Pages

Kategori

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Dilihat

29 Mei 2020

Bertumbuh Sebagai Keluarga Allah


Kegiatan belajar 2 Bertumbuh Sebagai Keluarga Allah

Bertumbuh Sebagai Keluarga Allah
Bertumbuh sebagai keluarga Allah berarti bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus. Bertumbuh dalam hubungan dengan Kristus mempunyai makna lebih mengenali Dia, lebih mengasihi dan menaatiNya, serta menjadikan-Nya sebagai pemimpin dan Kepala keluarga. Apabila kasih terhadap Tuhan bertumbuh, kita akan mentaati perintah-perintah-Nya. Bertumbuh di dalam Kristus secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan paradigma hidup ke arah Kristus. Keluarga yang berkenan kepadaNya adalah keluarga yang berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Dia. Seperti pengajaran Tuhan Yesus yang menggambarkan bahwa Tuhan memiliki tujuan yang jelas bagi setiap manusia ciptaanNya, termasuk keluarga, yaitu agar umat manusia bertumbuh, dan menghasilkan buah (Yohanes 15:18). Untuk bertumbuh dan menghasilkan buah yang berkualitas, diperlukan akar yang kokoh yang mampu memberikan asupan yang baik bagi pertumbuhan.

Berakar.
Berakar menunjuk pada pohon dan tanaman lain yang akarnya tertancap jauh di dalam tanah. Akar merupakan bagian dari tumbuhan yang memungkinkan dia untuk bertahan hidup, karena melalui akarlah tanaman menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari dalam tanah yang dibutuhkan untuk bertumbuh. Akar juga berfungsi untuk memperkuat atau memperkokoh berdirinya satu tanaman. Semakin berakar satu pohon, semakin kuat pohon tersebut, sehingga walaupun angin badai menerpa pohon tidak akan tumbang. Meskipun musim kemarau panjang pohon tidak akan layu dan mati karena akarnya yang tertancap jauh ke dalam tanah tetap dapat menyerap air dan nutrisi yang dibutuhkan oleh pohon dalam pertumbuhannya. Sama halnya dengan keluarga yang berakar dalam Kristus, bertumbuh di dalam membaca dan merenungkan Firman Tuhan, terlibat dalam persekutuan ibadah, bersaksi dan melayani sesama maka dia akan mengalami pertumbuhan dan kedewasaan rohani. Setiap orang percaya yang terus bertumbuh dalam kehidupan rohani, dia tetap kokoh dalam menghadapi setiap persoalan hidup. Persoalan hidup yang dialami keluarga merupakan proses pembentukan iman dari Tuhan dalam hidup manusia agar manusia menjadi semakin kokoh. Dengan akar yang kuat di dalam Kristus dan dengan menjadikan Kristus pusat dari sumber kehidupan dan ketergantungan maka dia akan semakin teguh. Keluarga yang berakar dalam Kritus berarti: 
  1. Ia terus bertumbuh dalam pengetahuan akan firman Tuhan dengan menyelidikinya secara saksama dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan. Sebagai keluarga Allah, dituntut untuk secara rutin membaca dan menyelidiki Alkitab supaya pertumbuhan imannya dibangun berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. 
  2. Ia melaksanakan waktu ibadah secara teratur dan berkonsisten dalam kehidupan doa setiap waktu. Keluarga Allah hidup tampa doa kehidupannya akan menjadi kering dan gersang. Doa sebagai keluarga Allah menjadi kesuksesannya dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya serta melayani sesama dengan baik karena ia memintah hikmat dan kuasa bimbingan Tuhan. 
  3. Ia menunjukkan kasih Kristus dalam pelayanan terhadap seluruh anggota keluarganya. Sebagai keluarga Allah harus memiliki karakter yang baik sehingga dapat menunjukkan kesaksiannya bagi orang lain dalam tutur kata dan perbuatannya. Cara hidup yang benar merupakan transformasi berita injil yang perlu dinyatakan secara baik oleh semua anggota keluarga atau sesama (2Kor. 3:2-4) Yesus menghendaki setiap keluarga Allah untuk hidup sejalan dengan makna Injil sehingga dapat mengarami dan menerangi setiap anggota keluarga dan sesama untuk percaya kepada Kristus. Hal ini sangat penting dalam proses orang dewasa membentuk kehidupan rohani generasi selanjutnya.


Bertumbuh.
Bertumbuh berkaitan dengan masalah perubahan. Tanaman dikatakan bertumbuh apabila ia menampakkan perubahan semakin berkembang, yakni bertambah tinggi dan bertambah besar. Beberapa aspek pertumbuhan dalam keluarga adalah sebagai berikut:
  1. Keluarga sebagai tempat bernaung kudus, artinya keluarga memberi perlindungan terhadap nilai-nilai yang merusak budaya keluarga, misalnya kekerasan, perselisihan, pertengkaran, dan sebagainya.
  2. Keluarga yang menyambut kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menghadirkan simbol atau objek yang dapat mengingatkan kehadiran Allah (salib, gambar Kristen, lagu rohani, dan lain-lain).
  3. Keluarga yang mencari tuntunan Allah yang dilakukan dalam pertemuan keluarga secara rutin setiap hari.
  4. Keluarga yang menopang kehidupan religius/rohani masing-masing anggota keluarga, misalnya melalui sharing bersama, bincang-bincang, nasihat, kemauan untuk saling mendengarkan, dan sebagainya.

Sebagaimana akar yang sehat akan menghasilkan pertumbuhan, demikian juga kehidupan orang percaya seharusnya bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Bertumbuh dalam pengenalan dan pemahaman akan firman Allah, dan bertumbuh dalam pelayanan menyaksikan kasih dan kebaikan Allah. Kunci untuk bertumbuh adalah mempelajari firman Tuhan dan melakukan dalam hidup sehari-hari sehingga hidupnya akan ditandai dengan integritas. Artinya, apa yang ada di bibirnya akan sama dengan apa yang ada di dalam hati dan perbuatannya. Hambatan yang menyebabkan orang tidak bertumbuh adalah banyak orang Kristen datang beribadah dan sangat senang mendengar khotbah hanya sekadar untuk kepuasan dan kenikmatan intelektual saja, tanpa memiliki sukacita dan kerinduan yang besar untuk mempraktikkannya dalam kehidupan. Tentu saja lebih mudah untuk belajar memahami konsep-konsep kebenaran firman Tuhan daripada mempraktekkan kebenaran itu. Hambatan lain adalah responnya terhadap firman Tuhan, seperti dalam Lukas 8:4-15.

Berbuah.
Pertumbuhan tanpa buah adalah tiada guna. Demikianlah Allah menghendaki agar manusia menghasilkan buah. Buah yang dikehendaki Allah dihasilkan oleh manusia adalah melakukan kehendakNya sehingga manusia menjadi kesaksian bagi sesama di dunia ini yang mencerminkan kasih Allah. Buah yang dihasilkan dalam keluarga dapat berupa:
  1. Pencerminan kasih Allah dalam kehidupan sebagai perwujudan nyata realisasi keluarga Allah. Dari titik tolak iman, keluarga perlu menata pengasuhan fisik, emosi/mental, sosial dan rohani/spiritualitas untuk menyatu dengan Allah. Keluarga mempunyai berbagai kesempatan alamiah yang sangat melimpah untuk mencerminkan kasih Allah sebagai displin rohani.
  2. Penerimaan dan komitmen yang merupakan suatu kemauan untuk saling menerima tanpa syarat setiap anggota keluarga/pribadi dalam kasih agape. Hal ini sebagai komitmen bersama yang sejati.
  3. Pengukuhan dan dorongan antara anggota keluarga untuk menemukan kelebihan dan bakat masing-masing agar dikembangkan sebagai karunia Tuhan. Keluarga perlu menerima dan menghargai keunikan masing-masing.


Mengenal Allah.
Pengenalan dan pengetahuan akan Allah itu terjadi sejauh Allah menyatakan diriNya kepada manusia. Allah itu Kudus, tidak bisa dilihat dalam pandangan mata jasmani manusia, karena itu Allah berinkarnasi melalui Kristus untuk memperkenalkan dan berjumpa dengan manusia. Allah yang adalah firman telah hadir dalam sejarah melalui wujud kemanusian, sehingga manusia bisa berkomunikasi dan mengenal Dia sebagai Allah yang dekat, merasakan serta mengalami apa yang manusia alami. Mustahil manusia mengenal Allah dari daya pikirnya yang terbatas, sebab Allah itu tidak terbatas adanya. Dalam ketidak terbatasnya Allah Dia datang menjumpai manusia dalam wujud manusia Kristus sehingga orang percaya mengenal Dia dengan jelas. Mengenal Allah berarti mengerti, mengalami, pengalaman beriman dengan Dia. Allah sangat berbahagia jika manusia mengenal dan menaruh kepercayaan total padaNya. Mengenal Allah berarti percaya bahwa Allah selalu ada di setiap keadaan manusia, dan Allah memberi upah bagi setiap orang yang percaya dan mengenal Dia. Demikian juga halnya dengan Yesus, manusia mengenal Yesus sebab Ia adalah Anak Allah, yang menempu jalan salip untuk melakukan rekonsiliasi dan berdamai dengan manusia (Yoh 14:6). Yesus datang supaya manusia dapat mengenal Dia secara pribadi. Melalui Yesus keluarga dapat mengetahui dan mengalami kasih dan rencanaNya bagi manusia.

Mengasihi Allah
Sesuai dengan bunyi hukum kasih yang pertama (1) ialahKasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” Kata hati merujuk pada pengertian organ yang penting, juga pusat kehidupan manusia, serta merupakan pengatur emosi dan sumber kehidupan spiritual. Pengatur emosi dan perasaan (kegembiraan, dan kesedihan, kebencian dan kemarahan, dll). Sedangkan kata jiwa, adalah kombinasi dari tubuh. Saat jiwa meninggalkan tubuh maka tubuh kehilangan kehidupan. Jiwa juga merupakan bagian dari perasaan, memberikan tempat buat kasih. Kata mengasihi Tuhan dengan segenap akal budimu, dalam terjemahannya daya pikirmu. Kata daya pikir merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu atau yang berkaitan dengan kekuatan fisik. Karena itu, hati, jiwa, kekuatan dan akal budi adalah sebuah ekspresi tentang manusia secara utuh. Keutuhan itu dipertegas dengan kata segenap hati yakni semua dan tidak ada yang tersisa. Dengan demikian, perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi adalah sebuah bentuk atau tindakan mengasihi dengan sungguh-sungguh yang lahir dari kesadaran dalam batin manusia, bukan dilakukan sebagai sebuah formalitas atau asal saja ataupun paksaan. Menurut Thomas Aquinas, ada 3 hal yang harus dilakukan terkait dengan mengasihi Allah, yakni:
  1. Tidak boleh mempunyai Allah lain dengan tidak membuat patung untuk disembah atau menggunakan kuasa yang lain di luar kuasa Allah
  2. Harus memberikan kepada Allah penghormatan dengan tidak menyebut namaNya dengan sembarangan dan sia-sia
  3. Harus beriman kepada Tuhan dengan memberikan seluruh hidup untuk dipakai sebagai alat dalam pekerjaan-Nya, yakni memberikan waktu untuk beribadah kepadaNya

Alkitab menjelaskan tentang kasih? Khususnya berkenaan dengan kasih kepada Allah. Kata kasih dalam PL, adalah ungkapan paling dalam dari kepribadian, sekaligus hubungan pribadi yang paling akrab dan dekat. Kasih Allah kepada sesama manusia digambarkan sebagai hubungan Bapa dan Anak (Mzm 18:1), atau sebagai hubungan suami istri (Hosea 1-3) demikian juga hubungan kasih persahabatan misalnya antara Daud dan Yonathan (1 Sam 18) serta hubungan kasih orang tua dan anak (Abraham dan ishak, kej 22: 2; Ishak dan Essau kej 25:28). Pemahaman kasih bukan berawal dari konsep, melainkan tindakan Allah yang karena keprihatinanNya membebaskan umatNya dari penderitaan.

Di dalam PB tindakan kasih Allah dinyatakan melalui tindakan penyelamatan. Karena kasihNya Allah bertindak menyelamatkan manusia tanpa dipengaruhi dengan tindakan manusia yang tidak setia kepada Allah. Allah bertujuan menjadikan manusia lebih baik. pemahaman terhadap kasih Allah yang tidak bersyarat ini merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi umat dalam memandang hukum dan perintah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Kasih Allah mampu mengubah dunia. Namun persoalannya bagaimana kita menempatkan kasih Allah yang ada pada kita sehingga melalui kehidupan kita dimungkinkan terjadi perubahan yang baik? Wujud mengasihi Allah dapat dilihat seperti:

Mengasihi Allah dengan seluruh totalitas hidup manusia
Di dalam Matius 22:37, Tuhan Yesus mengajar bahwa kita harus saling mengasihi dengan hati, jiwa dan akal budi. Mengasihi Allah dimulai dari hati kita. Hati berbicara mengenai inti hidup. Segala sesuatu keluar dari hati (Mat 15: 18-19).

Kasih terhadap sesama manusia. 
Allah menuntut setiap orang untuk penuli dengan sesama, dan mewujudkan kasih kepada Allah lewat sesama manusia yang ada disekitar dirinya, termasuk dalam persekutuan anggota keluarga. Mengasihi sesama adalah tuntutan hukun taurat yang ditetapkan oleh Tuhan untuk setiap orang percaya melakukannya (Imamat 19:18). Dalam bahasa Yunani, kasih dibedakan sesuai dengan penggunaannya, itu sebabnya kasih terbagi atas empat jenis yaitu:
  1. Agape yakni, kasih yang sempurna
  2. Phileo yakni; kasih terhadap sahabat.
  3. Storge yakni, kasih terhadap orang tua/keluarga
  4. Eros yakni, kasih yang mengandung unsur seks

Agape merupakan cinta/kasih tak bersyarat dari Allah kepada manusia dan manusia kepada sesama. Dalam konteks kekristenan agape merupakan Kasih Allah terhadap manusia. Kasih Allah yang total terhadap manusia tanpa syarat. Philia adalah kasih antara Sahabat atau Saudara. Dalam konteks ini digambarkan seperti Kristus dengan para sahabat-sahabatnya yang menjadi Rasul-Rasul pengikutnya. Eros adalah kasih antara lawan jenis. Kasih ini sering menimbulkan salah persepsi. Eros adalah kasih yang menginginkan. Eros adalah kasih yang sebenarnya tidak diinginkan dan tidak direncanakan tetapi kasih ini tertanam dalam diri manusia. Dalam bahasa yunani murni Eros berarti praktik prostitusi yang dilakukan di dalam kuil-kuil. Namun secara kontekstual Iman Kristiani mengajarkan bahwa eros merupakan titik pertemuan kasih dan Tuhan. Eros bisa diartikan sebagai Cinta terhadap Suami–Istri. Eros disini juga bisa diartikan Tubuh dan Jiwa. Storge merupakan cinta kasih kodrati antara orang tua dan anak. Kasih ini merupakan buah dari kasih Eros.

Dari keempat kasih yang disebutkan di atas, kasih agape merupakan sifat inti Allah, kasih yang murni dari Allah, kasih yang sempurna, kasih tanpa syarat, tanpa pamrih, rela berkorban dan konsisten. Allah mengasihi manusia, maka Ia menginginkan manusia hidup saling mengasihi sesama yang ada disekitarnya. Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk dapat mengasihi sesamanya. Oleh sebab itu, dalam melakukan kasih atau mengasihi sesama harus dengan tulus dan tanpa mengharapkan imbalan, jangan memilih-milih kepada siapa kita mengasihi bahkan sampai kepada musuh atau orang yang membenci kita. Praktik hidup mengasihi sesama adalah baik diajarkan atau dibiasakan sejak kecil dalam keluarga dan berkelanjutan sampai pada lingkungan dan tempat dimana kita berada, serta didasari pada tekad untuk melakukannya. Contohnya: menyapa dan memberi salam kepada sesama, mendoakan teman yang sakit, tidak menyimpan kesalahan teman atau orang lain, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Sesuai dengan bunyi hukum kedua (2) ialah” Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri

Untuk membuktikan kasih kita kepada Allah, maka kita harus mengasihi sesama seperti yang dijabarkan dalam perintah hukum Taurat yang ke 4-10 yakni:
  1. Kita harus mengasihi orang tua
  2. Tidak boleh melukai sesama kita dengan perbuatan–baik dengan melukai sesama yakni membunuh, berzinah, dan mencuri
  3. Tidak boleh melukai sesama kita dengan perkataan dan pikiran melukai dengan perkataan yakni saksi dusta, mengingini istri sesama dan milik sesama.

Kedua hukum atau perintah di atas adalah merupakan petunjuk atau pedoman yang harus dilakukan dan ditaati oleh manusia sebagai ciptaan Allah. Dalam Yohanes 13:34-35 Allah memberi perintah kepada manusia untuk saling mengasihi sama seperti Allah telah mengasihi manusia.

Mengasihi Allah dengan jalan mengikuti FirmanNya. 
Hal penting dari bagian ini adalah mensinkronkan hati dan pikiran kita dengan hati dan pikiran Allah. Firman Allah membawa hati dan pikiran kita condong pada hati dan pikiran Allah.Mengasihi Allah dengan jalan mengikuti FirmanNya. Hal penting dari bagian ini adalah mensinkronkan hati dan pikiran kita dengan hati dan pikiran Allah. Firman Allah membawa hati dan pikiran kita condong pada hati dan pikiran Allah.

Menaati Allah
Ketaatan adalah satu tema yang sangat penting, karena Allah menuntut ketaatan dari orang–orang termasuk keluarga Allah yang mengaku percaya pada Allah. Pertanyaannya, mengapa kita membutuhkan ketaatan kepada Allah?

Ketaatan memberi arah kehidupan.
Kita hidup dalam dunia yang sudah rusak oleh dosa dan kejahatan. Kita sebenarnya bingung mengambil keputusan karena konflik dan keinginan diri. Namun dengan mengambil keputusan taat kepada Allah dan FirmanNya, kita secara sadar membatasi diri untuk mengambil keputusan yang benar dalam mejalani kehidupan. Dalam perkembangan dunia saat ini, orang lebih banyak taat pada pimpinannya di dunia. Daripada Tuhan yang adalah sumber kehidupan dan keselamatan. Alasannya, karena kepemimpinan duniawi akan memberi kepuasan jasmani, kepuasan yang langsung bisa dirasakan. Yesus mengingatkan dalam FirmanNya kepada orang Yahudi, dan para pengikut yang percaya padaNya, Jika kamu tetap pada FirmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu. Pernyataan ini secara langsung mengingatkan manusia termasuk keluarga untuk selalu taat dan setia pada Allah dan FirmanNya.

Ketaatan melindungi keluarga dari marabahaya
Allah memberi manusia peraturan dengan dua prinsip yaitu, 
  1. peraturan ada untuk melindungi. Siapa berpegang pada perintah, memelihara nyawanya, tetapi siap menghina Firman, akan mati (Ams 19:16), dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. (1 Yoh 2:17) 
  2. peraturan ada untuk memberkati. Jika kamu menuruti dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil yang baik dari negeri itu. Dengarkanlah suaraKu maka Aku akan menjadi AllahMu dan kamu akan menjadi umatKu, dan ikutlah seluruh jalan yang kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia.


Ketaatan tanda keluarga mengasihi Allah.
Ketaan sebagai tanda mengasihi dan mengenal Allah terwujud dalam ketaatan Yesus pada BapaNya, karena Ia mengenal dan mengasihi Allah. Jikalau kamu menuruti perintahKu maka kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya.

Ketaatan akan membuahkan hasil yang sangat baik.
Ketaatan mengkayakan kita segala sesuatu, sebab apa yang kita minta padaNya kita memperolehnya, karena kita menaati seluruh perintahNya, dan melakukan apa yang berkenan kepadaNya (Mat.18:19). Persoalannya bagaiman supaya keluarga terus menunjukan ketatannya pada Allah? Kita belajar taat kepada Allah melalui pemahaman kita akan kehendak-Nya. masalahnya keluarga terkadang tidak selalu yakin mengetahui apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidup kita. Kehendak Allah dapat dinyatakan lewat sumber-sumber yang penting hidup taat kepada Allah:
  1. Perintah Alkitab yang telah dipahami dengan cara yang benar.
  2. Roh Kudus yang memberi keluarga pemahaman dan pengertian serta bimbingan.
  3. Orang yang memiliki otoritas, pemimpin, Ayah rohani
  4. Teman-teman sebagai komunitas orang kudus.
  5. Kondisi/situasi yang memberi kesempatan kepada kita untuk memberi tanggapan yang sesuai dengan kehendak Allah.

Ketaatan keluarga Kristen pada Allah adalah bukti dari iman. Alkitab mengatakan, orang yang hidup dalam ketataan adalah wujut dari imannya. Contoh yang tidak bisa dilupakan tetapi sebagai sebuah kesaksian adalah Ketaatan Yesus tidak berhenti pada masa Ia ditolak, pada saat pelayananNya, ketataan Yesus tidak pernah berubah saat para muridNya berubah karena ketidaksetiaan mereka pada Allah, ketaatanNya dibuktikan sampai pengorbanNya di kayu salib. Ketaatan itulah menjadi bukti bagi keluarga Kristen untuk mewujutkan setianya pada Allah yang memelihara, mengasihi, melindungi keluarga dari kehidupannya.

Menjadi saksi Allah bagi dunia
Bagi sebagian keluarga kristen, bersaksi kerapkali dianggap sebagai tugas lembaga atau pelayan gereja, Namun sesungguhnya pelayanan kesaksian dapat dilakukan oleh setiap orang termasuk keluarga Kristen. Dalam perjanjian lama, Misi kesaksian selalu berhubungan dengan amanat yaitu:
  1. Memberitakan Allah sebagai Pencipta, dan Penguasa yang Maha Kuasa atas semesta alam, dan Tuhan yang berdaulat atas sejarah. Tuhan yang membuat semua peristiwa dalam sejarah bekerja bagi maksud-maksud keselamatan dan penghakiman. (band Yes 44:4; 45:1; Ams 5:27), mereka menekankan bahwa Allah adalah Kudus dan Benar. Sifat Allah adalah Kudus adanya.
  2. Memberitakan dosa dan pertobatan. Ketidaktaatan, ketidaksetiaan, penyembahan berhala dan kebejatan manusia yang terus menerus melanggar ketetapan Allah mengharuskan orang yang percaya dan mengenal Allah memberitakannya berulang-ulang untuk mengingatkan mereka dan menyerukan pertobatan.
  3. Memberitakan tentang nubuatan dan pengharapan akan Mesias. Meskipun umat manusia memberontak terhadap Allah, tetapi missi pemberitaan tentang pengharapan akan datangnya Mesias selalu dikumandangkan. Allah setia pada janjiNya. KasihNya ditunjukan bagi manusia walaupun manusia selalu melanggar ketetapanNya.
  4. Menjadi saksi Kristus dalam artian yang paling mendasar adalah memiliki sebuah kesaksian yang pasti dan pribadi bahwa Dia Allah sendiri, juruslamat dan penebus dosa dunia. Kesaksian keluarga adalah memberitakan bagi semua orang bahwa Yesus Kristus bangkit, Yesus adalah Kristus, Allah yang kekal yang menyatakan diriNya kepada semua bangsa. Keluarga adalah para saksi Allah di dalam Yesus ketika kita memiliki kehidupan dan wajib memperlihatkan ajaran-ajaranNya bagi orang lain. Ketika kita menolong orang lain untuk datang dan percaya kepada Yesus, itulah wujud menjadi saksi Allah di dalam Yesus


Aspek-aspek pertumbuhan keluarga Allah.
Aspek yang diperlukan dalam menumbuhkan keluarga Kristen menjadi keluarga Allamenurut Paul Meier adalah:
  1. Kasih diantara suamiistri, orang tua dan anak harus terus meningkat. Menurut Meier, kasih itu mencakup perhatian, perlindungan, pemeliharaan, pertanggungjawaban, dan kesetiaan. Kasih yang selanjutnya berlangsung dalam relasi suami-istri tidak lagi sebatas keterikatan fisik, namun kasih itu terungkap dalam tindakan praksis, saling berkomunikasi dan berelasi, memikul tanggungjawab yang sama.
  2. Harus ada disiplin yaitu tegaknya keseimbangan hukuman dan pujian yang dinyatakan orang tua bagi anak. Disiplin ini sendiri merupakan kebutuhan dasar pembentukan anak. Bagi Meier, disiplin tidak selalu berarti identik dengan hukuman, tetapi, pemberitahuan, penjelasan dan pelatihan dalam hal-hal kebajikan. Dalam disiplin, anak dimampukan mengenali dan memilih serta mewujutkan pilihannya dalam kebaikan. Disiplin keluaraga bagi anggotanya juga berkaitan erat dengan pembentukan iman melalui pengajaran, percakapan, komunikasi formal dan non-formal. Meier menyimak bahwa Alkitab menegaskan agar keluargalah yang paling utama mengajarkan iman dan pertumbuhan moral anak-anaknya, secara berulang-ulang dengan kreatif supaya mereka bertumbuh dalam pengenalan kepada Tuhan.
  3. Pentingnya konsistensi yaitu; aturan-aturan yang dianggap benar terus menerus dinyatakan dan diterapkan oleh keluarga. Pada bagian inipun keluarga harus beri kesempatan bagi anggotanya keluarga untuk mengalami perubahan diri. Penerapan aturan harus dapat disusaikan dengan kebutuhan anak-anak dalam keluarga, sebab cara anak menanggapai aturan berbeda-beda.
  4. Mendesaknya keteladanan keluarga dihadapan anak-anak termasuk dalam segi perkataan, sikap dan penampilan serta perbuatan baik. Anak belajar dari orang tuanya, selanjutnya mereka mengolah dalam pikirannya apa yang didengar dan disaksikan sesuai perkembangan kognitifnya. Sebab itu jika dalam keluarga anak mendapatkan perilaku buruk, dapat saja ia memandangnya sebagai perilaku baik untuk diteladani. Yesus dalam ajaranNya mengingatkan keluarga supaya menjaga anggota tubuhnya sedemikian rupa agar tidak membawa anak- anaknya bertumbuh dalam kekecewaan, akhirnya jauh dari kasih dan anugrah Tuhan.
  5. Suami berperan sebagai kepala keluarga. Dalam keluarga suami harus bertindak sebagai kepala, ini merupakan ketetapan Allah bagi setiap keluarga di dunia terlebih keluarga yang percaya dan beriman kepdaNya. Suami yang takut akan Tuhan di dalam kepemimpinannya sebagai kepala keluarga akan berbahagia. Berkat Tuhan akan hadir dalam kehidupan pasangan, pekerjaan juga anak-anak. Kalau keluarga mau bertumbuh di jalan Allah, maka para istri juga harus memberi kesempatan dan dukungan agar suaminya menjadi pemimpin rumahnya. Itulah peranannya sebagai penolong yang sepadan.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perilaku, tata nilai, cara beriman dan bertumbuh muncul dan berkembang dari keluarga asal (Family Of Orgin). Harus diakui sebagaimana diajarkan Alkitab, tabiat dosa, Adam mengalir terus dalam kehidupan manusia, dari keluarga ke keluarga dari generasi ke generasi. Perangai dan budi pekerti kita, adalah warisan dari interaksi kita dengan keluarga. Dalam membangun keluarga agar bertumbuh menjadi keluarga Allah maka kita perlu memahami kepribadian, watak, tata nilai, serta beriman kepada Allah.