israel. Kemuliaan Allah akan kembali memenuhi seluruh negeri. Dalam ayat 11-14 kita menemukan gambaran tentang keselamatan Allah yang didasarkan pada kasih Allah yang tidak berubah serta kesetiaan-Nya yang akan mempertemukan umat dengan Allah dan sesamanya. Keadilan Allah akan menghadirkan perdamaian.


Namun kita harus mengingat bahwa kesuburan negeri tidak akan terjadi begitu saja. Kepulihan bangsa yang sesungguhnya hanya akan tercapai apabila ada keadilan dan kebenaran di seluruh negeri. Kesetiaan Allah harus disambut dengan perubahan cara hidup seluruh bangsa Yehuda. Ini jelas sekali terlihat dalam ayat 9-10 mazmur ini:


9Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang- orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan?

10Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita.


Umat Allah akan kembali mengalami masa-masa yang baik, apabila di dalam hidup mereka itu “Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit.” Tanpa respon dari umat Allah berupa kasih dan kesetiaan mereka terhadap kesetiaan yang Allah telah lebih dahulu perlihatkan, kesejahteraan tidak akan pulih kembali.


Dapatkah kita membuktikan hal ini? Sudah tentu! Coba perhatikan negara negara yang maju dan makmur di seluruh dunia. Coba sebutkan nama-nama negara itu. Lalu amati, apakah di sana ada keadilan atau ketidakadilan? Apakah di sana banyak orang jujur ataukah orang curang? Apakah banyak pejabatnya yang korupsi ataukah kebanyakan dari mereka hidup bersih?


Dari bacaan kita ini jelas sekali bahwa kemakmuran dan kesejahteraan akan hadir di tengah masyarakat kita apabila di situ ada kejujuran, keadilan, kasih dan kesetiaan.


Di dalam Perjanjian Baru, orang Kristen lebih memahami kesetiaan Allah secara mendalam lewat pengutusan Anak-Nya, Yesus Kristus, yang menyelamatkan manusia dan melepaskannya dari kuasa maut. Dalam Yohanes 3:16 dikatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Dari sini kita bisa melihat betapa besarnya kasih setia-Nya kepada kita. Nah, apabila kita sudah memahami arti kesetiaan Allah yang sangat besar itu, bagaimanakah seharusnya sikap hidup kita kepada-Nya dan kepada sesama kita?


Sekarang, marilah kita membaca Matius 28:18-20. Di bagian ini kita menemukan perintah Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya supaya mereka pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil dan mengajak setiap orang melaksanakan perintah-Nya. Apakah isi perintah itu? Tidak lain daripada mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran kita, serta mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri. Dan untuk itu, Tuhan Yesus berjanji untuk menyertai kita “sampai kepada akhir zaman.”


Mungkin muncul pertanyaan, “Kenapa Tuhan Yesus harus menyertai kita, kalau kita cuma diperintahkan untuk mengasihi Allah dan sesama kita? Itu ‘kan gampang dan sederhana sekali?” Pada kenyataannya mengasihi Allah dan sesama itu tidak begitu mudah. Orang-orang Kristen perdana mempertaruhkan hidup mereka ketika mereka dilarang Kaisar Roma mengasihi Allah. Sebaliknya, mereka diperintahkan, bahkan diwajibkan, menyembah Kaisar. Mereka yang menolak perintah itu banyak yang tewas dibunuh Kaisar atau berakhir nyawanya di arena pertandingan melawan singa atau banteng buas.


Pada zaman modern, ketika materialisme dan hedonisme menjadi nilai dan gaya hidup banyak orang, mengasihi Allah pun menjadi sesuatu yang langka. Orang lebih mencintai uang dan harta kekayaan. Kita sering menemukan orang yang dengan mudah menanggalkan iman dan kesetiaannya kepada Allah, demi memperoleh harta dan jabatan. Padahal Tuhan Yesus dengan jelas mengatakan, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Mat. 6:24).


Mengasihi sesama pun tidak begitu mudah. Di berbagai tempat dan zaman kita pernah menemukan bagaimana sekelompok orang ditindas karena warna kulitnya, keyakinannya, keadaan fisiknya, dan lain-lain. Orang kulit hitam dijadikan budak dan dianggap warga kelas dua di Amerika Serikat dan di Afrika Selatan beberapa waktu yang lalu serta dilarang masuk ke gereja orang kulit putih. Orang-orang Yahudi ditangkapi oleh pemerintah Nazi di bawah Hitler karena etnis dan keyakinan mereka. Orang-orang yang memiliki kebutuhan khusus-mereka yang tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunadaksa, dan lain-lain-seringkali merasa disisihkan dan diabaikan. Mungkin pula di kelas kamu ada teman-teman yang karena sesuatu hal sering mengalami bullying yaitu tindakan yang mengejek, menghina, atau bahkan tindakan kekerasan. Dalam keadaan seperti itulah kita dipanggil Tuhan untuk menyatakan kasih Allah kepada mereka yang dianggap tidak layak dikasihi ini. Adakah di antara kalian yang berani menunjukkan kasih kalian kepada orang-orang seperti itu? Beranikah kamu melawan kecenderungan teman-teman atau kelas yang justru mengejek atau mem-bully orang-orang seperti itu?


Kalau kamu takut menghadapi situasi seperti itu, ingatlah janji Tuhan Yesus, “… Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Ini sungguh suatu janji yang manis dan menguatkan, bukan?

 

Evaluasi

  1. Menurut kamu, apakah arti “kesetiaan” itu sebenarnya?
  2. Berikan contoh-contoh perbuatan setia dalam kehidupan sehari-hari!
  3. Berikan   pula   contoh-contoh   tentang   kesetiaan   yang   keliru   dalam kehidupan sehari-hari!
  4. Kalau kasih Allah kepada kita sedemikian besar, lalu bagaimanakah sikap kita yang seharusnya kepada Dia? Apakah kita akan mengkhianati-Nya dengan berbuat tidak setia kepada Tuhan?
  5. Tindakan-tindakan apakah yang menunjukkan ketidaksetiaan kita kepada Allah? Perbuatan-perbuatan apakah yang pasti akan membuat Tuhan merasa sedih kepada kita?
  6. Buatlah sebuah puisi, lagu, gambar atau kisah pengalaman yang melukiskan bagaimana kamu menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan dalam perjuangan demi keadilan dalam kehidupan sehari-hari.

 

H.    RANGKUMAN

“Kesetiaan” adalah sebuah konsep yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kesetiaan ditemukan dalam hubungan antara seseorang dengan orang lain, dengan keluarga, orangtua, dengan komunitas atau kelompok yang lain, dengan negara, dan juga dengan Tuhan. Kesetiaan dapat kita lihat dalam kesediaan seseorang membela atau menolong orang lain, mengasihinya dan kesediaannya untuk tidak meninggalkan pihak yang lain.

 

 I.       Penutup

Doa Penutup: Susunlah sebuah doa yang berisi janji setia kamu kepada Allah yang setia kepada kamu.