Pages

Kategori

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Dilihat

17 Mei 2020

Bab XI. Home Sweet Home

Bab XI. Home Sweet Home
Bahan Alkitab: Kej. 30:1-24; 2 Tim. 1:5


Keluarga Ideal
Tentu kita masing-masing mendambakan memiliki rumah yang nyaman bukan? Rumah bukan sekedar tempat untuk bernaung dari hujan dan panas terik. Namun umumnya sebagian orang yang terlalu sibuk, secara tidak langsung dapat membentuk rumah menjadi warung makan saja atau seperti penginapan saja. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan aktivitasnya, kebersamaan dengan keluarga malah terbengkalai. Akhirnya setiap penghuni rumah menjadi sibuk dengan kebutuhannya sendiri tanpa ada kedekatan antara orang tua dengan anak dan juga antara kakak-adik. Rumah seharusnya menjadi tempat yang paling indah bagi penghuninya “Home Sweet Home”. Akibatnya dimana saja dan kapan saja rumah selalu dirindukan dan selalu diingat.

Sesungguhnya para remaja memandang rumah sebagai tempat yang penuh dengan kenangan sejak kanak-kanak, kenangan tentang suka maupun duka. Rumah yang sederhana, nyaman, tenang, penuh kasih sayang dan damai adalah tempat tingal yang ideal. Sebagai contoh gambaran paling ideal bagi keluarga Kristen adalah Keluarga Kudus dari Maria dan Yusuf di Nazaret. Maria, Yusuf, dan Tuhan Yesus selalu merayakan hari-hari besar di bait Allah (Misalnya hari raya Pondok Daun). Dalam (Luk. 2:41-52) dijelaskan bahwa Tuhan Yesus pada masa remaja taat pada orang tua duniawinya dan menikmati hidup bersama keluarga. Dia berkembang secara sehat dan utuh. Dia dikasihi oleh Allah dan sesama. Keluarga tersebut merupakan teladan bagi setiap pasangan kristiani dalam membina keluarga. Dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya masing-masing keluarga Kristen dapat menghadirkan Kristus dalam kehidupannya. Dengan demikian, keluarga Kristen dapat berkembang menuju kesempurnaan seperti yang dikehendaki Tuhan.

Rumah Sebagai Tempat yang Nyaman
Di samping kebutuhan materi dan spiritual, tentu saja kita juga membutuhkan suasana rumah yang nyaman, menyenangkan, dan hangat. Ini semua bukanlah hanya pekerjaan seorang ibu namun, menjadi tanggungjawab semua anggota keluarga baik laki-laki maupun perempuan. Saat ini telah terjadi perubahan sosial yang pesat. Banyak perempuan dan ibu yang memiliki peran ganda, yakni mengurusi masalah rumah tangga (domestik) maupun bekerja untuk mencari nafkah di luar rumah (ruang publik). Kalau perempuan sudah melakukan terobosan ke dunia publik maka sudah saatnya para anak laki-laki dan suami juga harus mampu melakukan tugas-tugas di bidang domestik. Dengan demikian akan dicapai keseimbangan, tidak ada yang mempunyai “beban ganda”, tidak ada lagi pekerjaan yang diberi label “pekerjaan laki-laki dan pekerjaan perempuan. Kita semua perlu berubah, karena adanya perkembangan pesat di bidang sosial dan budaya. Masing-masing orang dalam keluarga dapat menciptakan suasana rumah menjadi suasana yang nyaman dan menyenangkan.

Setiap manusia mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang keluarga yang ideal. Mungkin ada yang berpikir bahwa keluarga yang ideal itu apabila memiliki segala perabotan mewah dalam rumah atau sering mengadakan pesta yang mewah, dan sering berlibur ke luar negeri atau ke luar kota. Namun, mungkin ada yang berpendapat bahwa keluarga ideal itu adalah keluarga yang sederhana, memiliki relasi yang intim satu dengan yang lain, dan masing-masing orang dapat saling membantu.

Diskusi dengan teman-temanmu kemudian jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini!
  1. Apa makna atau arti keluarga bagi kamu?
  2. Seperti apakah keluarga yang ideal menurut kamu?
  3. Bagaimana peran laki-laki dan perempuan di keluarga kamu
  4. Apakah dalam keluargamu perempuan (ibu dan saudara perempuan) sudah diperlakukan dengan adil dan tidak menjadi korban? Karena seringkali mereka memiliki tiga peran (sebagai ibu dan istri, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai perempuan pencari nafkah). Namun, kedudukannya kurang dihormati dan tidak setara dengan laki-laki?
Rumah Tempat Bersemainya Iman
Di dalam rumah, prioritas menjadi keluarga yang utuh itu penting. Banyak keluarga para remaja yang saat ini mengalami masalah, dimana orang tua tidak saling mengasihi, banyak timbul kekerasan dalam keluarga, sehingga akhirnya menimbulkan banyak perceraian. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa pendidikan iman mempunyai kedudukan yang penting. Banyak krisis keluarga karena mereka sudah meninggalkan Kristus dan tidak ada lagi cinta dalam keluarga.

Tuhan memberikan mandat kepada orang tua untuk mendidik anak, tetapi kadang-kadang orang tua sibuk hanya untuk memenuhi kebutuhan anak secara materi, dan mengabaikan kebutuhan mental dan rohani. Akibatnya anak sering berada di luar rumah untuk menghindari permasalahan keluarga. Seharusnya keluarga merupakan tempat masing-masing orang termasuk anak-anak dapat bertumbuh secara fisik, mental, dan spiritual. Oleh karena itu setiap keluarga perlu menyadari, betapa pentingnya menanamkan iman tentang Allah dan karya-Nya sedini mungkin kepada anak, baik melalui proses pendidikan maupun sosialisasi.

Anak-anak dapat bertumbuh imannya berkat pengaruh suasana kristiani yang dialami dan meresapi kehidupan keluarga. Ada doa dan kebaktian harian bersama setiap hari (bisa mencari waktu khusus malam hari atau pagi hari kurang lebih 10 menit). Merayakan secara sederhana keadaan tertentu, misalnya ada yang ulang tahun, lulus ujian, naik kelas, dan saling berbagi dalam suka maupun duka. Anak-anak juga akan bertumbuh kehidupan rohaninya bila orang tua dan masing-masing orang dalam kehidupan sehari-hari memberi tekanan kepada penghayatan iman. Misalnya dengan bersikap adil terhadap asisten rumah tangga, menyatakan pendiriannya terhadap korban penindasan, diskriminasi, penyalahgunaan kekuasaan, dan menunjukkan pengertian terhadap kelemahan manusia tanpa merendahkannya. Kita semuanya sebagai anggota keluarga baik ibu maupun bapak, anak-anak, nenek atau kakek, dan semua yang tinggal di rumah mempunyai tanggung jawab bersama membuat rumah “Home Sweet Home”.

Coba kalian baca dan pahami dibawah bimbingan oranag tua dari kedua teks Alkitab berikut! Kemudian jawablah beberapa pertanyaan di bawah untuk lebih memahami pelajaranmu. 

Kejadian 30:1-24
Teks ini mengisahkan tentang kehidupan keluarga Yakub, yang mengalami banyak sekali ketidakwajaran. Awal cerita, Yakub menyukai Rahel dan ingin menikahinya, tetapi pada waktu pesta pernikahan Laban mertuanya tidak memberikan Rahel untuk menjadi istrinya tetapi Lea kakaknya, Yakub marah akhirnya Laban berjanji akan memberikan Rahel apabila Yakub bekerja lagi padanya selama 7 tahun, dan Yakub menyetujuinya. Singkat cerita (dalam era Perjanjian Lama) Yakub memiliki 2 istri, dalam pernikahan itu mulai timbul masalah, sebab Lea memiliki anak sedangkan Rahel tidak, lalu Rahel dan Lea masing masing memberikan budaknya untuk mendapatkan anak-anak. Namun pada akhirnya Rahel mendapatkan anak dari rahimnya sendiri. 

Keluarga seperti ini jelas tidak menjadi teladan tapi inilah realita hidup manusia berdosa yang penuh kelemahan dan kekurangan. Pada zaman Perjanjian Lama (PL) memang wajar bila terjadi hal demikian, karena waktu itu tidak ada aturan yang jelas ditambah masih diberlakukannya budaya poligami. Jika istri tidak punya anak, ia bisa memberikan budaknya untuk menikah dengan suaminya (ingat: dalam Perjanjian Baru Tuhan Yesus mengubah poligami menjadi monogami).

Bila melihat latar belakang Yakub, dapat diketahui juga bahwa dia adalah seorang yang terkenal sebagai penipu. Ia menipu ayahnya dan Esau saudaranya untuk mendapatkan hak kesulungan.
Dari nats tersebut kita bisa belajar memahami bahwa adanya penipuan, usaha-usaha yang tidak sehat untuk memuaskan keinginan diri, dan mendapatkan hak-hak yang bukan bagiannya. Hal ini dapat menimbulkan suasana yang buruk dalam keluarga dan memengaruhi relasi-relasi yang dibangun dengan orang lain. Akibatnya suasana keluarga menjadi tidak menyenangkan atau tidak indah.

2 Timotius 1:5
Teks ini mengisahkan tentang kehidupan pemimpin muda Timotius yang telah dididik sesuai dasar-dasar Alkitabiah sejak masa kanak-kanak. Timotius yang masih muda bisa dapat menjadi pemimpin bahkan menjadi perintis pekabaran Injil serta pemikir Kristen, karena didikan yang diterimanya dari keluarganya. Paulus, sebagai rasul yang besar dan terkenal, bahkan menyebutnya sebagai satu-satunya orang “yang sehati dan sepikir” serta yang tidak mencari kepentingannya sendiri, melainkan kepentingan Kristus (Flp. 2:20). Nama Timotius berasal dari kata Yunani yakni Timotheo artinya menghargai Allah, atau takut akan Tuhan. 

Timotius adalah putra seorang perempuan Yahudi beragama Kristen bernama Eunike yang bersuami seorang Yunani (lihat Kis. 16:1). Timotius dididik secara kristiani oleh ibunya. Selain itu dia juga menerima didikan secara kristiani dari neneknya yang bernama Lois (lihat 2 Tim.1:5). Alkitab menjelaskan bahwa pengaruh pertama yang dialami Timotius adalah pengaruh asuhan orang tuanya, terutama ibu dan neneknya yang mengajarkan kepadanya tentang isi Alkitab. Nama Lois dan Eunike muncul sekali dalam Alkitab, meskipun demikian nama mereka tercatat dalam sejarah karena mereka meninggalkan kesan yang tidak terhapuskan dalam kehidupan Rasul Paulus. 

Perkenalan Rasul Paulus dengan Timotius dicatat di dalam Kisah Rasul 16:1-3. Dalam ayat tersebut, Timotius muda dipercaya Rasul Paulus untuk ikut dalam pelayanan misinya yang kedua (Kis. 15:36-18:22). Melalui pelayanan inilah, Timotius bertumbuh menjadi murid dan anak rohani Paulus akhirnya menjadi pemimpin muda yang memiliki kualitas kristiani yang bagus. Kehidupan keluarga Timotius menjadi satu contoh yang patut diteladani oleh setiap keluarga Kristen.
  1. Bagaimana kehidupan keluarga dalam kedua teks Alkitab tersebut?
  2. Pelajaran apa saja yang dapat kamu petik dari teks Alkitab yang dibaca?
  3. Hal-hal apa yang dianggap negatif dan positif dari teks tersebut, bagaimana jika dihubungkan dengan keluarga masa kini?