Bab XII. Keluarga
Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan
Bahan
Alkitab: Efe. 5:21-6:9; Kol. 3:18-22; 1 Tim. 2:8-11; Tit, 2:1-10; Ams. 31:10-31
Tidak
ada kata untuk “keluarga” dalam Perjanjian Lama (Bahasa Ibrani) yang dapat
disamakan secara tepat dengan kata modern, “keluarga inti”. Beberapa kelompok
sosial digambarkan sebagai “suku”, dan menggambarkan asal etnik. Kata umumnya
(beth ab = rumah ayah) dapat berarti keluarga inti yang tinggal di rumah yang
sama (Kej. 50:7-8); kelompok sanak yang lebih besar atau luas termasuk dua atau
lebih generasi (Kej. 7:1; 14:14); dan juga sanak dengan berarti lebih luas
(Kej. 24:38). Kata lain menunjuk ke kelompok sanak yang besar dan kadang-kadang
diterjemahkan sebagai “kaum” (Bil. 27:8-11).
Pada
kenyataannya, keluarga-keluarga yang digambarkan dalam Perjanjian Lama adalah
rumah tangga yang terdiri atas semua orang, baik ayah, ibu, anak-anak, kerabat
lain, pelayan-pelayan, dan orang lain yang tinggal di rumah (band. Kel. 20:10;
Ul. 5:14). Sebelum masa Daud, hidup keluarga difokuskan pada keperluan umum
yaitu pekerjaan, makanan, dan perlindungan. Rumah tangga adalah tempat dimana
pendidikan, sosialisasi, dan pendidikan agama terjadi.
Keluarga
di Perjanjian Baru tersusun seperti rumah tangga dalam Perjanjian Lama. Ada
tekanan pada asal etnik dan jabatan atau peran orang tua. Keluarga Greco-Roman
juga rumah tangga besar, yaitu rumah tangga termasuk semua orang yang tinggal
di rumah. Tidak ada kata di bahasa Yunani yang dapat disamakan secara tepat dengan
ide modern, “keluarga inti”. Rumah tangga besar ini adalah satuan dasar
masyarakat. Kata umum adalah “rumah” (oikos), atau frasa “kepunyaan sendiri”.
Dalam
Perjanjian Baru ada beberapa yang dinamakan “pedoman-pedoman kehidupan keluarga”
(Kol. 3:18-4:1; Ef. 5:21-6:9; 1 Ptr. 2:18-3:7; 1 Tim. 2:8-15; 6:1-2; Tit.
2:1-10). Pedoman ini mungkin dimaksudkan untuk membantu anggota rumah tangga
Kristen agar hidup sesuai dengan kebudayaannya. Di pihak lain kenyataan bahwa
pedoman itu tertuju kepada para suami, istri, orang tua, anak, dan pelayan,
menunjukkan bahwa ajaran Kristen khusus diterapkan ke kehidupan rumah tangga.
Kita seharusnya memperhatikan bahwa bagian-bagian ini tidak menunjukkan keluarga sebagai satuan,
tetapi menunjukkan hubungan-hubungan yang beragam di dalam keluarga itu sendiri
yang bertujuan untuk kebahagiaan bersama.
Peran Anak yang
Menjadi Berkat
Sebagaimana
kamu ketahui bahwa keluarga tidak hanya terdiri dari ayah dan ibu, tetapi juga
termasuk di dalamnya anak-anak baik anak laki-laki maupun perempuan. Hal itu
bukan hanya berkaitan dengan status melainkan lebih kepada peran mereka
masing-masing guna menjadi keluarga Kristen yang menjadi berkat bagi
lingkungan.
Dalam
keluarga khususnya keluarga Kristen, orang tua wajib mengajarkan kepada anak-anaknya
untuk tunduk dan taat pada orang tua. Jika anak-anak tunduk dan taat kepada
orang tua, Alkitab menegaskan bahwa ada janji umur panjang dan berkat-berkat
lain bagi mereka: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena
haruslah demikian. “Hormatilah ayahmu dan ibumu”- (ini adalah suatu perintah
yang penting, seperti yang nyata dari janji ini), selanjutnya diungkapkan
“supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi”. (Ef. 6:1-3).
Melalui
penjelasan di atas kita diajarkan bahwa sebagai bagian dari anggota keluarga
Kristen tanggung jawab sebagai anak juga memainkan peran yang penting demi
terciptanya keluarga Kristen yang menjadi berkat bagi lingkungan.
Dengan
demikian, jika keluarga Kristen tetap menjaga keharmonisan dalam rumah tangga
sesuai ajaran-ajaran firman Tuhan, maka keluarga Kristen akan menjadi berkat
bagi semua orang yang menyaksikannya.
Keluarga
Kristen yang Menjadi Berkat
Menurut
Alkitab, keluarga adalah tempat anak-anak diajarkan takut kepada Tuhan dan
belajar tentang karya-karya Tuhan (Ul. 6:4-10). Keluarga
Kristen adalah suami-istri yang kedua-duanya telah menerima Tuhan Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamatnya. Ini juga berarti bahwa keduanya menaati Dia, mereka
hidup dengan kuasa Tuhan Yesus dalam kehidupannya. Sebagai seorang Kristen,
gaya hidupnya harus menjadi mengikuti teladan Kristus. Sebagian orang berpandangan
bahwa jika seorang laki-laki dan seorang perempuan menikah di dalam gereja,
maka pernikahan mereka adalah pernikahan Kristen. Bagi mereka, menikah di dalam
gereja adalah suatu jaminan bahwa mereka sedang membangun keluarga Kristen.
Cara berpikir demikian tidak dapat dibenarkan. Keluarga dapat disebut keluarga
Kristen apabila suami-istri percaya kepada Kristus dan menampilkan gaya hidup
seperti Kristus. Jadi yang dimaksud keluarga Kristen adalah keluarga yang di-bentuk oleh Allah dan dalam hidupnya selalu bersandar pada Kristus, serta hidup
menurut kehendak-Nya.
Di
bawah ini merupakan hakikat keluarga Kristen:
- Persekutuan hidup antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam perjanjian, kasih setia membentuk suatu keluarga yang diberkati dan dikuduskan Allah, serta sebuah persekutuan yang menjadi lambang persekutuan hidup antara Allah dengan umat-Nya. Orang yang hidup dalam pernikahan dipanggil untuk memelihara kekudusan hidup pernikahan yang dikaruniakan Allah kepadanya (1 Tes. 4:3-8; Ibr. 13:4).
- Persekutuan hidup yang bersifat eksklusif, artinya hanya terdiri dari dua orang saja, yaitu seorang laki-laki tertentu dengan seorang perempuan tertentu. Dengan demikian pernikahan dalam keluarga Kristen berpola monogami (Kej. 2:22, 24-25; 1 Kor. 7:2; 1 Tim. 3:2, 12). Oleh karena itu menolak praktek poligami maupun poliandri.
- Persekutuan hidup yang bersifat total, artinya menyangkut seluruh segi kehidupan suami-istri baik yang jasmani maupun yang rohani, “…keduanya menjadi satu daging” (Kej. 2:24). Kesatuan ini adalah suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Aspek inilah yang membedakan secara hakiki hubungan antara suami-istri dengan orang lain.
Keluarga
Kristen mempunyai peran yang sangat penting, karena hubungan di rumah tangga
juga menggambarkan hubungan dalam keluarga jemaat. Dalam rumah tangga itulah
beberapa segi dari kehidupan Allah harus diperlihatkan. Membesarkan anak-anak
adalah tugas bagi rumah tangga. Mengajarkan anak-anak akan iman Kristen adalah
tugas orang tua sebelum anak-anak mendapatkan pengajaran dari gereja.
Kita
hidup di tengah masyarakat. Sebagai keluarga Kristen kita diberi mandat oleh
Tuhan agar menjadi berkat di tengah masyarakat. Menjadi berkat dimulai dari
masing-masing anggota keluarga, kemudian menjadi berkat bagi jemaat di gereja,
serta menjadi berkat di lingkungan RT, RW, dan masyarakat luas. Contoh
sederhana yang bisa dilakukan oleh keluarga Kristen dalam rangka menjadi berkat
seperti ikut gotong royong dalam membersihkan lingkungan tempat tinggal, dan
aktif dalam kegiatan masyarakat lainnya. Bagaimana Alkitab mengajarkan agar
keluarga Kristen bisa menjadi berkat di tengah masyarakat?
Berikut
beberapa hal yang diajarkan Firman Tuhan.
Hidup dengan Penuh Hikmat
Agar
menjadi berkat di tengah masyarakat, maka orang Kristen harus hidup dengan
bijaksana. Dalam Titus 2:1-6 ada keterangan tentang bagaimana hidup orang
Kristen yang berhikmat atau bijaksana di tengah masyarakat. Kaum laki-laki
dianjurkan untuk hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman,
kasih, dan ketekunan. Kaum perempuan dianjurkan untuk hidup sebagai orang-orang
beribadah, tidak memfitnah, tidak menjadi hamba anggur, cakap mengajarkan hal-hal
yang baik, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, serta baik
hati. Sedangkan kaum muda dianjurkan untuk menguasai diri dalam segala hal.
Laki-laki dan perempuan dalam keluarga mempunyai kedudukan yang sama dan
sederajat.
Pergunakan Waktu yang Ada
Apa
arti pergunakan waktu yang ada? Kata “waktu” dalam bahasa aslinya (Yunani)
adalah kairos. Dalam bahasa Inggris berarti “make the most of every
opportunity” (pergunakan sebaik-baiknya setiap kesempatan). Setiap kesempatan
datang hanya satu kali dalam hidup kita dan tidak akan datang untuk kedua
kalinya. Oleh karena itu, kesempatan yang datang dalam hidup kita (baik
berkaitan dengan belajar, bergaul, bermain, pekerjaan maupun pelayanan) harus
kita pakai dengan sebaik-baiknya. Sehingga setiap orang dapat melihat bahwa
kita adalah orang-orang Kristen yang selalu menghargai waktu yang Tuhan
berikan.
Mengucapkan Kata-Kata yang Membangun
Dalam
Efesus 4:29 dikatakan: Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu,
tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya
mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Kata-kata kita mempunyai
kekuatan yang luar biasa, yang bisa mempunyai efek besar dalam hidup orang
lain, baik bersifat negatif maupun positif. Dengan kata-kata kita, kita bisa
membangun, menguatkan dan memberi semangat kepada orang lain. Sebaliknya dengan
kata-kata pula, kita bisa menimbulkan kepahitan, kepedihan dan meruntuhkan
semangat hidup orang lain. Karena itu pakailah kata-kata kita untuk memberkati
orang lain.
Sebagai
pengikut Kristus, sudah seharusnya kita memberkati kehidupan orang lain. Lewat
perkataan dan perbuatan yang sederhana, kita dapat menyentuh hati dan membawa
mereka mengenal Tuhan. Lewat perkataan, kita dapat membuat kehidupan satu hari
seseorang menjadi tidak baik, namun lewat perkataan juga kita dapat membuat
kehidupan satu hari seseorang menjadi indah.
Marilah
kita hidup dengan bijaksana, mempergunakan setiap kesempatan dengan baik, dan
mengucapkan kata-kata yang membangun dan menebarkan berkat kepada orang-orang
di sekitar kita.
Peran Keluarga
dalam Masyarakat
- Amatilah keluargamu! Apakah keluargamu sudah menjadi berkat bagi lingkungan sekitar? Misalnya, membantu tetangga atau orang lain yang sedang terkena musibah. Tuliskan hasil pengamatanmu !
- Bagaimana kamu menggunakan setiap kesempatan?
- Sudahkah kamu mengucapkan kata-kata yang memberkati atau memberikan pujian pada orang-orang sekitar kamu hari ini? Jika ya, berikan apa contohnya!