Kegiatan belajar 2 Bertumbuh Sebagai Keluarga Allah
Bertumbuh Sebagai Keluarga
Allah
Bertumbuh sebagai keluarga Allah berarti bertumbuh
di
dalam pengenalan
akan Kristus. Bertumbuh dalam hubungan dengan Kristus
mempunyai makna lebih mengenali Dia, lebih mengasihi dan
menaatiNya,
serta menjadikan-Nya sebagai pemimpin
dan
Kepala keluarga. Apabila kasih terhadap Tuhan bertumbuh, kita akan mentaati perintah-perintah-Nya. Bertumbuh di dalam Kristus secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan paradigma hidup ke arah Kristus. Keluarga yang berkenan
kepadaNya adalah keluarga yang berakar, bertumbuh
dan berbuah di dalam
Dia. Seperti pengajaran Tuhan Yesus yang menggambarkan bahwa Tuhan memiliki tujuan yang
jelas bagi setiap manusia ciptaanNya, termasuk keluarga, yaitu
agar umat manusia bertumbuh, dan
menghasilkan
buah
(Yohanes 15:18). Untuk bertumbuh dan menghasilkan buah yang berkualitas, diperlukan akar yang kokoh yang mampu memberikan asupan
yang baik bagi pertumbuhan.
Berakar.
Berakar menunjuk pada pohon dan tanaman lain yang akarnya
tertancap
jauh
di dalam tanah. Akar merupakan bagian dari tumbuhan yang
memungkinkan dia untuk bertahan hidup,
karena melalui akarlah tanaman menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari dalam tanah
yang dibutuhkan untuk bertumbuh.
Akar juga berfungsi untuk memperkuat atau
memperkokoh berdirinya satu tanaman. Semakin berakar
satu pohon, semakin
kuat pohon tersebut, sehingga walaupun angin
badai
menerpa pohon tidak akan
tumbang. Meskipun
musim kemarau panjang pohon tidak akan layu dan mati karena akarnya yang tertancap jauh ke dalam tanah tetap dapat menyerap air
dan nutrisi yang dibutuhkan
oleh
pohon dalam pertumbuhannya. Sama halnya dengan keluarga yang berakar dalam Kristus,
bertumbuh di dalam membaca dan merenungkan Firman
Tuhan,
terlibat
dalam persekutuan ibadah,
bersaksi dan
melayani sesama maka dia akan
mengalami pertumbuhan dan kedewasaan rohani. Setiap orang percaya yang terus bertumbuh dalam kehidupan rohani, dia
tetap kokoh dalam menghadapi setiap
persoalan hidup. Persoalan hidup
yang
dialami keluarga merupakan proses pembentukan iman dari Tuhan dalam hidup manusia agar manusia menjadi semakin kokoh. Dengan akar yang
kuat
di dalam Kristus
dan dengan menjadikan
Kristus pusat dari sumber
kehidupan
dan ketergantungan maka dia akan semakin teguh. Keluarga yang berakar dalam
Kritus berarti:
- Ia terus bertumbuh dalam pengetahuan akan firman Tuhan dengan menyelidikinya secara saksama dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan. Sebagai keluarga Allah, dituntut untuk secara rutin membaca dan menyelidiki Alkitab supaya pertumbuhan imannya dibangun berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran.
- Ia melaksanakan waktu ibadah secara teratur dan berkonsisten dalam kehidupan doa setiap waktu. Keluarga Allah hidup tampa doa kehidupannya akan menjadi kering dan gersang. Doa sebagai keluarga Allah menjadi kesuksesannya dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya serta melayani sesama dengan baik karena ia memintah hikmat dan kuasa bimbingan Tuhan.
- Ia menunjukkan kasih Kristus dalam pelayanan terhadap seluruh anggota keluarganya. Sebagai keluarga Allah harus memiliki karakter yang baik sehingga dapat menunjukkan kesaksiannya bagi orang lain dalam tutur kata dan perbuatannya. Cara hidup yang benar merupakan transformasi berita injil yang perlu dinyatakan secara baik oleh semua anggota keluarga atau sesama (2Kor. 3:2-4) Yesus menghendaki setiap keluarga Allah untuk hidup sejalan dengan makna Injil sehingga dapat mengarami dan menerangi setiap anggota keluarga dan sesama untuk percaya kepada Kristus. Hal ini sangat penting dalam proses orang dewasa membentuk kehidupan rohani generasi selanjutnya.
Bertumbuh.
Bertumbuh berkaitan
dengan masalah perubahan. Tanaman dikatakan bertumbuh apabila ia menampakkan perubahan semakin
berkembang, yakni bertambah
tinggi dan
bertambah besar.
Beberapa aspek pertumbuhan
dalam keluarga adalah sebagai berikut:
- Keluarga sebagai
tempat bernaung kudus, artinya
keluarga memberi perlindungan terhadap
nilai-nilai yang merusak
budaya keluarga, misalnya
kekerasan, perselisihan, pertengkaran, dan sebagainya.
- Keluarga yang menyambut kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menghadirkan simbol atau objek yang dapat mengingatkan kehadiran Allah (salib,
gambar Kristen, lagu
rohani, dan lain-lain).
- Keluarga yang mencari tuntunan Allah yang dilakukan dalam pertemuan
keluarga secara rutin setiap
hari.
- Keluarga yang menopang kehidupan religius/rohani masing-masing
anggota keluarga, misalnya
melalui sharing
bersama, bincang-bincang,
nasihat,
kemauan untuk saling mendengarkan,
dan sebagainya.
Sebagaimana
akar yang
sehat akan menghasilkan pertumbuhan, demikian juga kehidupan orang
percaya seharusnya bertumbuh dalam
pengenalan akan Kristus. Bertumbuh dalam pengenalan dan pemahaman akan firman Allah, dan bertumbuh dalam pelayanan menyaksikan kasih dan
kebaikan Allah. Kunci untuk
bertumbuh adalah mempelajari firman Tuhan dan melakukan
dalam hidup sehari-hari sehingga hidupnya akan ditandai dengan integritas. Artinya, apa yang
ada
di bibirnya akan sama dengan apa
yang ada di dalam hati dan perbuatannya.
Hambatan yang menyebabkan orang
tidak bertumbuh adalah banyak orang Kristen datang beribadah dan sangat senang
mendengar khotbah hanya sekadar untuk kepuasan dan
kenikmatan intelektual saja,
tanpa memiliki sukacita dan
kerinduan yang
besar untuk
mempraktikkannya dalam kehidupan.
Tentu
saja lebih
mudah
untuk belajar
memahami konsep-konsep
kebenaran
firman Tuhan daripada mempraktekkan
kebenaran itu. Hambatan lain adalah responnya terhadap
firman
Tuhan, seperti dalam Lukas 8:4-15.
Berbuah.
Pertumbuhan tanpa buah adalah tiada guna. Demikianlah Allah menghendaki agar manusia menghasilkan buah. Buah yang
dikehendaki
Allah
dihasilkan oleh manusia adalah melakukan kehendakNya sehingga
manusia menjadi kesaksian bagi sesama
di dunia ini yang mencerminkan kasih
Allah.
Buah yang dihasilkan
dalam keluarga dapat berupa:
- Pencerminan kasih
Allah dalam kehidupan sebagai perwujudan nyata realisasi keluarga Allah. Dari titik tolak iman, keluarga perlu menata pengasuhan fisik,
emosi/mental, sosial dan rohani/spiritualitas
untuk menyatu dengan Allah. Keluarga mempunyai berbagai kesempatan alamiah
yang sangat melimpah untuk mencerminkan kasih Allah sebagai displin rohani.
- Penerimaan dan
komitmen yang merupakan suatu kemauan
untuk
saling
menerima tanpa syarat setiap anggota keluarga/pribadi dalam kasih agape. Hal ini sebagai komitmen
bersama yang sejati.
- Pengukuhan dan dorongan
antara anggota keluarga untuk menemukan kelebihan dan
bakat masing-masing
agar dikembangkan
sebagai karunia
Tuhan.
Keluarga
perlu
menerima
dan menghargai
keunikan masing-masing.
Mengenal Allah.
Pengenalan dan
pengetahuan
akan Allah
itu terjadi sejauh Allah menyatakan diriNya kepada manusia.
Allah itu Kudus, tidak bisa dilihat dalam pandangan mata jasmani manusia, karena
itu
Allah berinkarnasi melalui Kristus untuk memperkenalkan dan berjumpa dengan
manusia. Allah yang adalah firman telah hadir
dalam sejarah melalui wujud
kemanusian, sehingga manusia bisa berkomunikasi dan
mengenal Dia sebagai Allah yang dekat, merasakan serta mengalami apa yang manusia
alami. Mustahil manusia mengenal Allah
dari
daya pikirnya yang terbatas,
sebab Allah itu tidak
terbatas adanya. Dalam ketidak terbatasnya Allah Dia datang
menjumpai manusia dalam wujud manusia Kristus sehingga orang
percaya mengenal Dia dengan jelas. Mengenal Allah berarti mengerti,
mengalami, pengalaman beriman
dengan
Dia.
Allah
sangat berbahagia jika manusia mengenal dan menaruh kepercayaan total padaNya. Mengenal Allah berarti percaya bahwa Allah selalu ada di setiap keadaan manusia, dan
Allah memberi upah bagi setiap orang
yang
percaya dan mengenal Dia. Demikian juga halnya dengan Yesus, manusia mengenal Yesus sebab Ia
adalah Anak Allah, yang menempu jalan salip
untuk melakukan rekonsiliasi
dan
berdamai dengan manusia (Yoh 14:6). Yesus datang supaya manusia
dapat mengenal Dia secara pribadi.
Melalui Yesus keluarga dapat mengetahui dan mengalami kasih
dan
rencanaNya bagi manusia.
Mengasihi Allah
Sesuai dengan bunyi hukum kasih
yang pertama (1) ialah “Kasihilah Tuhan Allahmu
dengan segenap
hatimu dan dengan
segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu” Kata hati merujuk pada pengertian organ yang penting, juga pusat kehidupan manusia, serta merupakan pengatur emosi dan sumber kehidupan spiritual. Pengatur emosi dan perasaan (kegembiraan, dan kesedihan,
kebencian
dan kemarahan,
dll).
Sedangkan kata jiwa, adalah
kombinasi dari tubuh. Saat jiwa meninggalkan tubuh maka tubuh kehilangan kehidupan.
Jiwa juga merupakan bagian
dari perasaan,
memberikan
tempat buat kasih. Kata mengasihi Tuhan
dengan segenap
akal budimu,
dalam terjemahannya daya pikirmu. Kata daya pikir merupakan kemampuan untuk
melakukan sesuatu
atau yang
berkaitan dengan kekuatan fisik. Karena itu, hati,
jiwa, kekuatan dan akal budi adalah sebuah ekspresi tentang
manusia secara utuh. Keutuhan itu dipertegas dengan kata “segenap hati” yakni semua dan tidak ada yang tersisa. Dengan demikian,
perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan
akal budi adalah sebuah bentuk atau
tindakan
mengasihi dengan sungguh-sungguh yang lahir dari
kesadaran dalam batin
manusia,
bukan dilakukan
sebagai sebuah formalitas
atau
asal saja ataupun paksaan.
Menurut Thomas Aquinas, ada 3 hal yang harus dilakukan terkait dengan mengasihi Allah, yakni:
- Tidak boleh mempunyai Allah lain dengan tidak membuat patung untuk disembah atau menggunakan kuasa yang lain di luar kuasa Allah
- Harus memberikan kepada Allah penghormatan dengan tidak menyebut namaNya dengan sembarangan dan sia-sia
- Harus beriman kepada Tuhan dengan memberikan seluruh hidup untuk dipakai sebagai alat dalam pekerjaan-Nya, yakni memberikan waktu untuk beribadah kepadaNya.
Alkitab menjelaskan
tentang kasih? Khususnya berkenaan dengan kasih kepada Allah. Kata kasih dalam PL, adalah ungkapan paling
dalam dari kepribadian, sekaligus
hubungan pribadi yang
paling akrab dan dekat. Kasih Allah kepada sesama
manusia digambarkan
sebagai hubungan
Bapa dan Anak (Mzm 18:1), atau sebagai hubungan suami istri (Hosea 1-3) demikian juga hubungan kasih
persahabatan misalnya antara Daud dan Yonathan
(1 Sam 18) serta hubungan kasih orang tua dan anak (Abraham dan ishak, kej 22:
2; Ishak
dan Essau
kej
25:28). Pemahaman kasih
bukan berawal dari konsep, melainkan tindakan Allah
yang karena keprihatinanNya membebaskan umatNya dari penderitaan.
Di dalam PB
tindakan kasih Allah dinyatakan melalui tindakan
penyelamatan. Karena kasihNya Allah bertindak
menyelamatkan manusia
tanpa dipengaruhi dengan tindakan manusia yang tidak setia kepada Allah.
Allah bertujuan menjadikan manusia lebih baik. pemahaman terhadap kasih
Allah yang
tidak bersyarat ini
merupakan
faktor yang sangat penting dan
menentukan bagi umat dalam memandang hukum dan perintah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama.
Kasih Allah mampu mengubah dunia.
Namun persoalannya bagaimana kita menempatkan kasih
Allah
yang ada
pada
kita sehingga
melalui kehidupan kita dimungkinkan terjadi perubahan yang baik? Wujud mengasihi Allah dapat dilihat seperti:
Mengasihi Allah dengan seluruh totalitas hidup manusia.
Di
dalam Matius 22:37, Tuhan Yesus mengajar bahwa kita harus saling mengasihi dengan hati,
jiwa dan akal budi. Mengasihi Allah dimulai dari
hati
kita. Hati berbicara
mengenai inti hidup. Segala sesuatu keluar dari hati
(Mat 15: 18-19).
Kasih terhadap sesama manusia.
Allah menuntut setiap orang untuk penuli dengan sesama, dan
mewujudkan
kasih kepada Allah
lewat sesama manusia yang ada disekitar dirinya, termasuk dalam persekutuan anggota keluarga. Mengasihi sesama adalah tuntutan
hukun taurat yang ditetapkan oleh
Tuhan untuk setiap
orang
percaya melakukannya (Imamat 19:18). Dalam bahasa Yunani, kasih dibedakan sesuai dengan penggunaannya, itu
sebabnya kasih
terbagi atas empat jenis yaitu:
- Agape yakni, kasih yang sempurna
- Phileo yakni; kasih terhadap sahabat.
- Storge yakni, kasih terhadap orang tua/keluarga
- Eros yakni, kasih yang mengandung unsur seks
Agape
merupakan cinta/kasih
tak
bersyarat dari Allah kepada manusia
dan
manusia kepada
sesama. Dalam
konteks kekristenan agape
merupakan
Kasih Allah terhadap manusia. Kasih Allah yang total terhadap manusia tanpa syarat. Philia adalah kasih antara Sahabat atau Saudara. Dalam konteks ini digambarkan seperti Kristus dengan para
sahabat-sahabatnya yang
menjadi
Rasul-Rasul
pengikutnya. Eros
adalah
kasih antara lawan – jenis. Kasih ini sering
menimbulkan salah
persepsi. Eros adalah
kasih
yang menginginkan. Eros adalah kasih yang
sebenarnya tidak diinginkan dan tidak direncanakan
tetapi kasih ini tertanam dalam diri manusia. Dalam bahasa yunani murni Eros
berarti praktik prostitusi yang
dilakukan di dalam kuil-kuil. Namun secara kontekstual Iman Kristiani mengajarkan
bahwa eros merupakan titik
pertemuan kasih
dan
Tuhan. Eros bisa diartikan sebagai Cinta terhadap Suami–Istri. Eros disini juga bisa diartikan Tubuh
dan
Jiwa. Storge
merupakan cinta kasih kodrati antara orang
tua
dan anak. Kasih ini merupakan
buah
dari kasih
Eros.
Dari
keempat kasih yang
disebutkan di atas, kasih agape
merupakan sifat inti Allah,
kasih yang murni dari Allah, kasih yang
sempurna, kasih tanpa syarat, tanpa pamrih,
rela berkorban dan
konsisten.
Allah
mengasihi manusia,
maka
Ia menginginkan manusia hidup saling
mengasihi sesama yang ada disekitarnya. Allah
memberikan kemampuan kepada manusia untuk
dapat mengasihi sesamanya. Oleh sebab itu, dalam melakukan kasih atau mengasihi
sesama harus dengan tulus dan
tanpa mengharapkan imbalan,
jangan memilih-milih kepada siapa kita
mengasihi bahkan sampai kepada musuh atau orang yang membenci kita. Praktik hidup mengasihi sesama
adalah
baik diajarkan
atau dibiasakan
sejak kecil dalam keluarga dan berkelanjutan
sampai pada lingkungan dan tempat dimana kita berada,
serta didasari pada tekad untuk melakukannya. Contohnya:
menyapa dan memberi salam kepada sesama, mendoakan teman yang sakit, tidak
menyimpan kesalahan teman atau orang lain, tidak membalas kejahatan
dengan kejahatan.
Sesuai dengan bunyi hukum kedua (2)
ialah” Kasihilah
sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri”
Untuk membuktikan kasih kita kepada Allah, maka kita harus mengasihi sesama seperti yang dijabarkan dalam perintah hukum Taurat yang ke 4-10 yakni:
- Kita harus mengasihi orang tua
- Tidak boleh melukai sesama kita dengan perbuatan–baik dengan melukai sesama yakni membunuh, berzinah, dan mencuri
- Tidak boleh melukai sesama kita dengan perkataan dan pikiran melukai dengan perkataan yakni saksi dusta, mengingini istri sesama dan milik sesama.
Kedua
hukum atau perintah di atas adalah merupakan petunjuk atau pedoman
yang harus dilakukan dan
ditaati oleh manusia sebagai ciptaan Allah. Dalam Yohanes 13:34-35 Allah memberi perintah kepada
manusia untuk saling
mengasihi sama seperti Allah telah
mengasihi
manusia.
Mengasihi Allah dengan jalan
mengikuti FirmanNya.
Hal penting dari bagian ini adalah mensinkronkan hati
dan pikiran kita dengan hati dan pikiran Allah. Firman Allah membawa hati dan
pikiran kita condong pada hati dan pikiran Allah.Mengasihi Allah dengan jalan mengikuti FirmanNya. Hal penting
dari
bagian ini adalah mensinkronkan hati dan pikiran
kita
dengan hati dan pikiran Allah. Firman Allah membawa hati dan
pikiran
kita condong
pada hati dan
pikiran Allah.
Menaati Allah
Ketaatan adalah satu
tema yang
sangat penting, karena Allah
menuntut ketaatan
dari
orang–orang termasuk keluarga Allah yang mengaku
percaya pada Allah.
Pertanyaannya, mengapa kita
membutuhkan ketaatan
kepada Allah?
Ketaatan memberi arah
kehidupan.
Kita hidup dalam dunia yang
sudah rusak oleh dosa dan
kejahatan.
Kita sebenarnya bingung mengambil keputusan karena konflik dan
keinginan diri. Namun dengan mengambil keputusan taat kepada Allah dan FirmanNya, kita secara sadar
membatasi diri untuk mengambil keputusan yang benar dalam mejalani kehidupan.
Dalam perkembangan dunia saat ini, orang
lebih banyak taat pada
pimpinannya di dunia. Daripada Tuhan yang
adalah sumber kehidupan dan keselamatan. Alasannya, karena kepemimpinan
duniawi akan memberi kepuasan jasmani, kepuasan yang langsung bisa dirasakan. Yesus mengingatkan dalam FirmanNya kepada orang Yahudi, dan para pengikut yang
percaya padaNya,
Jika kamu tetap pada FirmanKu, kamu benar-benar adalah
muridKu dan kamu akan
mengetahui kebenaran,
dan kebenaran itu
akan
memerdekakan kamu.
Pernyataan
ini
secara langsung
mengingatkan
manusia termasuk
keluarga untuk
selalu
taat dan
setia pada Allah dan
FirmanNya.
Ketaatan melindungi
keluarga dari marabahaya
Allah memberi manusia peraturan dengan dua prinsip yaitu,
- peraturan ada untuk melindungi. Siapa berpegang pada perintah, memelihara nyawanya, tetapi siap menghina Firman, akan mati (Ams 19:16), dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. (1 Yoh 2:17)
- peraturan ada untuk memberkati. Jika kamu menuruti dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil yang baik dari negeri itu. Dengarkanlah suaraKu maka Aku akan menjadi AllahMu dan kamu akan menjadi umatKu, dan ikutlah seluruh jalan yang kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia.
Ketaatan tanda keluarga mengasihi Allah.
Ketaan sebagai tanda mengasihi dan mengenal Allah terwujud
dalam ketaatan Yesus pada BapaNya, karena Ia mengenal dan mengasihi Allah. Jikalau
kamu menuruti perintahKu maka kamu akan
tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan
tinggal di dalam kasihNya.
Ketaatan akan membuahkan hasil yang sangat baik.
Ketaatan mengkayakan kita segala sesuatu, sebab apa yang kita minta padaNya kita memperolehnya, karena kita menaati seluruh perintahNya,
dan
melakukan
apa
yang berkenan kepadaNya (Mat.18:19).
Persoalannya bagaiman supaya keluarga terus menunjukan ketatannya
pada
Allah? Kita belajar taat kepada Allah melalui pemahaman kita akan
kehendak-Nya.
masalahnya keluarga terkadang tidak selalu yakin
mengetahui apa yang
menjadi kehendak Allah dalam
hidup kita. Kehendak Allah dapat dinyatakan lewat
sumber-sumber yang penting hidup
taat kepada Allah:
- Perintah Alkitab yang telah dipahami dengan cara yang
benar.
- Roh Kudus yang memberi keluarga pemahaman dan pengertian serta bimbingan.
- Orang yang memiliki otoritas, pemimpin, Ayah rohani
- Teman-teman sebagai komunitas orang kudus.
- Kondisi/situasi yang
memberi kesempatan kepada kita
untuk memberi tanggapan yang sesuai dengan kehendak Allah.
Ketaatan keluarga Kristen pada Allah adalah bukti dari iman. Alkitab mengatakan, orang yang
hidup dalam ketataan adalah wujut dari imannya. Contoh yang
tidak
bisa dilupakan
tetapi sebagai sebuah
kesaksian adalah Ketaatan Yesus tidak berhenti pada masa Ia ditolak,
pada
saat pelayananNya, ketataan Yesus
tidak pernah berubah saat para muridNya berubah karena ketidaksetiaan mereka pada Allah,
ketaatanNya dibuktikan sampai pengorbanNya di kayu salib. Ketaatan itulah
menjadi bukti bagi keluarga Kristen
untuk mewujutkan setianya pada Allah yang memelihara,
mengasihi,
melindungi keluarga dari kehidupannya.
Menjadi saksi Allah bagi dunia
Bagi sebagian keluarga kristen, bersaksi
kerapkali dianggap
sebagai tugas lembaga atau pelayan gereja, Namun sesungguhnya pelayanan kesaksian
dapat dilakukan
oleh
setiap orang termasuk keluarga Kristen. Dalam perjanjian
lama, Misi kesaksian selalu berhubungan
dengan amanat yaitu:
- Memberitakan Allah sebagai Pencipta, dan Penguasa yang Maha Kuasa atas semesta alam, dan Tuhan yang berdaulat atas sejarah.
Tuhan yang membuat semua peristiwa dalam sejarah
bekerja
bagi
maksud-maksud keselamatan dan penghakiman. (band Yes 44:4; 45:1; Ams 5:27), mereka menekankan bahwa Allah adalah Kudus dan
Benar. Sifat Allah adalah Kudus adanya.
- Memberitakan
dosa dan pertobatan. Ketidaktaatan, ketidaksetiaan, penyembahan berhala dan kebejatan manusia yang
terus menerus melanggar ketetapan Allah mengharuskan
orang yang
percaya dan mengenal Allah
memberitakannya berulang-ulang untuk mengingatkan mereka dan menyerukan pertobatan.
- Memberitakan
tentang nubuatan dan
pengharapan
akan
Mesias. Meskipun umat manusia
memberontak terhadap Allah, tetapi missi pemberitaan tentang pengharapan akan datangnya Mesias selalu
dikumandangkan. Allah
setia pada janjiNya. KasihNya ditunjukan bagi manusia walaupun manusia selalu melanggar
ketetapanNya.
- Menjadi saksi Kristus dalam artian yang paling
mendasar adalah
memiliki sebuah kesaksian yang
pasti dan pribadi bahwa Dia Allah sendiri, juruslamat dan penebus dosa dunia. Kesaksian keluarga adalah memberitakan bagi semua orang bahwa Yesus Kristus bangkit, Yesus adalah Kristus, Allah yang kekal yang menyatakan
diriNya kepada semua bangsa. Keluarga adalah para saksi Allah di dalam Yesus ketika kita memiliki
kehidupan dan wajib memperlihatkan ajaran-ajaranNya bagi orang
lain. Ketika kita menolong orang lain untuk datang dan percaya kepada Yesus,
itulah wujud menjadi saksi Allah di dalam Yesus
Aspek-aspek pertumbuhan keluarga Allah.
Aspek yang diperlukan dalam menumbuhkan keluarga Kristen menjadi keluarga Allah menurut Paul Meier adalah:
- Kasih diantara suami–istri, orang tua dan anak harus terus meningkat.
Menurut Meier, kasih
itu mencakup
perhatian,
perlindungan,
pemeliharaan, pertanggungjawaban,
dan kesetiaan. Kasih yang selanjutnya berlangsung dalam relasi suami-istri tidak lagi sebatas
keterikatan fisik, namun kasih itu terungkap dalam tindakan praksis,
saling berkomunikasi dan berelasi, memikul tanggungjawab yang sama.
- Harus
ada disiplin yaitu tegaknya keseimbangan hukuman dan pujian
yang dinyatakan orang
tua
bagi anak. Disiplin ini sendiri merupakan
kebutuhan dasar
pembentukan anak.
Bagi Meier, disiplin tidak
selalu
berarti identik dengan hukuman, tetapi, pemberitahuan,
penjelasan dan pelatihan dalam hal-hal kebajikan.
Dalam disiplin,
anak
dimampukan mengenali dan
memilih serta mewujutkan
pilihannya dalam kebaikan.
Disiplin keluaraga bagi anggotanya juga berkaitan erat dengan pembentukan
iman melalui pengajaran,
percakapan,
komunikasi formal
dan
non-formal. Meier menyimak bahwa Alkitab menegaskan agar
keluargalah yang paling
utama mengajarkan iman dan pertumbuhan
moral anak-anaknya, secara berulang-ulang dengan kreatif supaya
mereka bertumbuh
dalam pengenalan
kepada Tuhan.
- Pentingnya konsistensi yaitu; aturan-aturan yang dianggap benar terus
menerus dinyatakan dan diterapkan oleh
keluarga. Pada bagian inipun keluarga harus beri kesempatan bagi anggotanya keluarga untuk
mengalami perubahan diri. Penerapan aturan harus dapat disusaikan
dengan kebutuhan anak-anak dalam
keluarga, sebab cara anak menanggapai aturan
berbeda-beda.
- Mendesaknya
keteladanan keluarga dihadapan
anak-anak
termasuk
dalam segi perkataan,
sikap dan
penampilan serta perbuatan baik. Anak belajar dari orang tuanya, selanjutnya mereka mengolah dalam
pikirannya apa yang
didengar dan disaksikan sesuai perkembangan
kognitifnya. Sebab
itu
jika dalam keluarga anak mendapatkan perilaku buruk,
dapat saja ia memandangnya sebagai perilaku baik
untuk diteladani. Yesus dalam ajaranNya mengingatkan keluarga
supaya menjaga anggota tubuhnya sedemikian rupa agar tidak membawa anak-
anaknya bertumbuh dalam kekecewaan,
akhirnya jauh dari kasih dan
anugrah Tuhan.
- Suami berperan sebagai kepala keluarga. Dalam keluarga suami harus bertindak sebagai kepala, ini merupakan ketetapan Allah bagi setiap keluarga di dunia terlebih keluarga yang percaya dan beriman kepdaNya. Suami yang takut akan Tuhan di dalam kepemimpinannya sebagai kepala keluarga akan berbahagia. Berkat Tuhan akan hadir dalam kehidupan pasangan, pekerjaan juga anak-anak. Kalau keluarga mau bertumbuh di jalan Allah, maka para istri juga harus memberi kesempatan dan dukungan agar suaminya menjadi pemimpin rumahnya. Itulah peranannya sebagai penolong yang sepadan.
Dari
uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perilaku, tata nilai, cara
beriman dan bertumbuh muncul dan berkembang dari keluarga asal (Family
Of
Orgin). Harus
diakui sebagaimana diajarkan Alkitab, tabiat dosa, Adam mengalir
terus dalam kehidupan manusia, dari keluarga ke keluarga dari
generasi ke generasi. Perangai dan budi pekerti kita, adalah warisan
dari interaksi kita dengan keluarga. Dalam membangun keluarga agar bertumbuh menjadi keluarga Allah maka kita perlu memahami kepribadian,
watak, tata
nilai, serta beriman kepada Allah.