Pages

Kategori

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Dilihat

12 Mei 2020

Allah Sang Penyelamat

Kegiatan Belajar 3: Allah Sang Penyelamat


AJARAN KESELAMATAN DALAM ALKITAB
Ajaran tentang keselamatan dikenal dengan Soteriologi yakni ajaran yang membahas penganugerahan keselamatan melalui Yesus Kristus serta penerapan keselamatan itu melalui Roh Kudus.  Keselamatan merupakan penerapan karya Kristus ke dalam kehidupan seseorang. Ajaran ini memiliki daya tarik yang sangat khusus karena berkaitan langsung dengan kehidupan tiap manusia. Selain itu keselamatan merupakan karya rohani Allah yang sangat besar demi kehidupan umat-Nya. Adapu tujuan dari keselamatan itu akan dibahas berdasarkan apa yang dikatakan berdasarkan Alkitab.

a.      Perjanjian Lama
  1. Kitab Taurat. Tujuan keselamatan yang dilukiskan dalam kitab Taurat adalah pertama, semua penampakan diri Allah kepada Musa dan umat Israel adalah untuk menetapkan dan mengembangkan iman Musa dan umat Israel kepada Allah. Kedua, Tuntutan Ilahi bersama dengan hukumannya jika tidak melaksanakan tuntutan tersebut adalah menyadarkan umat dari kesalahan dan ketakutan akibat dosa (Rm.3:20). Ketiga, penetapan sistim korban untuk penghapusan dosa adalah cara untuk menghilangkan kesalahan umat Israel.
  2. Kitab Para Nabi, Kitab Para Nabi berisikan banyak nubuatan tentang karya keselamatan Allah teristimewa melalui Yesus Kristus. Nubuatan-nubuatan itu diberikan untuk memberi tahu kepada umat Israel tentang:

  • akan “meremukkan kepala ular” (Kej.3;15);
  • menyingkirkan segala kefasikan dari Yakub (Rm. 11:26,27, bdg Yes. 59:20);
  • memikul dosa banyak orang (Yes. 53: 12);
  • mempersembahkan nyawa-Nya sebagai korban penghapusan dosa;
  • menyerahkan nyawa-Nya ke dalam maut, dan
  • terhitung di antar pemberontak-pemberontak (Yes 53:10,12).

 b.      Perjanjian Baru
Perjanjian Baru memperlihatkan dengan jelas, Allah sebagai Penyelamat melalui Yesus Kristus. Dalam Pengakuan Iman Rasuli dirumuskan bahwa Yesus adalah Anak Tunggal Allah dan Tuhan yang lahir, menderita dan disalibkan, mati tapi bangkit dan naik ke sorga. Selain itu, Alkitab memperlihatkan dengan jelas dua tahap kondisi yang dialami Kristus dalam misi penyelamatan manusia dan dunia dari dosa, yakni (1) pengosongan atau perendahan diri, yang mengacu pada inkarnasi, penderitaan, kematian dan penguburan. (2) pemuliaan, yang meliputi kebangkitan, kenaikkan, pengangkatan duduk di sebelah kanan Allah dan kedatanganNya kembali dalam kemuliaan. Kematian Yesus adalah benar-benar dan hal ini dicatat dalam Kitab-kitab Injil sebagai sebuah peristiwa yang sebelumnya telah diartikan oleh Kristus sebagai kematian untuk pengampunan dosa manusia, pengukuhan kovenan yang baru, dan kekalahan setan (Luk 22:15-20; Yoh 12:31). Hal ini menjadi pusat ajaran para rasul, sebagaimana juga telah ditegaskan dalam Perjanjian Lama.

Imamat 25: 47-49 dinyatakan tentang penebusan, yakni suatu harga yang dibayar demi menyelamatkan atau melepaskan suatu benda atau seseorang. Membeli kembali suatu benda atau manusia yang selama-lamanya akan diambil atau dijadikan budak, harga yang dibayar disebut tebusan. Dosa bagaikan pasaran budak, di mana manusia dijual kepada dosa (Rm 7:14). Semua yang berdosa harus mati (Yeh 18:4). Kristus melalui kematiaanNya telah menebus dosa manusia (Mat 20:28, Mar 10:45; 1 Pet 1:18-19; 1 Tim 2:6; Gal 3:13, Ibr 9:15, dll).   Tebusan Kristus menggenapi 4 misi, yakni (1) misi penebusan, dengan nyawaNya sebagai tebusan, manusia terlepas dari belenggu dosa serta kembali kepada Allah (Rm 3:24, 1 Kor 1:30, dll). (2) Misi penggantianNya, Kristus mati menggantikan manusia agar manusia berdosa yang telah tertebus itu dapat hidup bagiNya (1 Pet 3:18, Gal 2:20). (3) Misi pemulihan kembali, Ia telah memulihkan kembali murka Allah (Rm 2:25, Ibr 2:17), dan (4) menggenapi misi pendamaian, melalui kematiaanNya manusia didamaikan dengan Allah (Rm 5:11; Kol 1:20-22). Di sisi lain, kematian Kristus mengandung makna eskatologis, karena Ia berkata, “Aku berkata kepadaMu, sesungguhNya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru dalam kerajaan Allah.” (Mar 14:25). Ini berarti kematian Kristus menciptakan persekutuan baru yang hanya akan disadari sepenuhnya dalam kerajaan eskatologis Allah. Hal ini juga dapat dilihat dalam komentar Paulus, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” (1 Kor 11:26).

Kristus mati tapi bangkit. Kebangkitan Kristus dalam tubuh kemuliaan merupakan titik balik dalam tahapan proses perendahan diriNya. Di sinilah Kristus dimuliakan dan semua musuhNya mengalami kekalahan. Pada kebangkitan inilah bergantung nilai berlakunya pekerjaan Kristus di masa lalu, masa kini dan masa akan datang. Keempat Injil mencatat tentang kubur yang kosong dan kebangkitan Kristus di antara orang mati (Mat 28; Mar 16; Luk 24; Yoh 20). Ia menampakkan diri kepada pribadi maupun kepada kelompok orang/ para murid (Yoh 20:11-18; 1 Kor 15:5; Luk 24:13-35; Luk 24:36-43 Yoh 20:26-29; Yoh 21:1-14; 1 Kor 15:6, dll). Kebangkitan Kristus dari kuasa kematian memiliki arti yang penting baik bagi Yesus tapi juga bagi orang percaya dan semua manusia. Arti kebangkitan Kristus, 
  1. bagi Yesus sendiri, jika Kristus tidak bangkit, maka Ia seorang pendusta (Mat 20:19, Mat 28:6). 
  2. bagi karyaNya, Kristus bangkit untuk memberikan kepada umatNya, gerejaNya kekuatan untuk melakukan pelayananNya (Rm 6:1-10; Gal 2:20). 
  3. Bagi Injil, injil didasarkan atas dua kenyataan pokok yakni kematian dan kebangkitan Kristus (Rm 4:25). 
  4. bagi orang percaya, Jika Kristus tidak bangkit, maka kesaksian orang Kristen akan palsu, isi iman tidak berarti, dan prospek terhadap masa depan adalah sia-sia (1 Kor 15:13-19).


Keselamatan dalam Perjanjian Baru tidak berhenti pada kebangkitan Kristus tetapi juga dituliskan tentang Kenaikan Kristus ke sorga. Peristiwa kenaikkan Kristus ke sorga telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama sebanyak dua kali (Mzm 68:14, 110:1), kemudian dikutip lagi dalam Perjanjian Baru (Efs 4:8; Kis 2:34). Sebagaimana Kristus pernah membicarakan peristiwa tersebut yakni tentang pulang kepada BapaNya (Yoh 7:33, 14:1-2; Mar 16:19; Luk 9:51, 24:51). Namun yang lengkap tentang prosesi terjadinya peristiwa kenaikkan Kristus ke sorga disajikan oleh Lukas dalam kitabnya yang kedua (Kis 1:6-11). Kenaikkan Kristus ke sorga merupakan dokrin yang penting dalam teologi atau kristologi Kristen. Karena melalui peristiwa   kenaikkan Kristus, maka kekristenan dapat memahami momentum pemuliaan yang ke dua dari Kristus selain dari kebangkitanNya. KenaikkanNya juga menjadi informasi penting mengenai awal dari pekerjaanNya pada masa kini. Setelah Yesus naik ke sorga berada di rumah Bapa (Yoh 14:1-3), Dia tidak berhenti berkarya, tetapi secara terus menerus melaksanakan karya-karyaNya hingga saat ini. Pekerjaan-pekerjaan Kristus sudah dimulai sejak peristiwa kenaikkanNya sampai pada kedatanganNya untuk mengangkat gereja. Adapun tujuan dari Kenaikan Yesus ke sorga sebagai berikut:
  1. Ia naik ke sorga sebagai pelopor. Dalam Ibrani 6:20 Yesus telah masuk sebagai pelopor atau perintis bagi orang yang percaya padaNya.
  2. Ia pergi menyediakan tempat bagi umatNya (Yoh 14:2; Ibr 9:21-24)
  3. Ia menyatakan diriNya di hadapan Allah Bapa demi jemaatNya (Ibr 9:24)
  4. Ia duduk di sebelah kanan Bapa sebagai khalik langit dan bumi, menanti saat di mana segalanya takluk kepadaNya (Efs 4:10; Ibr 10:12-13; Kis 3:20-21).


KEILAHIAN YESUS
Alkitab membuktikan bahwa seluruh perkataan dan perbuatan Kristus adalah fakta tentang keAllahan atau keTuhananNya. KeTuhanan Kristus dinyatakan berulang kali dalam gelar “Anak Allah” yang diberikan kepadaNya oleh orang lain maupun oleh diriNya sendiri. Yesus tidak pernah disebut seorang Anak Allah seperti yang dilakukan terhadap para malaikat dan manusia (Ay 2:1; 1 Yoh 3:2). Dia adalah Anak Allah dalam arti yang unik, dan dari kekal memiliki hubungan dengan Allah. Dengan tidak henti-hentinya Kristus menegaskan hubungan itu.

Bukti-bukti KeAllahan atau KeTuhanan Kritus:
  1. Kristus diberi nama-nama Ilahi. Dia disebut sebagai Logos yang tidak lain adalah Allah sejati (Yoh 1:1, 14, 18). Ketuhanan Kristus yang asasi dinyatakan dengan tegas. Dia disebut Allah (Yoh 20:28; Rm 9:5). Selain itu Ia disebut Anak Allah (Mat 14:33; Mar 1:1, Yoh 1:18, Mat 2:15, dll).
  2. Kristus disembah sebagai Allah. (Yoh 20:28; Luk 24:52).
  3. Yesus sendiri sadar akan KeTuhananNya. a) sebagai seorang Anak Dia berbicara tentang Allah sebagai BapaNya (Luk 2:41-52). b) Kristus diakui sebagai Anak Allah saat Ia dibaptis dan dicobai (Mat 3; Yoh 3:17). c) Kristus sendiri menyatakan keAllahanNya (Mat 11:27; Yoh 17).


Selain itu, bukti-bukti KeAllah Kristus yang lain, adalah:
  1. Yesus mempunyai sifat-sifat asasi keAllahan. Esesnsi Allah memang dimiliki oleh Yesus, sehingga segala atribusi yang hanya menjadi milik Allah juga melekat pada diri Kristus. “Dia sudah ada sebelum Abraham jadi” Yoh 8:58), ‘Maha kuasa (Mat 28:18; Yoh 3:35, dll), “Maha tahu” (Yoh 5:42; Kis 1:24, dll), “Maha ada” (Mat 28:20; Kis 18:10), “Maha suci” (Ibr 4:15, 1 Pet 2:22).
  2. Yesus melakukan karya yang hanya dikerjakan oleh Allah.  “Penciptaan dan pemeliharaan alam semesta (Yoh 1:3, Kol 1:16-17), “menopang segala sesuatu dengan kuasaNya yang tak terbatas” (Kol 1:17; Ibr 1:3), “Melakukan mujizat” (Yoh 2:1-11, 4: 46-54, dll), “berkuasa untuk membangkitkan orang mati” (Yoh 5:21), “menghakimi manusia” (Mat 25:31-46; Yoh 5:22, dll).


KEMANUSIAAN YESUS
Jika berbicara tentang kemanusiaan Kristus, maka yang dimaksudkan adalah Kristus benar-benar menyatukan dan menyamakan diriNya dengan umat manusia. Hal ini berarti Dia adalah manusia sejati, benar-benar bersifat manusiawi, satu dengan manusia. Seorang manusia dalam arti kata yang sebenarnya. Bukti-bukti kemanusiaan Kristus sesuai Alkitab, adalah sebagai berikut;
  1. Yesus lahir seperti manusa lainnya. Yesus lahir dari seorang wanita (Gal.4:4 bdg Mat. 1:18-2:11; Luk. 1:30-38; 2:1-20). Karena itu Yesus disebut Anak Daud, Anak Abraham (Mat. 1:1). Peristiwa kelahiran Kristus merupakan janji kepada Hawa (Kej. 3:15), dan kepada Ahas (Yes. 7:14).
  2. Yesus tumbuh dan berkembang seperti manusia normal. Hal ini dikatakan dalam Allkitab dengan kalimat, “Ia bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya (Luk. 2:40). Perkembangan fisik dan mental Yesus bukan karena sisi Keilahian-Nya, tetapi dipenghuri oleh hukum-hukum perkembangan manusia yang normal. Perkembangan mental Yesus tidak semata-mata karena pendidikan yang dialami-Nya di sekolah-sekolah zaman Yesus (Yoh. 7:15), tetapi juga karena hasil pendidikan dalam keluarga yang saleh, dan Yesus selalu hadir dalam rumah ibadah (Luk. 4:16).
  3. Yesus memiliki unsur-unsur hakiki sifat manusia. Hal ini dibuktikan dengan bagian Alkitab yang menulis tentang Yesus memiliki tubuh jasmani (Mat. 26:12; Yoh 2:21, Ibr. 2:14, Ibr. 10:10, Luk. 24:39). Namun bukan saja Yesus memiliki tubuh jasmai, tetapi juga memiliki unsur-unsur sifat manusia, seperti kecerdasan dan sifat sukarela. Yesus mampu berpikir dengan logis. Namun harus dapat membedakan antara sifat manuasiwi dengan sifat yang berdosa. Yesus memiliki sifat manusiawi, tetapi tidak memiliki sifat yang berdosa.
  4. Berkali-kali Yesus disebut sebagai manusia. Yesus menganggap dirinya sendiri sebagaimanusia (Yoh. 8:40). Yohanes Pembaptis, Petrus dan Paulus juga menyebut Yesus sebagai manusia (Yoh. 1:30; Kis. 2:22; 1 Kor. 15:21).
  5. Yesus menjalani kehidupan seperti manusia biasa lainnya (Luk 2:52). Yesus mengalami keterbatasan sebagai manusia, seperti rasa lapar (Mat 4:2), haus (Yoh 19:28), lelah (Yoh 4:6), sedih dan tertekan (Yoh 11:35, Luk 13:34,35) dan ketidaktahuan (Mar 13:32).
  6. Yesus mengalami kematian. Yesus sama juga seperti manusia, sebagai manusia mengalami kematian, maka Yesus pun mengalami kematian (Ibr. 2:14,15).

Mempelajari pribadi Yesus sangatlah sulit, namun sekalipun sulit memahami konsep ini namun Alkitab mengajarkan agar terus merenungkan rahasia Allah ini, Yaitu Yesus Kristus (Kol. 2:2,3). Yesus sendiri berbicara tentang diri-Nya sebagai suatu pribadi yang utuh dan tunggal, dan tidak pernah menunjukkan keterbelahan kepribadian Keilahian dan kemanusiaan-Nya. Alkitab memberikan petunjuk tentang keterpaduan antara Keilahian dan Kemanusiaan Yesus sebagai berikut:
  1. Perpaduan itu tidak bersifat teantropik. Diri Yesus adalah teantropik yang berarti memiliki sifat ilahi dan sifat manusiawi, tetapi sifat-Nya tidak. Yang dimaksudkan di sini adalah seseorang dapat berbicara tentang Allah-manusia bila ingin mengacu pada diri Yesus, akan tetapi tidak dapat berbicara tentang sifat ilahi-manusiawi, melainkan harus berbicara tentang sifat ilahi dan sifat manusiawi di dalam Yesus. Hal ini berarti Yesus memiliki pengertian dan kehendak yang tidak terbatas, Ia memiliki kesadaran ilahi dan kesadaran manusiawi. Kecerdasan ilahi-Nya tidak terbatas; kesadaran manusiawi-Nya makin bertambah. Kehendak ilahi-Nya adalah mahakuasa; kehendak manusiawi-Nya hanya sebatas pada kemampuan manusia yang tidak jatuh pada dosa. Dalam kesadaran Ilahi-Nya Ia berkata “Aku dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30); dalam kesadaran manusiawi-Nya ia dapat berkata, “Aku haus” (Yoh. 19:28).
  2. Perpaduan itu bersifat pribadi. Perpaduan kedua sifat di dalam Yesus disebut hipostatis, artinya kedua sifat atau hakikat itu merupakan satu cara berada yang pribadi. Kerena Yesus tidak bersatu dengan diri manusia, tetapi dengan sifat manusia, maka kepribadian Yesus bertempat dalam sifat ilahi-Nya.
  3. Perpaduan itu meliputi berbagai sifat dan perbuatan manusiawi dan Ilahi. Hal yang dimaksudkan adalah baik sifat dan perbuatan manusiawi maupun yang Ilahi dapat dilakukan oleh Sang Allah-Manusia tanpa kecuali.
  4. Perpaduan tersebut menjamin kehadiran yang tetap keilahiaan dan kemanusiaan Yesus.Kemanusiaan Yesus hadir bersamaan dengan keilahian-Nya di setiap tempat. Ini menampakkan keindahan kenyataan bahwa Yesus ada di dalam umat-Nya, Ia hadir dalam keilahian-Nya, dan melalui perpaduan kemanusiaan-Nya dengan keilahian-Nya, maka Ia hadir dalam kemanusiaan-Nya.
Selain kita belajar tentang sifat Yesus, di bagian ini juga kita akan mempelajari tentang watak Yesus. Tujuan mempelajari sifat dan watak Yesus adalah agar Yesus Kristus menjadi teladan orang percaya. Berikut ini akan dibicarakan tentang watak Yesus sebagai berikut:
  1. Yesus Maha Kudus. Yesus adalah “anak yang…disebut kudus (Luk. 1:35), “yang kudus dan benar (Kis. 3:14), “Hamba-Mu yang kudus (Kis.4:27). Sifat-Nya kudus, oleh karena itu penguasa dunia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Nya (Yoh. 14:30), dan Yesus tidak pernah berbuat dosa (Ibr. 4:15). Selain itu, perilaku Yesus kudus karena Ia terpisah dari orang-orang berdosa (Ibr. 7:26). Untuk itu sebagai pengikut- Nya orang yang percaya pada-Nya juga harus menjadi kudus karena Dia kudus adanya (1 Pet. 1:16). Yesus Kristus merupakan teladan kesempurnaan yang tidak berdosa, dan telah menunjukkan bagaimana hidup kudus.
  2. Kasih Yesus Tulus. Rasul Paulus mengatakan bahwa “Kasih Yesus…melampaui segala pengetahuan” (Efs. 3:19). Dan kasih itu pertama, tama ditujukan kepada Bapa-Nya di sorga (Yoh. 14:31), juga ditujukan kepada Alkitab khususnya Perjanjian Lama dengan menerima Perjanjian Lama sebagai catatan yang benar dan jujur tentang berbagai peristiwa dan dokrin yang dibahas di dalamnya (Mat. 5:17,18), Yesus membahas beberapa nubuat yang ada dalam Perjanjian Lama sebagai nubuat yang menunjuk kepada diri-Nya (Luk. 4:16-21), dan menyatakan bahwa Alkitab tidak dapat dibatalkan (Yoh. 10:35).  Kasih-Nya juga ditujukan kepada manusia pada umum-Nya (Mark. 10:21; Mat. 11:19; Yoh. 10:11), dan secara khusus kasih-Nya kepada umat-Nya sendiri (Why 1:5; Yoh. 13:1; Efs. 5:2,25; Rm. 8:37-39).
  3. Yesus sungguh-sungguh rendah hati. Kerendahan hati diperlihatkan Yesus dengan cara merendahkan diri, sekalipun Ia setara dengan Allah (Filipi 2:5-8). Ia rela miskin bagi manusia (2 Kor. 8:9). Lahir di kandang yang hina (Luk. 2:7). Dan masih banyak cara yang Yesus tunjukkan yang menunjukkan Ia sungguh-sungguh rendah hati. Murid-muridNya pun berasal dari golongan rendah namun kepada merekalah Ia menyatakan rahasia-rahasia kerajaan Allah (Mat. 13:11,16,17). Ia melakukan pekerjaan yang paling kasar yakni melayai dan bukan dilayani (Mat. 20:28), dan mencuci kaki para murid (Yoh. 13:14).
  4. Yesus lemah lembut. Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia lemah-lembut (Mat. 11:29). Watak lemah lembut Yesus juga diajarkan oleh rasul Paulus (2Kor. 10:1). Contoh watak lemah-lembut di dalam Alkitab misalnya saat Yesus menghadapi orang berdosa yang bertobat (Luk. 7:37-39), menyesuaikan diri dengan Thomas yang ragu-ragu akan kebangkitan-Nya (Yoh. 20:29), saat menyadarkan Petrus untuk penyangkalan terhada- Nya tiga kali (Luk. 22:61; Yoh. 21: 15-23), dan yang paling jelas adalah saat Yesus menghadapi Yudas yang mengkhianati-Nya (Mat. 26:50; Yoh. 13:21).
  5. Yesus tenang dalam segala keadaan. Yesus tenang dalam menghadapi kehidupan Yesus, hal ini dinyatakan dalam kitab Yesaya 53:3,4. Walaupun hidup-Nya penuh sengsara, Yesus tetap menghadapinya dengan sukacita (Yoh. 15:11). Yesus merasa sedih karena orang-orang yang menolak keselamatan yang diberikan-Nya dengan Cuma-Cuma (Mat. 23:37). Sukacita yang dimiliki-Nya lebih banyak merupakan sukacita karena pengharapan (Ibr. 12:2 bdg Yes 53:11), yaitu sukacita melihat banyak jiwa diselamatkan dan tinggal bersama-sama dengan Dia dalam kemuliaan.
  6. Yesus selalu berdoa. Lukas menyebutkan sebelas peristiwa ketika Yesus berdoa. Ia sering kali berdoa di hadapan murid-muridNya (Mat. 14:23; Luk. 6:12). Ia berdoa sebelum melakukan pekerjaanNya (Mrk.  1:35-38; Luk. 6:12,13; Mat. 26:36-48). Yesus tidak pernah lupa berdoa untuk orang-orang yang dikasihi-Nya (Luk. 22:32; Yoh. 17). Ia berdoa dengan sungguh-sungguh (Luk. 22:44; Ibr. 5:7), dengan sangat tekun (Mat. 26 :44), dengan iman (Yoh. 11:41), serta dengan sikap patuh (Mat. 26:39). Sedangkan penulis surat Ibrani mengungkapakan Yesus dalam menjalani hidup-Nya sebagai manusia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Bapa-Nya (Ibr. 5:7)
  7. Yesus bekerja tak henti-hentinya. Yesus memulai pekerjaan-Nya pagi-pagi sekali (Mar 1:35; Yoh. 8:2), dan bekerja terus sampai jauh malam (Mat. 8:16; Luk 6:12; Yoh. 3:2). Pekerjaan Yesus adalah mengajar (Mat.5-7), berkhotbah (Mark. 1:38,39), mengusir setan (Mark. 5:12,13), menyembuhkan orang sakit (Mat. 8,9), dan lain-lain. Sifat Yesus yang dinampakkan saat melakukan pekerjaan-Nya adalah keberaniaan (Yoh. 2:14-17; 3:3, 19:10,11), ketelitian-Nya (Mat. 14:36; Yoh. 7:23), tidak pilih kasih (Mat. 11:19), serta kebijaksanaan-Nya (Mark 12:34; Yoh. 4:7-30).