Pages

Kategori

Diberdayakan oleh Blogger.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Dilihat

29 Mei 2020

Konsep Teologi Keluarga Allah

Kegiatan Belajar 1 Konsep Teologi Keluarga Allah 

Konsep Teologi Keluarga Allah 
Keluarga adalah suatu persekutuan masyarakat yang terkecil di mana terdiri dari ayah, ibu dan anak yang lazim disebut keluarga inti yang memiliki komunikasi dan hubungan saling percaya, saling menolong, bekerja sama untuk menunjang kelanjutan kehidupan keluarga. Hans Jochen Boecker, menjelaskan bahwa keluarga terdiri dari tiga sampai empat generasi dan komponen keluarga ini sangat berperan dalam sistem sosial dan ekonomi leluhur Israel. (Hans Jachen,1980:28). Keluarga terdiri dari orang-orang yang dipersatukan oleh keturunan darah yang sama dan tempat tinggal yang sama atau berdiam pada satu rumah (Neh. 7:4) Keluarga Nuh, bersama dengan istri, anak serta anak menantunya (Kej. 7:1-7). Sedangkan Roland De Voux menjelaskan bahwa keluarga terdiri dari bapa, istri, anak-anaknya yang belum menikah, tetapi juga anak-anak yang sudah menikah, hamba-hambanya, orang asing, janda dan anak yatim yang dilindungi oleh kepala keluarga. Dalam pengertian yang lebih luas, keluarga adalah kelompok yang sama dengan klan. Klan memiliki kepentingan dan tanggung jawab yang sama, dan anggota-anggotanya sadar akan ikatan darah yang menyatukan mereka, dan saling memanggil satu sama lain dengan sebutan ‘saudara’ (1 Sam. 20:29). Anggota keluarga dalam pengertian yang luas memiliki tanggung jawab untuk saling menjaga dan membantu satu sama lain. 

Secara sosial antropologis, keluarga adalah lembaga atau institusi sosial yang mampu menumbuhkan pemenuhan tuntutan kebutuhan hidup manusia, secar fisik, sosial, mental, dan moral, sehingga diantara keluarga lahir keterikatan rasa dan sikap dalam ikatan sosial psikologis dalam tatanan norma dan sistem nilai sebagai manusia yang bertanggungjawab dan dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan pemahaman gender, keluarga adalah pasangan yang duduk sama rendah, berdiri sama tinggi didalam jalinan proses kehidupan yang saling saling membutuhkan di dalam hubungan mutualistik. Pengertian lain dari keluarga menurut Hendi Suhendi., adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama. 

Dalam pemahaman teologis keluarga Allah adalah lembaga rohani yang dibentuk oleh Allah di bumi. Allah membentuk keluarga lewat lembaga perkawinan dengan tujuan supaya manusia dapat mencerminkan kasih Allah dalam hubungan suami istri sekaligus dapat mewariskan keturunan untuk memenuhi bumi serta tunduk pada kehendakNya. Menurut Samuel Gunawan, keluarga Allah (Kristen) adalah persekutuan hidup antar ayah, ibu dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Slamat secara pribadi dan meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan setiap hari. Terkait dengan itu maka keluarga dijadikan sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama dan orang tua merupakan representasi dari perwakilan Tuhan untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya di dalam takut akan Tuhan. Tujuan pendidikan rohani dalam keluarga Allah bagi anak-anak menurut Robert R. Boehlke adalah agar anak- anak menerima kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya, belajar bertindak baik, bertumbuh secara wajar dalam iman Kristen sebagai anggota jemaatnya serta melibatkan mereka dalam pengalaman belajar yang menolong mereka untuk memulai panggilan menjadi murid Yesus Kristus. (Robert R. Boehlke, 1997:472). Robert Coles, mengakui bahwa keluarga merupakan lingkungan primer dalam membentuk kecerdasan moral anak. (Robert Coles,2000:38). Orang tua bertangung jawab membentuk kecerdasan moral dan pembentukan iman anak secara benar berdasarkan landasan kasih Kristus dan kebenaran Firman Tuhan. Terkait dengan itu Horace Bushnell “Melihat keluarga sebagai suatu kesatuan organik. Seperti batang pohon mengalirkan makanan ke dahan-dahan dan daun-daun, demikian juga iman Kristen yang dipercayai dan diamalkan orang tua Kristen mengalir ke dalam hidup anak-anak”. (Horace Busnell,1960:28) 

Sebelum anak menerima pengaruh dari teman sebaya, guru di sekolah, gereja dan masyarakat ia sudah mendapat pengaruh pendidikan iman dari keluarganya. Keluarga yang terbentuk sudah memiliki kepribadian karakter kristiani tersendiri yang kemudian diterima anak-anaknya karena mereka saling berinteraksi. Keluarga yang terbentuk dalam kasih dan ajaran Kristus merupakan keluarga Allah yang fungsional dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi sehingga disebut keluarga stabil dan rukun. Keluarga memiliki fungsi yang beragam salah satunya adalah fungsi religius yaitu sebagai tempat pengembangan nilai kepercayaan agama secara benar pada pengenalan akan ketuhanan Kristus. Konsep ketuhanan Kristus pada anak sebenarnya bertumbuh dan berkembang dari kualitas pembinaan dan pemeliharaan orang tua dan komunitas imannya. Anak memproyeksikan pengalaman dan ketaatan berimannya dengan orang tua dalam memahami serta menunjukkan sikap takut dan hormat pada Tuhan. Hal-hal penting mengenai pertumbuhan iman anak dalam keluarga. Aspek-aspek yang berhubungan dengan etika sosial dan pembinaan orang tua kepada anak dalam keluarga adalah kasih, disiplin, konsistensi, aturan, keimanan serta keteladanan kepemimpinan orang tua. Karakter, tata nilai, potensi dan cara beriman tercipta serta berkembang dari keluarga asal yaitu tempat di mana setiap anak dibesarkan dalam kasih, dan ketaatan pada ajaran Kristus melalui orang tua. E. B. Surbakti mengatakan, “Jika masa kanak-kanak diisi dengan pembelajaran yang benar, tata nilai yang baik, norma- norma, sopan santun, kerjasama, memaafkan, mengakui kesalahan, tanggung jawab, kasih sayang, budi pekerti dan sikap tenggang rasa maka setelah dewasa ia akan bertumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi”. (E.B. Surbakti, 2008:4). Dalam masyarakat majemuk jika orang tua, guru agama, pendeta tidak mendidik anak dengan landasan firman Tuhan yang kuat mereka akan mudah tergelincir, disesatkan bahkan tertarik pada iman yang berbeda. (Jonh.Hick,1982:60). Keluarga secara teologis disebut miniatur gereja. Keluarga sebagai komunitas yang mengemban misi panggilan Allah untuk menyatakan kasih dan kebenaran-Nya (Marjorie L. Thomson,2000:24). Orang tua memiliki tugas untuk mendidik anak-anaknya bertumbuh dalam nilai-nilai kerohanian kepada Allah. Orang tua adalah tokoh terdekat bagi anak yang Allah percayakan untuk membentuk anak menjadi berguna bagi sesama dan lingkungan masyarakat. 

Dalam keluarga pendidikan nilai-nilai Kristiani dan kebenaran firman Tuhan dapat dipraktikkan dan banyak cara dapat dikembangkan. Orang tua dan komunitas keluarga dapat menanamkan nilai-nilai tersebut kepada anak. Orang tua dengan sadar menjadikan dirinya teladan moral dalam mendemonstrasikan nilai-nilai iman dan karakter hidup kristiani yang baik serta benar untuk diteladani oleh anak. Pada sisi lain, disiplin dari orang tua yang terarah pada kasih dan pengenalan akan Kristus sebagai pusat pembentukan rumah tangga yang menghadirkan Kerajaan Allah sangat penting diterapkan bagi anak. 

Fungsi Keluarga Allah 
Keluarga Allah yang ideal, adalah keluarga Allah yang memahami dengan benar fungsi-fungsi yang menjadi bagian tugasnya. Fungsi keluarga Allah tidak sebatas menghasilkan keturunan. Adapun fungsi-fungsi keluarga Allah menurut B.S. Sidjabat, sebagai berikut: 
  1. Fungsi prokreasi (berketurunan), yaitu, keluarga menghasilkan keturunan dan membesarkan anak-anak secara bijak. Seperti juga yang diungkapkan oleh Suhendi, fungsi ini berhubungan dengan fungsi seks suami–istri untuk menghasilkan keturuan, memenuhi kebutuhan gisi keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga secara fisik. 
  2. Fungsi sosialisasi, membantu anak sedemikian rupa agar anak mampu memahami dan menerima dirinya sebagai bagian dari keluarga serta masyarakat, dan mampu memainkan peranannya dengan baik. Hal ini lebih banyak berhubungan dengan pembentukan kepribadian anak, memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok sosial atau masyarakat. 
  3. Fungsi edukasi yaitu, membantu anak untuk belajar banyak hal termasuk ketrampilan berbicara, berhitung, mengenal huruf, nilai hidup dan sebagainya. Pengetahuan, pemahaman, kreatifitas pemikiran anak berkembang karena keluarga memerankan fungsi ini. Tentunya sesuai dengan tingkat perkembangan, minat dan bakatnya. 
  4. Fungsi proteksi, atau perlindungan sehingga anak terbebas dari berbagai kekerasan, disamping tidak menjadi pribadi yang menyukai kekerasan dalam menghadapi masalah kehidupan. Fungsi bertujuan agar memberikan tempat yang nyaman bagi anggota keluarga dan perlindungan secara fisik, ekonomis, maupun psikologi. 
  5. Fungsi afeksi (perasaan) yaitu menumbuhkan perasaan aman, perasaan dikasihi, perasaan dihargai, agar anak bertumbuh dengan emosi yang sehat. Selain itu juga rasa perhatian, keintiman yang tercipta dalam keluarga. 
  6. Fungsi religius yakni pengembangan nilai kepercayaan(Agama). Konsep ketuhanan pada diri anak sebenarnya bertumbuh dan berkembang dari kualitas pemeliharaan keluarga yang diperoleh dan dialaminya. Anak memproyeksikan pengalamannya dengan orang tua dalam memahami Tuhan. Fungsi ini mendorong semua anggota keluarga menjadi keluarga beragama yang penuh ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, serta menunjukan penghayatan dan perilaku nilai-nilai agama. 
  7. Fungsi ekonomis yaitu, menanamkan kesadaran ekonomis dan kerja termasuk pekerjaan dalam rumah tangga, berkaitan dengan mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta pengaturan penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 
  8. Fungsi rekreasi yaitu mengajarkan kepada anak nilai, manfaat, ketrampilan bermain, bersenda gurau, berfantasi, yang bertujuan mencari hiburan, memberikan suasana yang segar dan gembira dalam lingkungan keluarga. 
  9. Fungsi status sosial artinya, keluarga akan mewariskan kedudukannya kepada anak-anaknya karena kelahiran anggota keluarga biasanya dihubungkan dengan status ini. Selain itu juga status individu dapat berubah melalui perkawinan dan usaha-usaha yang dilakukan seseorang. 
Selain fungsi keluarga seperti yang telah diuraikan di atas, secara khusus menurut iman Kristen, fungsi keluarga seperti yang dipaparkan di dalam Alkitab adalah; 

  1. Sebagai utusan Tuhan untuk menjadi teman sekerja Allah dalam mengelola alam semesta dengan segala isinya. (Kej 1:28) Tuhan Allah telah menyediakan alam semesta berserta isinya kepada manusia maka manusia wajib menjaga dan melestarikannya demi kehidupannya, karena dia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (demuth dan Tselem). Gambar Allah mengacu pada rasio, akal budi, nalar manusia. Binatang dan ciptaan lainnya tidak bernalar, hanya manusia saja, karena itu secara teologis gambar Allah mau menunjuk pada manusia sebagai makhluk theologis, artinya dia tidak dapat dipahami lepas dari aslinya yaitu Allah. Manusia disebut gambar Allah hendak menunjukkan bukan dirinya sendiri melainkan menggambarkan Allah ada juga di dalam dirinya (Galatia 2:20). Otoritas kekuasaan dan pemerintahan Allah ada dalam diri setiap manusia. Dalam Kejadian 2:7 menggambarkan manusia dalam dua istilah yakni; Tubuh atau daging Ibraninya “basyar” dan jiwa/nyawa atau nafas Ibraninya “Nefes” yang menunjuk pada batang tenggorokan. Jadi manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan atau basyar dan nefes, menunjuk pada makna hidup yang bernilai dan berharga serta bermartabat jika dia berada dalam relasi vertikal secara intim dengan Allah dalam tanggung jawabnya untuk mengelolah alam semesta ini. Sebagai patner dengan Allah, dia juga diciptakan sebagai patner dengan sesama manusia (laki-laki dan perempuan). Sejarah hidup manusia diciptakan untuk ada dalam kebersamaan yang saling melengkapi dan melayani, berbagi dan menolong karena mereka dikodratkan untuk berbeda. Perbedaan itu bukan dari segi kualitatif. Laki-laki tidak lebih mulia dari perempuan, dan perempuan tidak lebih hina atau rendah daripada laki-laki. Maksud Allah dengan perbedaan itu ialah supaya mereka saling membantu, saling mengasihi, dan saling melengkapi. Kejadian 2:18 Kesempurnaan Allah itu baru lengkap dan sempurna serta sesuai dengan tujua-Nya ketika manusia itu diciptakan seorang penolong yang sepadan, maksudnya, bukan seorang pembantu seperti yang kita kenal di masyarakat tetapi seorang penolong, kawan hidup, patner yang sehati dalam membangun kehidupan bersama dalam cinta kasih Tuhan. Kemudian Allah memberi mandat untuk berkuasa atas semua makhluk hidup ciptaan Allah lainnya tetapi semua harus tunduk dan bertanggung jawab kepada Allah pemilik segala kuasa di Sorga dan di bumi. 
  2. Sebagai lembaga utama dalam membentuk kecerdasan moral (Ulangan 6:4-9). Maksudnya bahwa belum ada tempat apapun dan di manapun yang dapat mendahului peran keluarga dalam mendidik dan menanamkan nilai moral bagi anak. Keluarga yang mempunyai peranan mendidik, membina, membimbing, dan membentuk karakter dan perilaku anak menjadi anak yang berkepribadian benar sesuai citra diri Allah. Hal ini mengingatkan kita betapa berharganya keluarga dalam kehidupan ini, sebab keluarga sebagai tempat menumbuhkan nilai-nilai Kristiani. 
  3. Sebagai lembaga untuk mengekspresikan kasih Allah. Keluarga adalah lembaga atau tempat mengelola cinta, kasih dan harapan, kesetiaan, dan sikap yang saling menghormati. (Efesus 5 :22-25). Nilai-nilai yang diekspresikan ini harus selalu ditampilkan oleh keluarga dengan jalan saling berbagi dan mengasihi, karena itu yang dikehendaki Yesus (Yohanis 13; 34-35). 
  4. Tempat untuk menciptakan suasana damai. Kedamaian adalah sesuatu yang indah seperti indahnya surga dalam ajaran Kristen. Keindahan nampak dari suasana kasih dan sukacita. Dengan demikian hadirnya keluarga Allah adalah menjadi tempat kasih dan merasakan sukacita bagi semua anggota keluarganya. 
  5. Sebagai dasar iman, sumber keselamatan. Yang paling utama dari keluarga adalah sebagai tempat menanamkan iman kepada Yesus Kristus (Kisah Para rasul 16: 31) 


Pentingnya Keluarga Allah. 

Allah terlibat dalam membentuk keluarga lewat sakramen perkawinan dua insan yang berbeda disatukan untuk membangun kehidupan bersama untuk menghadirkan karya syalom di bumi. Keluarga adalah tempat utama yang dibentuk oleh Allah sendiri yakni keluarga Adam (Kej 1:27-29) Adam sebagai suami sekaligus ayah bagi Kain dan Habel, demikianlah Hawa adalah istri dan juga sebagai ibu bagi Kain dan Habel. Dr Keneth chafin dalam bukunya, “Is There a Family In The House, memberi gambaran tentang pentingnya keluarga dalam lima identifikasi yaitu: 
  1. Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan rohani. Manusia diciptakan sebagai Gambar Allah sehingga mempunyai potensi untuk bertumbuh. 
  2. Keluarga merupakan tempat pengembangan semua aktifitas. Dalam keluarga semua orang bebas mengembangkan karunianya masing-masing. Di dalam keluarga landasan kehidupan anak dibangun dan dikembangkan. 
  3. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan 
  4. Keluarga merupakan tempat mentransfer nilai-nilai, laboratorium hidup bagi setiap anggota keluarga untuk saling belajar hal yang baik. 
  5. Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya. Keluarga yang membiarkan Allah di dalam kristus memerintah dalam kehidupannya maka mereka mampu menyelesaikan semua permasalahannya. Ini intinya pentingnya keluarga Allah dalam kehidupan. 

Ciri Keluarga Allah. 
Manusia senantiasa menunjukkan karakter yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Sebaliknya dalam kehidupan masyarakat sering dijumpai berbagai keragaman manusia, dari latar belakang etnis, agama, bahasa dan budayanya berbeda-beda. Begitupun dengan kehidupan keluarga Allah sendiri akan menampakan diri berbeda dengan keluarga yang bukan Kristen. Di mana letak perbedaan keluarga Allah dengan keluarga secara umum di masyarakat. Berikut ada beberapa ciri keluarga Allah itu? 
  1. Ada kasih persaudaraan secara rukun. Kata yang dipakai untuk menggambarkan kasih persaudaraan adalah “Oikos” kata ini memilki pengertian rumah tangga yang menunjuk pada keluarga. Di dalam keluarga ada kasih persaudaraan yang mengikat hubungan antarsetiap anggota keluarga. Kasih persaudaraan itu harus dibangun dengan kasih Kristus sebagai pusat pengendali seluruh hidup anggota keluarga Allah. Sebagai keluarga Allah, semua anggota keluarga harus menjadikan Kristus sebagai pusat dari seluruh kehidupan yang kepada-Nya mereka bergantung dan berharap untuk meminta pertolongan dan bimbingan-Nya. Sebagai keluarga Allah dituntut untuk berserah diri secara penuh dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan dalam kasih dan persaudaraan yang rukun sehingga dapat menghadirkan berkat (Maz. 133:1-3; 128:1-6) 
  2. Mau mengampuni kesalahan orang lain. Dasar dari orang Kristen mau mengampuni adalah supaya kita diampuni oleh Allah. Allah yang disembah dalam diri Yesus Kristus telah terlebih dahulu mengampuni dosa orang percaya maka dituntut dari keluarga Allah untuk dapat menunjukan kasih dan pengampunan Allah itu bagi sesama yang perna melakukan kesalahan bagi anda. Dengan begitu orang percaya telah menunjukkan keteladanan dan ketaatan kepada Kristus. (Mat. 6:12). 
  3. Persekutuan. Kata “Eklesia” dipakai untuk menggambarkan persekutuan. kata ini menunjuka pada orang-orang yang dipanggil keluar, yaitu orang-orang yang dipersekutukan ke dalam kesatuan sebagai tubuh Kristus. Sebagai keluarga Allah dituntut untuk terlibat dalam satu persekutuan dengan Kristus untuk terus membangun relasi dengan Dia dalam doa atau persekutuan ibadah (Ibrani 10:45) Dalam persekutuan dengan tubuh Kristus ada nasihat yang saling membangun untuk pertumbuhan iman dan pengenalan akan Tuhan secara benar, ada saling menolong dan berbagi kasih persaudaraan dalam Kristus. 
  4. Hidup dalam kasih dan kekudusan Tuhan. Sebagai manusia yang diciptakan Tuhan, dituntut untuk menguduskan diri dari segala perbuatan dosa yang menghalagi dirinya dalam relasi dengan Tuhan. Allah menghendaki setiap orang percaya untuk membangun hubungan dengan Tuhan dalam kekudusan hidup sebab Allah itu kudus adanya. Allah telah berjanji dan mengikat diri dengan setiap orang percaya Dengan kekudusan diri Allah berkenan hadir dan menuntun setiap orang percaya dengan hikmat dan kuasa-Nya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar sebagai wujud kesaksian dan pelayanannya. 
  5. Menjunjung kebenaran dan keadilan. Keluarga juga harus dapat menjunjung kebenaran dan keadilan sebagai wujud implementasi dari iman Kristen. Sebagai keluarga Allah dituntut memiliki citra diri yang baik sebagai wujud dari kasih dan ketaatan kita kepada Kristus. Roh Kudus yang mendorong dan memberdayakan setiap orang beriman agar dapat mengimplemtasikan nilai-nilai kebenaran dan keadilan secara tertanggung jawab bagi semua orang. 


Peran Allah dalam kehidupan Keluarga 

Keluarga dibentuk oleh Tuhan. Tuhan menciptakan manusia sepasang laki-laki dan perempuan (Kejadian 2:21-25). Dalam perbedaan itu manusia menjadi satu persekutuan yang luar biasa karena saling membutuhkan dan saling mendukung. Tuhan memberikan daya tarik yang luar biasa dalam diri sebagai laki-laki dan perempuan sehingga mempunyai rasa suka yang membuat mereka bertemu dan mengikat diri. Itulah cikal bakal manusia membangun keluarga Allah. Keluarga Kristen merupakan keluarga yang mencerminkan kehidupan dengan dilandasi oleh kasih dan sikap takut akan Tuhan, serta meneladani kehidupan Tuhan Yesus sehingga menciptakan suasana kristiani yang sejati dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Keluarga Kristen beribadah kepada Tuhan sebagai bagian pokok dari keberadaan keluarga Kristen. Beribadah kepada Tuhan berarti semua anggota keluarga berdoa dan melayani Tuhan setiap hari, sehingga semakin bertumbuh dalam cinta akan Kristus yang semakin mendalam. Ketekunan dalam doa dan usaha untuk mempertautkan diri dengan Kristus diperlihatkan dengan sangat jelas oleh keluarga-keluarga Kristiani jemaat perdana. Diungkap dalam Kisah para rasul 2:46-47 bahwa mereka selalu berkumpul bersama untuk berdoa dan merayakan perjamuan secara bergilir dari rumah ke rumah. Melalui doa dan perjamuan bersama ini mereka sungguh-sungguh dikuatkan dan diteguhkan oleh Tuhan untuk berani ‘tampil beda’ di antara kelompok-kelompok jemaat lain pada saat itu dan siap menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat dimana mereka hidup. 

Kehidupan keluarga yang sangat kompleks dengan berbagai kesibukan maupun masalah pada saat ini, penting dan tetap harus menempatkan waktu untuk bertumbuh dalam Tuhan bersama. Jika Tuhan diutamakan, maka sukacita, kekuatan, kemenangan dan penghiburan akan tinggal diam dalam keluarga. Keterpautan secara sadar dengan Kristus dalam keluarga akan menggerakkan semua anggota keluarga untuk membangun relasi yang semakin akrab dan intim dengan berpola kasih kasih Yesus yang berkorban bagi manusia tanpa pamrih, kasih yang melayani, mengampuni dan menyelamtakan umat manusia. Berbeda dengan kasih eros, yakni kasih yang mengingini dan mencari kesenangan diri sendiri. Kasih dalam kehidupan keluarga harus berpadanan dengan Injil Kristus, yaitu kasih yang menguasai diri, disiplin, setia dan taat kepada orang tua sebagai implemtasi kasih Tuhan. Kasih yang berpihak pada kemanusiaan, kebenaran dan keadilan, (1 Korintus 11:3), karena Tuhan Yesus secara pribadi sangat mengasihi dan memimpin keluarga. Hal ini nampak ketika Ia mulai menyatakan diri sebagai juruselamat pada pernikahan di Kana (Yohanes 2:1-11). Tampak ketidakmampuan kedua mempelai karena kekurangan anggur, namun ketika Tuhan Yesus turut campur tangan dan memberi pertolongan, mujizat besar terjadi: air berubah menjadi anggur. Demikianlah Tuhan Yesus juga akan menolong keluarga Kristen pada masa kini di dalam segala kesukaran, masalah, kekurangan dan dosa-dosa. Hal ini merupakan rahasia ajaib dan mujizat bagi keluarga Kristen, yaitu bahwa kehidupan keluarga Kristen akan selalu tertolong oleh suatu kesetiaan yang luar biasa, dan oleh suatu Anugerah yang tidak dapat kita pahami, yang tak lain adalah kesetiaan dan anugerah Tuhan Yesus Kristus. 

Menjadikan Kristus sebagai pedoman, pemimpin dan sebagai kepala keluarga artinya seluruh anggota keluarga bertanggung jawab menjadikan seluruh ajaran Tuhan Yesus sebagai acuan hidup berkeluarga. Setiap anggota keluarga Kristen perlu menyadari penyertaan Tuhan dalam kehidupan mereka dengan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekristenan dalam tindakan konkret. Mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan keluarga merupakan fondasi penting dalam mendapatkan sumber kebahagiaan yang sejati, karena Kristus merupakan satu-satunya sumber kebahagiaan keluarga Kristen. Apapun masalah dalam keluarga maupun pribadi, pergaulan dengan Tuhan akan memberi kebebasan dari persoalan, dan anggota keluarga dapat menjadi saksi kepada dunia. Dari kesaksian-kesaksian tersebut, dapat membawa manusia pada kesadaran nilai yang hakiki dari kekristenan.

Bertumbuh Sebagai Keluarga Allah


Kegiatan belajar 2 Bertumbuh Sebagai Keluarga Allah

Bertumbuh Sebagai Keluarga Allah
Bertumbuh sebagai keluarga Allah berarti bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus. Bertumbuh dalam hubungan dengan Kristus mempunyai makna lebih mengenali Dia, lebih mengasihi dan menaatiNya, serta menjadikan-Nya sebagai pemimpin dan Kepala keluarga. Apabila kasih terhadap Tuhan bertumbuh, kita akan mentaati perintah-perintah-Nya. Bertumbuh di dalam Kristus secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan paradigma hidup ke arah Kristus. Keluarga yang berkenan kepadaNya adalah keluarga yang berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Dia. Seperti pengajaran Tuhan Yesus yang menggambarkan bahwa Tuhan memiliki tujuan yang jelas bagi setiap manusia ciptaanNya, termasuk keluarga, yaitu agar umat manusia bertumbuh, dan menghasilkan buah (Yohanes 15:18). Untuk bertumbuh dan menghasilkan buah yang berkualitas, diperlukan akar yang kokoh yang mampu memberikan asupan yang baik bagi pertumbuhan.

Berakar.
Berakar menunjuk pada pohon dan tanaman lain yang akarnya tertancap jauh di dalam tanah. Akar merupakan bagian dari tumbuhan yang memungkinkan dia untuk bertahan hidup, karena melalui akarlah tanaman menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari dalam tanah yang dibutuhkan untuk bertumbuh. Akar juga berfungsi untuk memperkuat atau memperkokoh berdirinya satu tanaman. Semakin berakar satu pohon, semakin kuat pohon tersebut, sehingga walaupun angin badai menerpa pohon tidak akan tumbang. Meskipun musim kemarau panjang pohon tidak akan layu dan mati karena akarnya yang tertancap jauh ke dalam tanah tetap dapat menyerap air dan nutrisi yang dibutuhkan oleh pohon dalam pertumbuhannya. Sama halnya dengan keluarga yang berakar dalam Kristus, bertumbuh di dalam membaca dan merenungkan Firman Tuhan, terlibat dalam persekutuan ibadah, bersaksi dan melayani sesama maka dia akan mengalami pertumbuhan dan kedewasaan rohani. Setiap orang percaya yang terus bertumbuh dalam kehidupan rohani, dia tetap kokoh dalam menghadapi setiap persoalan hidup. Persoalan hidup yang dialami keluarga merupakan proses pembentukan iman dari Tuhan dalam hidup manusia agar manusia menjadi semakin kokoh. Dengan akar yang kuat di dalam Kristus dan dengan menjadikan Kristus pusat dari sumber kehidupan dan ketergantungan maka dia akan semakin teguh. Keluarga yang berakar dalam Kritus berarti: 
  1. Ia terus bertumbuh dalam pengetahuan akan firman Tuhan dengan menyelidikinya secara saksama dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan. Sebagai keluarga Allah, dituntut untuk secara rutin membaca dan menyelidiki Alkitab supaya pertumbuhan imannya dibangun berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. 
  2. Ia melaksanakan waktu ibadah secara teratur dan berkonsisten dalam kehidupan doa setiap waktu. Keluarga Allah hidup tampa doa kehidupannya akan menjadi kering dan gersang. Doa sebagai keluarga Allah menjadi kesuksesannya dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya serta melayani sesama dengan baik karena ia memintah hikmat dan kuasa bimbingan Tuhan. 
  3. Ia menunjukkan kasih Kristus dalam pelayanan terhadap seluruh anggota keluarganya. Sebagai keluarga Allah harus memiliki karakter yang baik sehingga dapat menunjukkan kesaksiannya bagi orang lain dalam tutur kata dan perbuatannya. Cara hidup yang benar merupakan transformasi berita injil yang perlu dinyatakan secara baik oleh semua anggota keluarga atau sesama (2Kor. 3:2-4) Yesus menghendaki setiap keluarga Allah untuk hidup sejalan dengan makna Injil sehingga dapat mengarami dan menerangi setiap anggota keluarga dan sesama untuk percaya kepada Kristus. Hal ini sangat penting dalam proses orang dewasa membentuk kehidupan rohani generasi selanjutnya.


Bertumbuh.
Bertumbuh berkaitan dengan masalah perubahan. Tanaman dikatakan bertumbuh apabila ia menampakkan perubahan semakin berkembang, yakni bertambah tinggi dan bertambah besar. Beberapa aspek pertumbuhan dalam keluarga adalah sebagai berikut:
  1. Keluarga sebagai tempat bernaung kudus, artinya keluarga memberi perlindungan terhadap nilai-nilai yang merusak budaya keluarga, misalnya kekerasan, perselisihan, pertengkaran, dan sebagainya.
  2. Keluarga yang menyambut kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menghadirkan simbol atau objek yang dapat mengingatkan kehadiran Allah (salib, gambar Kristen, lagu rohani, dan lain-lain).
  3. Keluarga yang mencari tuntunan Allah yang dilakukan dalam pertemuan keluarga secara rutin setiap hari.
  4. Keluarga yang menopang kehidupan religius/rohani masing-masing anggota keluarga, misalnya melalui sharing bersama, bincang-bincang, nasihat, kemauan untuk saling mendengarkan, dan sebagainya.

Sebagaimana akar yang sehat akan menghasilkan pertumbuhan, demikian juga kehidupan orang percaya seharusnya bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Bertumbuh dalam pengenalan dan pemahaman akan firman Allah, dan bertumbuh dalam pelayanan menyaksikan kasih dan kebaikan Allah. Kunci untuk bertumbuh adalah mempelajari firman Tuhan dan melakukan dalam hidup sehari-hari sehingga hidupnya akan ditandai dengan integritas. Artinya, apa yang ada di bibirnya akan sama dengan apa yang ada di dalam hati dan perbuatannya. Hambatan yang menyebabkan orang tidak bertumbuh adalah banyak orang Kristen datang beribadah dan sangat senang mendengar khotbah hanya sekadar untuk kepuasan dan kenikmatan intelektual saja, tanpa memiliki sukacita dan kerinduan yang besar untuk mempraktikkannya dalam kehidupan. Tentu saja lebih mudah untuk belajar memahami konsep-konsep kebenaran firman Tuhan daripada mempraktekkan kebenaran itu. Hambatan lain adalah responnya terhadap firman Tuhan, seperti dalam Lukas 8:4-15.

Berbuah.
Pertumbuhan tanpa buah adalah tiada guna. Demikianlah Allah menghendaki agar manusia menghasilkan buah. Buah yang dikehendaki Allah dihasilkan oleh manusia adalah melakukan kehendakNya sehingga manusia menjadi kesaksian bagi sesama di dunia ini yang mencerminkan kasih Allah. Buah yang dihasilkan dalam keluarga dapat berupa:
  1. Pencerminan kasih Allah dalam kehidupan sebagai perwujudan nyata realisasi keluarga Allah. Dari titik tolak iman, keluarga perlu menata pengasuhan fisik, emosi/mental, sosial dan rohani/spiritualitas untuk menyatu dengan Allah. Keluarga mempunyai berbagai kesempatan alamiah yang sangat melimpah untuk mencerminkan kasih Allah sebagai displin rohani.
  2. Penerimaan dan komitmen yang merupakan suatu kemauan untuk saling menerima tanpa syarat setiap anggota keluarga/pribadi dalam kasih agape. Hal ini sebagai komitmen bersama yang sejati.
  3. Pengukuhan dan dorongan antara anggota keluarga untuk menemukan kelebihan dan bakat masing-masing agar dikembangkan sebagai karunia Tuhan. Keluarga perlu menerima dan menghargai keunikan masing-masing.


Mengenal Allah.
Pengenalan dan pengetahuan akan Allah itu terjadi sejauh Allah menyatakan diriNya kepada manusia. Allah itu Kudus, tidak bisa dilihat dalam pandangan mata jasmani manusia, karena itu Allah berinkarnasi melalui Kristus untuk memperkenalkan dan berjumpa dengan manusia. Allah yang adalah firman telah hadir dalam sejarah melalui wujud kemanusian, sehingga manusia bisa berkomunikasi dan mengenal Dia sebagai Allah yang dekat, merasakan serta mengalami apa yang manusia alami. Mustahil manusia mengenal Allah dari daya pikirnya yang terbatas, sebab Allah itu tidak terbatas adanya. Dalam ketidak terbatasnya Allah Dia datang menjumpai manusia dalam wujud manusia Kristus sehingga orang percaya mengenal Dia dengan jelas. Mengenal Allah berarti mengerti, mengalami, pengalaman beriman dengan Dia. Allah sangat berbahagia jika manusia mengenal dan menaruh kepercayaan total padaNya. Mengenal Allah berarti percaya bahwa Allah selalu ada di setiap keadaan manusia, dan Allah memberi upah bagi setiap orang yang percaya dan mengenal Dia. Demikian juga halnya dengan Yesus, manusia mengenal Yesus sebab Ia adalah Anak Allah, yang menempu jalan salip untuk melakukan rekonsiliasi dan berdamai dengan manusia (Yoh 14:6). Yesus datang supaya manusia dapat mengenal Dia secara pribadi. Melalui Yesus keluarga dapat mengetahui dan mengalami kasih dan rencanaNya bagi manusia.

Mengasihi Allah
Sesuai dengan bunyi hukum kasih yang pertama (1) ialahKasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” Kata hati merujuk pada pengertian organ yang penting, juga pusat kehidupan manusia, serta merupakan pengatur emosi dan sumber kehidupan spiritual. Pengatur emosi dan perasaan (kegembiraan, dan kesedihan, kebencian dan kemarahan, dll). Sedangkan kata jiwa, adalah kombinasi dari tubuh. Saat jiwa meninggalkan tubuh maka tubuh kehilangan kehidupan. Jiwa juga merupakan bagian dari perasaan, memberikan tempat buat kasih. Kata mengasihi Tuhan dengan segenap akal budimu, dalam terjemahannya daya pikirmu. Kata daya pikir merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu atau yang berkaitan dengan kekuatan fisik. Karena itu, hati, jiwa, kekuatan dan akal budi adalah sebuah ekspresi tentang manusia secara utuh. Keutuhan itu dipertegas dengan kata segenap hati yakni semua dan tidak ada yang tersisa. Dengan demikian, perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi adalah sebuah bentuk atau tindakan mengasihi dengan sungguh-sungguh yang lahir dari kesadaran dalam batin manusia, bukan dilakukan sebagai sebuah formalitas atau asal saja ataupun paksaan. Menurut Thomas Aquinas, ada 3 hal yang harus dilakukan terkait dengan mengasihi Allah, yakni:
  1. Tidak boleh mempunyai Allah lain dengan tidak membuat patung untuk disembah atau menggunakan kuasa yang lain di luar kuasa Allah
  2. Harus memberikan kepada Allah penghormatan dengan tidak menyebut namaNya dengan sembarangan dan sia-sia
  3. Harus beriman kepada Tuhan dengan memberikan seluruh hidup untuk dipakai sebagai alat dalam pekerjaan-Nya, yakni memberikan waktu untuk beribadah kepadaNya

Alkitab menjelaskan tentang kasih? Khususnya berkenaan dengan kasih kepada Allah. Kata kasih dalam PL, adalah ungkapan paling dalam dari kepribadian, sekaligus hubungan pribadi yang paling akrab dan dekat. Kasih Allah kepada sesama manusia digambarkan sebagai hubungan Bapa dan Anak (Mzm 18:1), atau sebagai hubungan suami istri (Hosea 1-3) demikian juga hubungan kasih persahabatan misalnya antara Daud dan Yonathan (1 Sam 18) serta hubungan kasih orang tua dan anak (Abraham dan ishak, kej 22: 2; Ishak dan Essau kej 25:28). Pemahaman kasih bukan berawal dari konsep, melainkan tindakan Allah yang karena keprihatinanNya membebaskan umatNya dari penderitaan.

Di dalam PB tindakan kasih Allah dinyatakan melalui tindakan penyelamatan. Karena kasihNya Allah bertindak menyelamatkan manusia tanpa dipengaruhi dengan tindakan manusia yang tidak setia kepada Allah. Allah bertujuan menjadikan manusia lebih baik. pemahaman terhadap kasih Allah yang tidak bersyarat ini merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi umat dalam memandang hukum dan perintah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Kasih Allah mampu mengubah dunia. Namun persoalannya bagaimana kita menempatkan kasih Allah yang ada pada kita sehingga melalui kehidupan kita dimungkinkan terjadi perubahan yang baik? Wujud mengasihi Allah dapat dilihat seperti:

Mengasihi Allah dengan seluruh totalitas hidup manusia
Di dalam Matius 22:37, Tuhan Yesus mengajar bahwa kita harus saling mengasihi dengan hati, jiwa dan akal budi. Mengasihi Allah dimulai dari hati kita. Hati berbicara mengenai inti hidup. Segala sesuatu keluar dari hati (Mat 15: 18-19).

Kasih terhadap sesama manusia. 
Allah menuntut setiap orang untuk penuli dengan sesama, dan mewujudkan kasih kepada Allah lewat sesama manusia yang ada disekitar dirinya, termasuk dalam persekutuan anggota keluarga. Mengasihi sesama adalah tuntutan hukun taurat yang ditetapkan oleh Tuhan untuk setiap orang percaya melakukannya (Imamat 19:18). Dalam bahasa Yunani, kasih dibedakan sesuai dengan penggunaannya, itu sebabnya kasih terbagi atas empat jenis yaitu:
  1. Agape yakni, kasih yang sempurna
  2. Phileo yakni; kasih terhadap sahabat.
  3. Storge yakni, kasih terhadap orang tua/keluarga
  4. Eros yakni, kasih yang mengandung unsur seks

Agape merupakan cinta/kasih tak bersyarat dari Allah kepada manusia dan manusia kepada sesama. Dalam konteks kekristenan agape merupakan Kasih Allah terhadap manusia. Kasih Allah yang total terhadap manusia tanpa syarat. Philia adalah kasih antara Sahabat atau Saudara. Dalam konteks ini digambarkan seperti Kristus dengan para sahabat-sahabatnya yang menjadi Rasul-Rasul pengikutnya. Eros adalah kasih antara lawan jenis. Kasih ini sering menimbulkan salah persepsi. Eros adalah kasih yang menginginkan. Eros adalah kasih yang sebenarnya tidak diinginkan dan tidak direncanakan tetapi kasih ini tertanam dalam diri manusia. Dalam bahasa yunani murni Eros berarti praktik prostitusi yang dilakukan di dalam kuil-kuil. Namun secara kontekstual Iman Kristiani mengajarkan bahwa eros merupakan titik pertemuan kasih dan Tuhan. Eros bisa diartikan sebagai Cinta terhadap Suami–Istri. Eros disini juga bisa diartikan Tubuh dan Jiwa. Storge merupakan cinta kasih kodrati antara orang tua dan anak. Kasih ini merupakan buah dari kasih Eros.

Dari keempat kasih yang disebutkan di atas, kasih agape merupakan sifat inti Allah, kasih yang murni dari Allah, kasih yang sempurna, kasih tanpa syarat, tanpa pamrih, rela berkorban dan konsisten. Allah mengasihi manusia, maka Ia menginginkan manusia hidup saling mengasihi sesama yang ada disekitarnya. Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk dapat mengasihi sesamanya. Oleh sebab itu, dalam melakukan kasih atau mengasihi sesama harus dengan tulus dan tanpa mengharapkan imbalan, jangan memilih-milih kepada siapa kita mengasihi bahkan sampai kepada musuh atau orang yang membenci kita. Praktik hidup mengasihi sesama adalah baik diajarkan atau dibiasakan sejak kecil dalam keluarga dan berkelanjutan sampai pada lingkungan dan tempat dimana kita berada, serta didasari pada tekad untuk melakukannya. Contohnya: menyapa dan memberi salam kepada sesama, mendoakan teman yang sakit, tidak menyimpan kesalahan teman atau orang lain, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Sesuai dengan bunyi hukum kedua (2) ialah” Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri

Untuk membuktikan kasih kita kepada Allah, maka kita harus mengasihi sesama seperti yang dijabarkan dalam perintah hukum Taurat yang ke 4-10 yakni:
  1. Kita harus mengasihi orang tua
  2. Tidak boleh melukai sesama kita dengan perbuatan–baik dengan melukai sesama yakni membunuh, berzinah, dan mencuri
  3. Tidak boleh melukai sesama kita dengan perkataan dan pikiran melukai dengan perkataan yakni saksi dusta, mengingini istri sesama dan milik sesama.

Kedua hukum atau perintah di atas adalah merupakan petunjuk atau pedoman yang harus dilakukan dan ditaati oleh manusia sebagai ciptaan Allah. Dalam Yohanes 13:34-35 Allah memberi perintah kepada manusia untuk saling mengasihi sama seperti Allah telah mengasihi manusia.

Mengasihi Allah dengan jalan mengikuti FirmanNya. 
Hal penting dari bagian ini adalah mensinkronkan hati dan pikiran kita dengan hati dan pikiran Allah. Firman Allah membawa hati dan pikiran kita condong pada hati dan pikiran Allah.Mengasihi Allah dengan jalan mengikuti FirmanNya. Hal penting dari bagian ini adalah mensinkronkan hati dan pikiran kita dengan hati dan pikiran Allah. Firman Allah membawa hati dan pikiran kita condong pada hati dan pikiran Allah.

Menaati Allah
Ketaatan adalah satu tema yang sangat penting, karena Allah menuntut ketaatan dari orang–orang termasuk keluarga Allah yang mengaku percaya pada Allah. Pertanyaannya, mengapa kita membutuhkan ketaatan kepada Allah?

Ketaatan memberi arah kehidupan.
Kita hidup dalam dunia yang sudah rusak oleh dosa dan kejahatan. Kita sebenarnya bingung mengambil keputusan karena konflik dan keinginan diri. Namun dengan mengambil keputusan taat kepada Allah dan FirmanNya, kita secara sadar membatasi diri untuk mengambil keputusan yang benar dalam mejalani kehidupan. Dalam perkembangan dunia saat ini, orang lebih banyak taat pada pimpinannya di dunia. Daripada Tuhan yang adalah sumber kehidupan dan keselamatan. Alasannya, karena kepemimpinan duniawi akan memberi kepuasan jasmani, kepuasan yang langsung bisa dirasakan. Yesus mengingatkan dalam FirmanNya kepada orang Yahudi, dan para pengikut yang percaya padaNya, Jika kamu tetap pada FirmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu. Pernyataan ini secara langsung mengingatkan manusia termasuk keluarga untuk selalu taat dan setia pada Allah dan FirmanNya.

Ketaatan melindungi keluarga dari marabahaya
Allah memberi manusia peraturan dengan dua prinsip yaitu, 
  1. peraturan ada untuk melindungi. Siapa berpegang pada perintah, memelihara nyawanya, tetapi siap menghina Firman, akan mati (Ams 19:16), dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. (1 Yoh 2:17) 
  2. peraturan ada untuk memberkati. Jika kamu menuruti dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil yang baik dari negeri itu. Dengarkanlah suaraKu maka Aku akan menjadi AllahMu dan kamu akan menjadi umatKu, dan ikutlah seluruh jalan yang kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia.


Ketaatan tanda keluarga mengasihi Allah.
Ketaan sebagai tanda mengasihi dan mengenal Allah terwujud dalam ketaatan Yesus pada BapaNya, karena Ia mengenal dan mengasihi Allah. Jikalau kamu menuruti perintahKu maka kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya.

Ketaatan akan membuahkan hasil yang sangat baik.
Ketaatan mengkayakan kita segala sesuatu, sebab apa yang kita minta padaNya kita memperolehnya, karena kita menaati seluruh perintahNya, dan melakukan apa yang berkenan kepadaNya (Mat.18:19). Persoalannya bagaiman supaya keluarga terus menunjukan ketatannya pada Allah? Kita belajar taat kepada Allah melalui pemahaman kita akan kehendak-Nya. masalahnya keluarga terkadang tidak selalu yakin mengetahui apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidup kita. Kehendak Allah dapat dinyatakan lewat sumber-sumber yang penting hidup taat kepada Allah:
  1. Perintah Alkitab yang telah dipahami dengan cara yang benar.
  2. Roh Kudus yang memberi keluarga pemahaman dan pengertian serta bimbingan.
  3. Orang yang memiliki otoritas, pemimpin, Ayah rohani
  4. Teman-teman sebagai komunitas orang kudus.
  5. Kondisi/situasi yang memberi kesempatan kepada kita untuk memberi tanggapan yang sesuai dengan kehendak Allah.

Ketaatan keluarga Kristen pada Allah adalah bukti dari iman. Alkitab mengatakan, orang yang hidup dalam ketataan adalah wujut dari imannya. Contoh yang tidak bisa dilupakan tetapi sebagai sebuah kesaksian adalah Ketaatan Yesus tidak berhenti pada masa Ia ditolak, pada saat pelayananNya, ketataan Yesus tidak pernah berubah saat para muridNya berubah karena ketidaksetiaan mereka pada Allah, ketaatanNya dibuktikan sampai pengorbanNya di kayu salib. Ketaatan itulah menjadi bukti bagi keluarga Kristen untuk mewujutkan setianya pada Allah yang memelihara, mengasihi, melindungi keluarga dari kehidupannya.

Menjadi saksi Allah bagi dunia
Bagi sebagian keluarga kristen, bersaksi kerapkali dianggap sebagai tugas lembaga atau pelayan gereja, Namun sesungguhnya pelayanan kesaksian dapat dilakukan oleh setiap orang termasuk keluarga Kristen. Dalam perjanjian lama, Misi kesaksian selalu berhubungan dengan amanat yaitu:
  1. Memberitakan Allah sebagai Pencipta, dan Penguasa yang Maha Kuasa atas semesta alam, dan Tuhan yang berdaulat atas sejarah. Tuhan yang membuat semua peristiwa dalam sejarah bekerja bagi maksud-maksud keselamatan dan penghakiman. (band Yes 44:4; 45:1; Ams 5:27), mereka menekankan bahwa Allah adalah Kudus dan Benar. Sifat Allah adalah Kudus adanya.
  2. Memberitakan dosa dan pertobatan. Ketidaktaatan, ketidaksetiaan, penyembahan berhala dan kebejatan manusia yang terus menerus melanggar ketetapan Allah mengharuskan orang yang percaya dan mengenal Allah memberitakannya berulang-ulang untuk mengingatkan mereka dan menyerukan pertobatan.
  3. Memberitakan tentang nubuatan dan pengharapan akan Mesias. Meskipun umat manusia memberontak terhadap Allah, tetapi missi pemberitaan tentang pengharapan akan datangnya Mesias selalu dikumandangkan. Allah setia pada janjiNya. KasihNya ditunjukan bagi manusia walaupun manusia selalu melanggar ketetapanNya.
  4. Menjadi saksi Kristus dalam artian yang paling mendasar adalah memiliki sebuah kesaksian yang pasti dan pribadi bahwa Dia Allah sendiri, juruslamat dan penebus dosa dunia. Kesaksian keluarga adalah memberitakan bagi semua orang bahwa Yesus Kristus bangkit, Yesus adalah Kristus, Allah yang kekal yang menyatakan diriNya kepada semua bangsa. Keluarga adalah para saksi Allah di dalam Yesus ketika kita memiliki kehidupan dan wajib memperlihatkan ajaran-ajaranNya bagi orang lain. Ketika kita menolong orang lain untuk datang dan percaya kepada Yesus, itulah wujud menjadi saksi Allah di dalam Yesus


Aspek-aspek pertumbuhan keluarga Allah.
Aspek yang diperlukan dalam menumbuhkan keluarga Kristen menjadi keluarga Allamenurut Paul Meier adalah:
  1. Kasih diantara suamiistri, orang tua dan anak harus terus meningkat. Menurut Meier, kasih itu mencakup perhatian, perlindungan, pemeliharaan, pertanggungjawaban, dan kesetiaan. Kasih yang selanjutnya berlangsung dalam relasi suami-istri tidak lagi sebatas keterikatan fisik, namun kasih itu terungkap dalam tindakan praksis, saling berkomunikasi dan berelasi, memikul tanggungjawab yang sama.
  2. Harus ada disiplin yaitu tegaknya keseimbangan hukuman dan pujian yang dinyatakan orang tua bagi anak. Disiplin ini sendiri merupakan kebutuhan dasar pembentukan anak. Bagi Meier, disiplin tidak selalu berarti identik dengan hukuman, tetapi, pemberitahuan, penjelasan dan pelatihan dalam hal-hal kebajikan. Dalam disiplin, anak dimampukan mengenali dan memilih serta mewujutkan pilihannya dalam kebaikan. Disiplin keluaraga bagi anggotanya juga berkaitan erat dengan pembentukan iman melalui pengajaran, percakapan, komunikasi formal dan non-formal. Meier menyimak bahwa Alkitab menegaskan agar keluargalah yang paling utama mengajarkan iman dan pertumbuhan moral anak-anaknya, secara berulang-ulang dengan kreatif supaya mereka bertumbuh dalam pengenalan kepada Tuhan.
  3. Pentingnya konsistensi yaitu; aturan-aturan yang dianggap benar terus menerus dinyatakan dan diterapkan oleh keluarga. Pada bagian inipun keluarga harus beri kesempatan bagi anggotanya keluarga untuk mengalami perubahan diri. Penerapan aturan harus dapat disusaikan dengan kebutuhan anak-anak dalam keluarga, sebab cara anak menanggapai aturan berbeda-beda.
  4. Mendesaknya keteladanan keluarga dihadapan anak-anak termasuk dalam segi perkataan, sikap dan penampilan serta perbuatan baik. Anak belajar dari orang tuanya, selanjutnya mereka mengolah dalam pikirannya apa yang didengar dan disaksikan sesuai perkembangan kognitifnya. Sebab itu jika dalam keluarga anak mendapatkan perilaku buruk, dapat saja ia memandangnya sebagai perilaku baik untuk diteladani. Yesus dalam ajaranNya mengingatkan keluarga supaya menjaga anggota tubuhnya sedemikian rupa agar tidak membawa anak- anaknya bertumbuh dalam kekecewaan, akhirnya jauh dari kasih dan anugrah Tuhan.
  5. Suami berperan sebagai kepala keluarga. Dalam keluarga suami harus bertindak sebagai kepala, ini merupakan ketetapan Allah bagi setiap keluarga di dunia terlebih keluarga yang percaya dan beriman kepdaNya. Suami yang takut akan Tuhan di dalam kepemimpinannya sebagai kepala keluarga akan berbahagia. Berkat Tuhan akan hadir dalam kehidupan pasangan, pekerjaan juga anak-anak. Kalau keluarga mau bertumbuh di jalan Allah, maka para istri juga harus memberi kesempatan dan dukungan agar suaminya menjadi pemimpin rumahnya. Itulah peranannya sebagai penolong yang sepadan.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perilaku, tata nilai, cara beriman dan bertumbuh muncul dan berkembang dari keluarga asal (Family Of Orgin). Harus diakui sebagaimana diajarkan Alkitab, tabiat dosa, Adam mengalir terus dalam kehidupan manusia, dari keluarga ke keluarga dari generasi ke generasi. Perangai dan budi pekerti kita, adalah warisan dari interaksi kita dengan keluarga. Dalam membangun keluarga agar bertumbuh menjadi keluarga Allah maka kita perlu memahami kepribadian, watak, tata nilai, serta beriman kepada Allah.